Permintaan Aliya

1344 Words
Aliya berada di ruang pelatihan bersama Regan saat ini. Ia sudah menggantikan baju sekolahnya dengan celana hitam serta hotpans, rambutnya ia kuncir keatas. Aliya terliat begitu mempesona karena ia tidak lagi memakai pakaian yang terbilang cupu. Selama delapan tahun ia berlatih bela diri untuk membalaskan dendam kedua orang tuannya dan seseorang yang entah masih hidup atau tidak sekarang. “Aliya lo harus fokus!!” bentak Regan. Aliya tersentak ia sedang melamun memikirkan masa lalunya. Tidak ada lagi tatapan yang lemah lembut, hanya ada tatapan dingin dari kedua matanya. Aliya sekarang begitu tangguh. ‘Ayara.’ Suara yamg begitu lembut terdengar dari telinganya. Otaknya memutar masa lalu yang begitu menyakitkan sekaligus membahagiakan. ‘Dewa Lima permintaan untuk Aya, yah?’ “Aliya, are you okey?” Aliya menangguk lalu bangkit menuju Ring. Aliya menyuruh Regan untuk segera memulai pertandingan, ia sudah siap. ‘Permintaan pertama, Aya pengen jika udah besar nanti Kak Sam inget dengan Aya, jangan pergi jika udah ada teman baru.’ Aliya mengeram kesakitan, kepalanya seakan pecah karena mendengar setiap perkataan dari otaknya. Bugh! Bugh! Ia lengah oleh pukulan Regan dirinya tidak sempat menangkis tangan Regan. Ia memuntahkan seteguk darah lalu bangkit kembali. Sial! Peraturan dalam pertarungan ini tidak boleh berhenti sampai si pemenang di tentukan. Jika Aliya mengatakan kata 'menyerah' pertandingan harus tetap berlangsung sebelum si petarung harus pingsan. ‘Kalo permintaan kedua?’ Krekk! Bugh! ‘Jangan buat Aya nangis.’ Brak! Aliya terjaruh pingsan dengan air mata perlahan katuh ke pipinya. “Wake up Aliya!” ***** Seorang anak perempuan berlari ke arah anak laki-laki yang sedang berjongkok di dekat pohon. Anak perempuan itu menepuk bahu anal laki-laki itu, sambil berlakata. “Kak Sam sedang apa?” tanyanya. Anak laki-laki yang di panggil Samudra itu mendongkrak lalu menunjukan jari telunjuknya ke arah laut. Dia sedang melihat ombak. “Ayo kita lihat laut lebih dekat.” Ajak anak perempuan yang bernama Ayara. “Kata bunda jangan terlalu dekat ke arah laut bahaya,” ucap Samudra yang masih sama dalam posisinya yaitu berjongkok. Ayara cemberut dengan perlahan bibirnya bergetar lalu menangis dengan kencang. “Bunda! Kak Sam Jahat!” Samudra pasrah lalu menangguk menyuruh Ayara jalan terlebih dahulu. “Ayo kita cari kerang, Kak Sam,” ajaknya lagi dengan gembira. Mereka berdua mencari kepingan kerang dengan segera. Setelah cukup mencari kerang yang indah, Ayara mengajak Samudra untuk mengikutinya ke arah pohon besar. “Aya kita mau apain semua kerang ini? ” tanya Samudra dengan penasaran. “Aya pengen buat gelang buat Kak Sam sebagai tanda kita udah jadi teman,” ucap Ayara lalu duduk di batang pohon yang cukup pendek. “tunggu lima menit aku mau buatim kamu gelang dari kerang-kerang ini.” Perintahnya lagi. Ayara merogoh saku celananya mengambil tali dan peralatan yang selalu ia bawa. Ayara di usia 10 tahun ini dia selalu membuat sesuatu yang unik contohnya gelang yang sekarang dia buat. “Hore selesai!” teriak Aliya lalu memberikam gelang buatanya ke Samudra. “Aya buat satu khusus untuk Kak Sam. Jaga baik-baik yah jangan sampai hilang.” Samudra menangguk lalu memakai gelang dari kerang itu ke tangannya, Sam meringis gelang ini terlalu besar. “Yahhh, aku lupa ukur pergelangan Kak Sam,” ringis Aliya. “Gak papah gelang ini muat kok di kaki aku. Lihat.” Samudra menunjukan kaki kananya. Aliya tersenyum cerah lalu menepuk celananya, hari semakin sore pasti kedua orang tuanya mencarinya. “Ini. Aku juga buatin buat kakimu agar kita samaan.” “Wah! Kapan Kak Sam bikinnya?” “Tadi saat kamu asik bikin gelang juga.” **** Aliya merasakan badanya kesakitan, dengan perlahan matanya terbuka. Penglihatan yang pertama ia lihat adalah dokter pribadi dari Tuan Reynold yang tersenyum kearahnya. “Syukurlah kamu akhirnya sadar juga,” ucap Reno–dokter pribadi mension itu menghela napas lega. “Berapa lama saya pingsan Om?” Aliya memang selalu berkata formal tehadap orang-orang di mension ini tapi tidak ke Regan dan teman-teman setimnya. “Enam Jam.” “Regan dimana?” tanyanya lagi. “Satu jam lalu dia pergi karena ada pekerjaan yang menunggunya.” Aliya menangguk, ia tau pekerjaan apa yang dilakukan Regan, apalagi kalau bukan balap motor untuk mendapatkan uang. Seharusnya dirinya juga ikut sekarang tapi badanya masih lemah. “Saya di perintahkan oleh Tuan untuk menyampaikan pesan kepada kamu agar kamu mengurus White dan Black selama Tuan Reynold pergi ke Rusia.” Setelah menyampaikan perkataan dari Tuannya Reno segera pergi dengam cepat. Dia tidak ingin terkena ambukan Aliya. Brakk! “b*****t! Aku doakan pria tua itu cepat mati!” *** Pagi menyapa begitu cerah, tapi tidak secerah wajah Aliya yang sekarang terlihat muram. Ia pagi-pagi bangun membuat makanan untuk peliharaan Tuan Reynold. Ia tau Tuan Reynold sengaja agar dirinya mengurus kedua anging yang sekarang berada di depannya sebagai hukuman karena kalah dalam pertandingan melawan Regan kemarin. Lebih baik ia dihukum bertahan napas di air yang dingin selama 20 menit yang pernah dilakulan Regan pagi-pagi buta, dari pada harus mengurus kedua anjing kesayangan Tuannya yang bernama Black dan White. “Dasar pria tua itu, licik sekali.” Ia tak tau kapan Tuan Reynold akan balik ke indonesia karena pria itu tidak pernah memberitahu dirinya ataupun orang lain. Tuan Reynold sudah tau kelemahannya yang takut dengan anjing, dia pasti ingin membuat dirinya menderita. “White makan yang banyak buruan! Gue mau sekolah,” geram Aliya, ia sudah menunggu anjing bernama White untuk makan sedari tadi tapi anjing itu tidak mau makan, beda halnya dengan Black dia makan dengan lahap. Aliya menghela napas pasrah saat melihat White memasang wajah murung. Mungkin dia mau agar tali yang mengikat lehernya dilepaskan. Aliya memang mengurung kedua anjing itu menggunakan tali agar kedua anjing itu tidak biasa mendekat kearahnya. “Pak Gama! Nanti setelah saya keluar mension lepaskan white dan Black yah!” teriak Aliya lalu pergi meninggalkan White dan Black yang mengongong. Cepat-cepat Aliya berlari sebelum kekangan pada kedua anjing itu terlepas. Sebenarnya ia tidak takut anjing tapi khususnya pada kedua anjing peliharaan Tuan Reynold saja, karena kedua anjing itu selalu menjilati wajahnya saat bertemu dengannya, oleh karena itulah mengapa ia tidak melepaskan kekangan pada kedua anjing itu. “Pak hari ini saya tidak akan menaiki mobil, karena saya akan menaiki Bis saja.” Aliya melambaikan tangannya lalu pergi dengan berjalan kaki. Tak butuh waktu lama Aliya sampai di tempat halte, ia menunggu sekitar lima menit lagi agar Bis datang. Aliya duduk di bangku penunggu, ia melihat sekitar lima orang yang duduk di bangku itu, matanya melihat pria berpakaian sama sepertinya duduk di sebelahnya. Aliya tersenyum lalu menyapa pria itu. “Kamu sekolah di Draft High School kan?” tanya Aliya sambil tersenyum. Dia pura-pura baik untuk menyapa. Pria yang sedang membaca buku sedari tadi mendongkrak kaget lalu bergeser menjauh. Eh? Ia cuma menyapa saja kenapa reksi pria itu kaya risi. Apakah pakaian serta dandananya yang terbilang kampungan? “Biasa aja kali, aku cuma ingin bertanya saja,” ucap Aliya mencairkan suasana yang canggung. Aliya melihat pria itu menangguk sebagai jawaban. “Aku bersekolah di Draft High School, kamu juga di DHS kan?” “Iya.” Aliya beroh sambil menangguk. Ia sudah satu minggu lebih berada di sekolah DHS dan belum cukup bisa mengenal semua siswa-siswi di sana. “Kamu anak baru?” tanya pria berkacamata itu yang tidak lagi fokus ke bukunya. Mungkin dia senang karena sudah sekian lama tidak ada yang mau berteman atau pun berbicara dengannya, dan ini baru pertama kalinya melihat seorang gadis menyapanya. Dia senang. “Iya, satu minggu lalu aku baru pindah ke sekolah DHS. Astaga! Sampai lupa aku kenalin nama. Perkenalkan nama aku Aliya, kamu?” “Aku Davin Drama. Kamu tidak punya nama panjang?” Aliya meringis salah tingkah, sebenarnya ia punya tapi harus dirahasiakan. “Gak ada, cuma Aliya doang.” Tiba-tiba Bis datang dengan segera Aliya berdiri, saat ia akan naik ke Bis Davin menarik tasnya. “Terimakasih sudah mau ajak bicara. Hati-hati di jalan.” “Kamu gak naik?” “Nunggu seseorang.” Aliya menangguk lalu naik Bis dengan segera. Ia kira Davin menunggu Bis sama seperti dirinya. “Dah, sampai jumpa kembali!" teriak Aliya dibalik jendela. Bersambung ____________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD