"Menyusahkan," ucap Dewa dengan kesal. Ia sudah menunggu gadis itu yang sekarang sedang berbaring di brangka selama dua puluh menit lamanya.
Jika saja ia tadi tidak ke rooftrop mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Ini yang keempat kalinya dalam sehari ia s**l. Hari selasa ia akan cap sebagai hari tersial dalam hidupnya.
Jika tidak mengingat perkataan Ayahnya untuk selalu bertanggung jawab, mungkin ia akan membiarkan gadis itu.
"Weh, mati kali nih orang," gumamnya dengan kesal. Dewa memamdang perempuan itu dengan intens, ia merasa pernah melihat gadis ini. Yah! Ini kan gadis yang 1 minggu ini menjadi korban bully geng The Felix.
"Awsss, aku dimana?" tanya Aliya dengan penglihatan memburam. Mungkin dia terlalu lama pingsan.
"Di neraka," sahut Dewa dengan kejam.
Aliya melotot horor lalu melihat sekeliling, seketika dia berdecak kecil.
Dewa mendengus kesal lali berbalik ia berniat pergi karena gadis itu sudah sadar, tapi bajunya ditahan oleh gadis itu. "Gak usah tarik baju belakang gue! Mau modus lo kan?!"
Aliya menggeleng kepalanya masih sakit tapi dia tahan. "Mata Kakak bagus."
"Heh, cewe cupu, gue gak bakal mempan sama rayuan loh," ucap Dewa sambil menutupi matanya dengan kedua tangannya. Setelah itu menepis kasar tangan gadis itu, lalu pergi dengan bantingan pintu yang sangat kencang.
"Bodoh lo Dewa! Kenapa lensa mata harus hilang segala!" Dewa mengerutuhi kebodohannya yang menghilangkan lensa berwarna coklat yang selalu ia pakai. Gara-gara ia bersembunyi di Rooftrop tadi lensan matanya hilang. Ia kira tidak ada orang di Rooftrop tapi ada gadis cupu yang membebani dirinya karena harus membawa gadis itu ke UKS.
Dewa berjalan menunduk sambil menutupi matanya agar mata berwarna biru itu tidak terlihat oleh murid-murid. Ia melirik sekilas Alorji di tangannya, sudah jam sepuluh siamg, masih ada waktu empat jam lagi untuk jam pulang sekolah.
Ia akan menyuruh bawahannya untuk membelikan kontak lensa yang baru sekarang.
****
"Kerjakan tugas dari ibu sesuai kelompok yang kamarin ibu tentukan. Ibu ada rapat dengan pak kepala sekolah dan guru-guru lain."
Setelah kepergian Bu Guru Luna, murid-murid yang sedari tadi hening seketika bersorak ria tapi tidak dengan Aliya.
Setelah ia pingsan di rooftrp dan di bawa ke UKS oleh pria bermata biru tadi, ia dengan panik berlari ke kelas XII-A, kelasnya. Keberuntungan berpihaknya karena Bu Guru yang mengajar dua mata pelajar tadi tidak menghukumnya.
Aliya tidak senang dalam hati karena guru akan rapat yang pasti sebentar lagi terhitung dari tiga detik dari sekarang.
"Cupu kerjain semua tugas kelompok kita dan ini, ini kerjain juga," ucap Wilona dengan seenaknya.
Benarkan apa yang sudah di prediksinya.
Ia mengangguk pasrah lalu menerima buku-buku dari Wilona. Kesialan dalam hidupnya kenapa Regan mendapatkan dirinya di kelas yang di tempati oleh geng Wilona!! Sudahlah udah terlanjur terjadi juga ia harus banyak bersabar, kata temannya juga sekalian ia belajar bersabar jangan emosi karena dengan emosi dapat menghancurkan segalanya.
Murid-murid yang berjumlah 25 di kelas XII-A segera pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka, tapi tidak dengan Aliya karena ia harus menyelesaikam tugas yamh di berikan Wilona sekarang juga. Aliya tau masih banyak waktu untuk mengerjakan tugas kelompok ini selama satu minggu tapi ia harus mengerjakannya sekarang karena tidak punya waktu, di mension ia harus belajar bela diri dengan Regan.
Terhitung dua puluh lima menit Aliya sudah menyelesaikan tugas itu. Ia meregangkan jari-jari tangannya lalu beranjak dari tempat duduknya pergi meninggalkan kelas.
Arah jalannya tidak akan mengarah kekantin tapi ke taman untuk melihat sesuatu yang menyenangkan.
Penasaran? Mari tunggu saja.
Sampai di taman Aliya segera bersembunyi saat objek yang ia cari berada tak jauh darinya.
Aliya terkekeh geli melihat Regan yang sedang duduk di kursi panjang sedang membaca buku. Aliya tau Regan tidak benar-benar membawa buku dia hanya formalitas saja, fokus Regan yang pasti sedang melihat ke arah jendela perpustakaan, melihat seorang gadis yang sedang duduk di dekat jendela sambil membaca buku.
Aliya sangat kenal gadis itu, namanya Hanna Sekararum, gadis yang telah membuat Regan terpikat.
"Gue tau lo di sini, Aliya."
Sial! Apa bau parfumnya begitu tercium sampai Regan mengetahui keberadaanya? Regan sangat ahli dengan penciuman yang tajam.
"Rambut lo keliatan Aliya," ucap Regan lagi dengan wajah yang masih tetap sama yaitu datar.
Aliya meringis lalu duduk di sebelah Regan.
"Kenapa gak lo tembak aja?" tanya Aliya dengan penasaran.
"Nanti mati."
Aliya mengumpat mendengar jawaban dark Regan. "Maksudnya tuh ngatain kalo lo suka sama si Hanna," greget Aliya.
Aliya jika di hadapan orang lain ia harus selalu memakai kata 'Aku Kamu' karena sedang menyamar jadi cupu, tapi jika di hadapan Regan atau teman-temannya ia akan berkata 'Lo gue.'
"Nanti dianya nolak karena dia belum kenal gue."
Aliya menepuk jidatnya lalu berkata dengan frustasi. "Yah sekarang lo kenalan atuh sama si Hanna."
Regan menggeleng lemas. "Gue jelek," ucap Regan.
Jelek?
JELEK?!
Jelek katanya, jelek dari mananya! Wajah tampan Regan begitu sempurna jika di saingkan dengan Banu, orang yang selalu membullynya. Apa yang kurang dari Regan, dia memilik pahatan wajah yang tampan serta badan kekar yamg begitu mempesona. Mungkin itu definisi jelek Regan. Jadi yang tampan itu kaya gimana?
Sudahlah ia semakin pusing memikirkannya, lebih baik ia pergi dari sini sebelum ketauan orang lain.
****
Bell sekolah sudah lima menit lalu berbunyi, semua orang-orang pasti sudah pulang. Ia masih punya waktu dua puluh menit untuk mencari benda yang sangat penting yang ia jatuhkan saat sebelum pingsan dua jam lalu.
"Mana mahal lagi tuh benda," ucapnya dengan frustasi.
Drett! Drett!!
"Astaga, ganggu orang aja. Hallo ada apa Regan? "
"Cepat pulang ke mansion, Tuan Rey ingin berbicara serius dengan lo."
"Ta-"
Kebiasaan Regan jika ia akan membantah pasti ucapannya selalu terputus.
Aliya segera merapihkan bajunya yang terkena kotoran debu lalu ia pergi meninggalkan Rooftrop. Lain kali ia akan mencarinya lagi pasti ketemu.
****
Gerbang terbuka lebar, saat mobil Aliya sudah berada di dekat gerbang. Sebelum pulang sekolah ka berjalan kaki selama sepuluh menit lalu sopir pribadi menjemputnya.
Aliya keluar dari mobil lalu berjalan ke taman. Ia tau jam segini Tuan Reynold sedang berada di taman meminum kopi dengan bersantai.
"Akhirnya kamu datang juga."
Aliya segera berlutut sambil menunduk pertanda hormat. Jika saja pria tua di depannya bukan orang yang menyelamatkan nyawanya ia tidak sudi berlutut seperti ini.
"Saya cukup terkejut dengan kesopananmu," ucap Renold lalu memerintahkan kepada Aliya supaya duduk di kursi sebelahnya.
Ia tau pria tua itu tidak benar-benar memujinya malah sebalik menyindirnya karena selalu tidak menghormati pria tua itu. Oke mari kita berpura-pura membuat pria tua ini agar merasa jengkel.
"Terimakasih. Tuan. Tampan." Aliya menekankan setiap ucapan dari mulutnya.
"Ck, anak ini." Reynold memukul tangan Aliya menggunakan tongkatnya.
Tiba-tiba Tuan Reynold masamg wajah serius, dia berkata dengan suara pelan. "Saya sudah mendapatkan informasi jika perusahaan Ardamedra telah di ambil alih oleh perusahaan yang 8 tahun lalu diganti dengan nama Dramdama Crof."
"Itukan perusahaan yang masih terhubung dengan perusahaan Mahendra?"
"Dan kamu pasti tau perusahaan yang dulu bernama Ardamedra itu adalah perusahaan Ayahmu Aliya. Orang tau perusahaan Ardamedra mengalami kebangkrutan dan perusahaan itu telah dijual ke perusahaan yang sekarang bernama Dramdama Crof nyatanya saya telah mengetahui jika perusahaan Ardamedra tidak pernah bangkrut dan tidak akan pernah bangkrut, seseorang sudah mengambil alih perusahaan itu dengan paksa." Jelas Tuan Reynold lalu menyerahkan dokumen yang selama 3 bulan ia cari. "Saya curiga sejak awal mengapa perusahaan keluarga Ardamedra bisa bangkrut, mustahil kan jika perusahaan Ayahmu bangkrut? Karena itulah ada seseorang di balik ini yang membalikan fakta jika perusahaan iti bangkrut."
"Siapa sebenarnya pria iblis itu! Apa dia juga yang membunuh ayah serta bundaku?!" Ada secercah harapan untuk ia menemukan pelakunya agar pembalasan untuk kematian orang tuanya akan segera terwujud.
"Kemungkinan orang yang sama. Pria itu membunuh kedua orang tuamu karena kekayaan dan kekuasaan."
Brak!
"Tenangkan dirimu Aliya! Sekarang kamu boleh pergi, Regan sudah menunggumu di ruang pelatihan."
Bersambung
__________