EPISODE|| Menjadi Diri Sendiri

1220 Words
SEBELUM MEMBACA, YUK ADD CERITA INI KE LIBRARY DAN FOLLOW AKUN INI :* KOMENTAR KALIAN SANGAT MEMBANTU CERITA INI AGAR BERKEMBANG TERUS:* FAST UPDATE = SPAM KOMEN! SELAMAT MEMBACA _______________________________________ Pakaian apa yang harus kukenakan untuk bertemu Smith--teman lama Aldrich yang juga sedang mencari jodoh? Tidak seperti perempuan pada umumnya, kencan adalah beban tersendiri bagiku. Pakaian memanglah ranah pekerjaanku tapi jika disuruh memilih untuk diri sendiri aku seperti sedang mengerjakan soal ujian. Sepertinya percuma saja aku belajar menjadi Desainer jika untuk diri sendiri pun aku tidak tahu apa yang pantas kukenakan. "Yang ini saja!" Haruskah aku mengiyakan pilihan Daisy? Seorang sekertaris yang bahkan tidak pernah mau memikirkan masalah pakaian. Ketika bekerja, dia hanya memakai rok pensil selutut dan kemeja putihnya itu. Lalu saat di rumah, dia mengenakan celana training dan kaos oblong ukuran besar. Oke, pertama dia punya selera pakaian yang berbeda dariku. Dia suka pakaian yang cukup sederhana. Sementara aku, tidak begitu menyukainya. Dan juga, semoga aku tidak lupa penolakan Amanda terhadap Dave yang mana juga merupakan ide Daisy. Oh, Daisy maafkan aku .... "Baiklah, lalu kau mau pilih yang mana?" Syukurlah keterdiamanku langsung diketahui oleh Daisy bahwa aku menolaknya tanpa mengatakan, "Aku tidak mau, itu jelek dan bukan seleraku." Daisy perempuan baik, terlalu jahat kalau aku sampai mengatakan itu. Daisy menyimpan kembali pakaian pemberian Dave itu ke dalam lemari. "Sepertinya aku akan mengenakan simple dress saja. Maksudku, Smith orang baru dan berpakaian terlalu glamor belum tentu menarik perhatiannya." Semua informasi dari Smith kudapat dari Aldrich dan Amanda. Aku juga sebatas tahu bahwa Smith sedang mencari jodoh. Wajah? Bahkan Amanda melarangku melihat fotonya. Daisy mengangguk, mulai menyusuri deretan pakaian milikku lagi. "Setidaknya kau menjadi dirimu sendiri," tutur Daisy. Dia sudah tahu, aku akan bertemu Smith bukan Dave. Aku mengangguk setuju. "Kau dan dia akan terkejut, jika sudah berkomitmen tapi dipertengahan hubungan kau bukan menjadi dirimu," tuturnya. Seolah dia sudah berpengalaman. Padahal Daisy terakhir kali berpacaran saat dia berumur 17 tahun. Dan memilih pensiun karena dia lebih suka pekerjaan daripada laki-laki. Tanganku berhenti memilah pakaian, dan menghadap ke arahnya dengan jari mengusap dagu, tak lupa dahiku agak berkerut. "Tapi menjadi diri sendiri itu yang seperti apa? Maksudku, aku tidak tahu makna menjadi diri sendiri." "Lalu, kenapa kau tadi mengangguk?" "Hanya sekedar mengangguk, hehe." Selama aku bersama Benjy, aku selalu mengikuti apa yang Benjy mau. Pakaian? Hampir semua yang kukenakan setiap hari adalah pemberian dari Benjy, semua selera Benjy. Dan hampir setiap hari aku terlihat seksi. Apakah itu yang dinamakan bukan menjadi diri sendiri? Daisy mengulurkan dress berwarna Lilac dengan motif bunga. "Kau bisa mencobanya dengan tidak menahan sendawamu ketika selesai makan. Itulah makna menjadi dirimu sendiri, Alice," jawabnya, sambil tersenyum manis duduk di kursi. Oh s**t, itu salah satu kebiasaan buruk-ku. Sehabis makan aku bisa bersendawa lebih dari lima kali. Benjy sudah paham dan tidak akan terkejut, tapi orang lain? Oh ayolah, aku tidak mau orang lain menolak-ku hanya karena kebiasaan buruk-ku itu. "Setidaknya tidak mengatakan itu, Daisy!" Aku melirik tajam ke arahnya. Kulihat dari ekor mata dia terkikik tanpa suara. Sulit sekali menerima ledekan seseorang yang menyangkut kekurangan diri. Aku melihat ke dress yang Daisy pilih kan. "Oh! Lalu apa ini Daisy? Kau menyuruhku menjadi diri sendiri sementara sejak tadi kau lah yang memilih pakaian yang akan kukenakan?" sindirku dengan suara mengeram. Dan ekspresi seolah marah. "Peace!" Daisy mengacungkan jari tengah dan telunjuknya. Sambil menyengir dan giginya terlihat. Aku mendengus keras dengan bola mata memutar jengah. ___________________________________________ Tugas Daisy hanya menemaniku memilih pakaian. Dan pakaian yang dipilihkan olehnya tidak kukenakan. Oh, sungguh baik sekali kau, Alice! Hei, dia sendiri kan yang mengatakan untuk menjadi diri sendiri. Tidak-tidak, Daisy tidak akan marah hanya karena penolakan. Tapi aku justru terlihat seperti sahabat yang jahat. Sekarang aku menjemput Amanda di rumahnya. Kulihat sudah ada mobil Aldrich di sana. "Amanda!" teriak-ku. Tanpa mengetuk daun pintu rumahnya. Aku bahkan lupa kalau Amanda punya banyak tetangga yang kapanpun bisa keluar dengan bringas. Ya aku memang tidak sopan. Tenang, tidak ada yang akan melemparku dengan majalah. Tapi dengan batu, aku tidak bisa memastikan itu. "Amanda, berhenti lah b******u di dalam! Kau bisa mengembung jika tidak segera keluar!" Aku terkikik di akhir kalimat. Kupikir Aldrich dan Amanda sedang melakukan itu. Mereka selalu memanfaatkan momen berdua untuk membuat bayi. Aku sudah tahu. Tidak begitu lama sampai Amanda keluar. "Oh, Nyonya Alice tidak bisakah kau menunggu sebentar lagi?!" tukasnya dengan mata melebar wajahnya tidak lagi ramah. Aku tau, dia hanya berpura-pura. Dan pintu sudah dibukakan, dia memakai tantop dengan celana pendek. Ya, aku melihat bercak merah di sana. Aku sudah menduga. Tidak perlu terkejut. "Dimana suamimu?" tanyaku, mengikuti Amanda yang masuk. Plak! "Kekasihku!" tegurnya. Aku mengusap lengan yang dipukul olehnya. Seumur hidup aku baru melihat asisten yang begitu kurang ajar dengan bosnya. "Whatever. Aku sudah rapi, jadi kapan Smith akan datang?" Tunggu dulu, kenapa aku seperti orang yang kehausan? Kehausan akan laki-laki. Oh tidak, ini hanya ambisi untuk membalas perbuatan Benjy. Amanda memberi tatapan menilai dari atas hingga bawah. Matanya memincing. "Apa?" kataku was-was. Tamatlah kau Alice. Amanda akan segera menjadi juri dadakan. "Stop! Jangan menyuruhku untuk menggangti pakaian! Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri!" Segera aku melarangnya berkomentar. "Ini bukan ajang model pakaian," imbuhku. Dia melipat tangan di d**a. "Siapa yang akan menyuruhmu berganti. Aku terheran, siapa yang memberimu saran sehingga kau terlihat seperti Ariana Grande." Ariana Grande? Apa Amanda buta? Maksudku, ini sama sekali bukan style dari pakaian Ariana Grande. Tapi aku mengikat rambutku seperti Ariana Grande. Apa ini yang dia maksud? "Kuharap kau memikirkan untuk tidak mengikatnya." "Sudah lupakan. Aku tidak bisa berama-lama." Butuh waktu 15 menit untuk mengikat rambutku ini. Mungkin satu detik saja untuk merusaknya. "Maksudmu, kau sudah tidak sabar bertemu Smith, Nyonya Alice?" godanya, ekspresi wajahnya meledek. "Bukan! Aku hanya tidak punya waktu banyak." Aku tidak mengelak. "Waktuku tidak banyak. Ibuku segera menyuruhku tidur sebelum larut malam." "Biasanya orang lain akan tumbuh dewasa dan semakin pintar. Kurasa itu berkebalikan padamu, Alice." Aku mengangkat bahu tak acuh. "Baiklah, silakan duduk dulu. Aku akan berganti pakaian. Sementara aku berganti pakaian, kau bisa mengobrol dengan Aldrich." Aku mengangguk tanpa menolak. Kulihat Aldrich keluar dari kamar Amanda dengan pakaian rapi. Sepertinya dia sudah siap. "Tapi Amanda, apa kau tidak punya air? Maksudku, hargailah tamumu ini." "Bilang saja kau ingin minum!" Amanda bersungut. Aku terkekeh. "Aldrich, tolong berikan dia minuman dan jika ada sisa makanan semalam, tolong hidangkan juga," perintah Amanda dengan keras. "Hei! Kau pikir aku tikus!" kesalku. Amanda tergelak di sela langkahnya. Aldrich terlihat seperti anjing penurut. Dalam hati aku terkekeh. Tapi sepertinya menyenangkan memiliki kekasih seperti Aldrich. Yang kutahu, Aldrich tak pernah mengatur apa yang Amanda inginkan. Berbeda sekali dengan Benjy. "Alice, tolong tunggu sebentar. Minumanmu tidak akan lama," kata Aldrich, kemudian berlalu ke dalam yang pastinya ke dapur. Aku mengangguk, menunggu mereka berdua dengan ekspresi datar. Apa yang bisa kulakukan di rumah Amanda selain duduk tenang di sofa seperti bocah lima tahun yang bertamu sendirian dan ditinggal masuk pemilik rumah. _______________________________________ SEMOGA CERITA INI BISA MENGHIBUR KALIAN DAN MENGISI WAKTU LUANG KALIAN :* JANGAN LUPA BACA CERITAKU YANG LAINNYA :* DAN MASUKAN KE LIBRARY JUGA YA :* JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA INI BISA SKIP TANPA MENINGGALKAN JEJAK. HARGAI KARYA ORANG LAIN, KARENA BELUM TENTU KITA SEMUA BISA MEMBUAT YANG SERUPA. INFO UPDATE ** : rizkamursinta31 atau follow akun ini supaya ada notif kalau cerita ini update. :* SALAM HANGAT, ZAYNRIZ :* SEHAT SELALU, GUYS!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD