Dalam gelap malam yang sedikit riuh dari malam biasanya, aku menatap punggung gadis yang memiliki rambut panjang dan diikat kuda tersebut. Dia hanya menyampaikan harapannya kepada langit. "Hoi hoi! Hera jadi ingin segera punya pasangan.” “Hera!” Hans mengingatkan adiknya. Gadis itu berbalik dan tersenyum kepada Hans yang tampaknya khawatir. “Hera sudah dewasa, Bang.” “Bagi kami, Hera tetap masih kecil seperti dulu.” Aku mewakili kalimat yang hati Hans sembunyikan. “Sekarang Bang Heru sudah punya Yuk Ai,” Hera merengut. Aku mencubit pipinya yang lembut, “Aisyah tidak akan keberatan mengakui Hera sebagai adik ipar. Ya kan, Ai?” “Kalau Hans bisa menaklukan Erly,” jawabnya sambil mengerling kepada Hans. “Ai, kenapa kamu jadi genit sama Hans? Nanti dia sungguh-sungguh akan merebutmu dar

