lelaki asing
"Aqila..." Pangil Windi manager dimana Aqila bekerja
Aqila hanya meringis mendengar teriakan atasanya itu. Ia membalikkan badanya dan menunduk tak berani menatap wajah atasanya itu.
"Kamu lihat jam berapa ini Aqila?"
"He...he...he...maaf Bu saya terlambat,tadi di jalan macet Bu." Bela Aqila
"Saya harap ini yang terakhir kalinya kamu terlambat,kalau tidak kamu saya akan cepat, eh...maksudnya pecat."
"Iya Bu ,maaf." Ucapnya yang masih setia menunduk
"Sudahlah,cepat kembali bekerja."
Aqila mengangguk dan bergegas ke ruangan yang dikususkan untuk para karyawan untuk mengganti baju.
Aqila memulai pekerjaannya setelah selesai memakai seragamnya.
Aqila bekerja di sebuah caffe shop yang cukup terkenal di kotanya,demi menyambung hidupnya dan menabung untuk melanjutkan kuliahnya.
Aqila memang terlahir yatim piatu,kedua orang tuanya meninggalkanya di sebuah panti asuhan sejak ia masih bayi merah. Dan meninggalkan sebuah kalung berbentuk kunci. Itu adalah barang satu-satunya untuknya mengenali siapa dirinya.
Tetapi ia tak berniat mencari tahu siapa dirinya,karena baginya kedua orang tuanya sudah meninggal semenjak ia di buang oleh kedua orang tuanya. Impianya hanya satu menjadi pegawai kantoran dan mempunyai gaji yang besar agar bisa merenovasi panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
dan sebab itulah ia tak berniat untuk mencari siapa kedua orang tuanya,karena baginya itu akan membuang waktu saja.
"Hei...terlambat lagi?" Tanya Naomi sang sahabat,mereka bersahabat sejak kecil karena Naomi juga berasal dari panti asuhan yang sama denganya. Bedanya kedua orang tua Naomi sudah meninggal tak ada dari sanak saudaranya yang mau mengurusnya,mau tak mau Naomi harus tinggal di panti.
"Iya,tadi abis nolongin ibu-ibu mau nyebrang,makanya telat." Terang Aqila.
"Alah bilang aja kamu kesiangan." Ucap Naomi tak percaya.
Aqila hanya nyengir,dan menganggukkan kepala membenarkan Naomi.
"Itu juga salah satunya Naomi,tapi untuk ibu-ibu aku benaran gak bohong kok." Ucap Aqila membela diri.
"Hei...kalian ini mau ngobrol apa kerja?" Omel maneger mereka.
Mereka lalu mengatupkan bibir mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Dengan cekatan Aqila mengerjakan tugasnya,begitu juga Naomi hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam,itu tandanya untuk menutup caffe shop tempat mereka bekerja.
"Naomi kamu beneran tidak mau bareng aku?" Tanya Aqila sekali lagi.
"Gak Aqila,aku mau kembali ke panti ibu Diana pengen ketemu sama aku katanya." Ucap Naomi
"Ya sudah aku balik duluan ya,salam buat ibu Diana. Mungkin Minggu depan aku baru bisa balik ke panti."ucap Aqila beranjak meninggalkan tempatnya bekerja,dan membiarkan Naomi berdiri sendirian menunggu ojok pesananya.
Naomi hanya menatap kepergian Aqila sambil terus medumel,karena Aqila tega meninggalkannya seorang diri di tempat ini.
Aqila mengendarai motornya dengan kecepatan sedang,karena jalanan cukup lenggang jadi ia sedikit bersantai menikmati suasana malam hari,sesekali ia bersenandung kecil mengikuti lagu yang ia putar lewat ponselnya dan ia memasangkan earphone di telinganya.
Saat sedang asik mendengar musik favoritnya,tiba-tiba ada seorang lelaki yang menghadang jalanya,hampir saja Aqila menabrak lelaki itu yang tiba-tiba berhenti tepat di depan motornya.
"Mas,kalau mau bunuh diri jangan di motor saya,saya gak punya biaya buat nanggungnya." Omel Aqila.
Sementara lelaki itu masih sesekali melihat kebelakang seperti seseorang mencari sesuatu,mengabaikan Omelan Aqila.
"Mas,denger gak sih?minggir saya mau lewat."Aqila masih setia mengomel,dan tiba-tiba ada segerombolan pria berbadan besar dan berbaju hitam.
"Ternyata kamu disini,sekarang mau lari kemana kamu?" Tanya salah seorang dari mereka.
Alis Aqila mengkerut,ia mencium bau ketidak beresan yang terjadi antara lelaki ini dan gerombolan preman itu.
"Bisa kamu tolong saya?" Tanya Aqila yang masih setia terbengong.
"Hei...apa kau bisa tolong saya?" Tanya lelaki itu sekali lagi,karena tak mendapat jawaban dari Aqila.
"Ah...ya,kenapa?" Tanya Aqila yang masih mencerna apa yang terjadi.
"Kamu bisa tolong saya tidak?" Tanya pria itu kesal.
"Apa kau memiliki masalah dengan mereka?kalau iya aku tak mau ambil resiko." Ucap Aqila takut.
"Tenang saja aku takkan melibatkan mu dalam masalahku, dan jika kamu berhasil menyelamatkan saya,saya akan memberimu imbalan yang setimpal." Janji pria itu.
"Baiklah,aku akan menolongmu."ucap Aqila akhirnya mau menolong lelaki yang tak di kenalnya,karena jujur Aqila tak tega jika harus meninggalkan lelaki asing ini,dan dia tak bisa membayangkan apa yang akan di lakukan oleh segerombolan preman ini kepada lelaki asing yang ada di depanya ini.
"Dengar,dalam hitungan ke tiga kamu naik ke atas motorku oke?"ucap Aqila sambil menyalakan mesin motornya,dan bersiap untuk melajukan motornya.
"Tigaaaa....." Teriak Aqila tiba-tiba dan membuat lelaki itu terlonjak kaget dengan segera melompat ke atas motor Aqila,dirasa sudah siap Aqila meng-gas motornya dengan kecepatan tinggi,membelok-belokkan motornya guna menghindari para preman yang berusaha menangkapnya.
"Awas...ketabrak gak punya rem..." Teriak Aqila yang mencoba menghindari para preman itu.
"Hei...berhenti..." Teriak para preman itu dan berusaha mengejar motor Aqila yang melaju dengan cepat.
Brem...brem....suara motor Aqila mengebut,walaupun motornya matic tetapi motornya ini bisa melaju dengan kecepatan tinggi.
Aqila memberhentikan motornya setelah ia merasa kalau para preman yang mengejar mereka sudah tak terlihat mengejar lagi.
"Turun mas,udah aman." Ucap Aqila menurunkan lelaki asing di depan mini market yang masih lumayan ramai karena banyak yang nongkrong cantik di depan mini market itu.
"Makasih sudah mau nolongin saya." Ucap lelaki itu.
"Oke...kalau begitu saya pamit dulu ya,hati-hati ya mas..." Ucap Aqila dan hendak meninggalkan lelaki itu
"Eh...tunggu." lelaki itu menghentikan Aqila yang hendak melajukan motornya.
"Ada apa lagi mas?" Tanyanya heran.
"MMM...boleh pinjam ponsel kamu tidak?ponselku tadi sepertinya terjatuh saat dikejar sama preman tadi,dan saya juga belum memberimu imbalan yang sudah saya janjikan tadi." Ucap lelaki itu.
"Bentar..." Ucap Aqila mengambil ponselnya dari tas selempang miliknya,setelah ketemu yang ia cari segera ia memberikan ponselnya kepada laki asing yang ada di depanya.
Lelaki itu tersenyum menerima ponsel Aqila,ia menekan nomor untuk ia hubungi.
"Hallo...jemput saya di jalan XXX sekarang." Bukan kalimat meminta tolong melainkan perintah.
"Terima kasih..." Ucapnya memberikan ponsel milik Aqila sembari tersenyum sangat manis.
"Eehhh...buset,cakep banget ini cowo jadi pengen tak hih..." Ucap batin Aqila yang merasa gemas melihat lelaki yang ia tolong ternyata tampan.
"Mbak..." Panggilan itu membuyarkan lamunan Aqila,dengan segera Aqila mengambil ponsel dari tangan lelaki asing itu sambil nyengir.
"Udahlah mas,saya buru-buru,saya pamit ya..." Ucap Aqila yang di jawab dengan anggukan. Lalu setelah itu ia menyalakan mesin motornya dan meninggalkan lelaki asing itu sendirian dan mengabaikan panggilan lelaki itu,karena dirinya belum memberikan imbalan yang ia janjikan.
"Gadis yang baik..." Ucap lelaki itu sambil terus menatap kepergian gadis itu sampai tak terlihat dari pandanganya.
Tak butuh waktu lama datang sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan lelaki itu,lalu keluar seorang lelaki yang seumuran denganya yakni dua puluh delapan tahun.
"Tuan apa anda baik-baik saja?" Tanyanya kawatir.
"Ya saya baik-baik saja,kamu harus cari tahu secepatnya siapa yang sudah berani menyerang saya. Dan satu lagi selidiki nomor yang tadi saya gunakan untuk menelponmu tadi." Perintahnya kepada asistenya.
"Baik tuan..." Jawabnya lalu dengan cepat ia membukakan pintu mobil agar tuanya segera masuk kedalam mobil dan segera kembali kerumahnya.