
bercerita tentang perjuangan hidup seorang anak perempuan untuk memperbaiki kehidupannya yang penuh dengan warna-warni.
Nayanika memandang kehidupan tidak dengan kenaifan. karena dia tahu, tidak ada keberuntungan yang datang dengan tiba-tiba. semua diperoleh dengan kerja keras dan doa yang tidak pernah putus.
kehidupan tak selalu bercerita tentang air mata, tetapi juga banyak tawa yang mengiringi kehidupan setiap gadis dengan persahabatannya yang indah begitu pula dengan Naya. Walaupun Naya hanya seorang gadis miskin yang berkekurangan bukan berarti dia tidak dikelilingi teman - teman yang special. Yang selalu ada saat dia sendiri dan menangis menjalani kehidupan.
Kehidupan bermula ditahun kedua pernikahan kedua orang tuanya. Ya, kelahiran Naya penuh dengan dramatis. Ibunya berkutat dengan teriakan dan rasa sakit karena bayinya tak kunjung lahir selama tiga hari. Diujung Jakarta pada saat itu memang susah mencari dokter untuk melahirkan. Dengan susah payah nenek daus menemukan seorang dukun beranak untuk membantu persalinan ibu Eni. ibunya Naya. Sang Ayah yang menunggunya dengan kuatir hanya bisa mengusap d**a dan beristigfar. Hujan masih membasahi bumi ketika seorang bayi terlahir kedunia diiringi erangan hebat suara wanita menahan sakitnya melahirkan.
Ayah menggendong bayi perempuannya yang cantik bermata indah. Matanya besar, dengan warna coklat yang pekat dan jernih, bulu matanya lentik. Ditatapnya lalu dikumandangkan azan ditelinganya.
"Bu, aku menamainya Nayanika Pratiwi. Nayanika berarti mata yang indah, Pratiwi agar dia dapat bermanfaat bagi negeri" ucap ayah sambil memandang ibu dengan penuh haru yang masih terlihat lemah dan sakit. Ibu tersenyum tanpa suara.
"Naya.... sedang apa di atas pohon?? turun!!!!"
teriak ayah dari bawah pohon yang terlihat jauh dari atas.
Saat itu umur Naya 7 tahun dan sudah bersekolah di SD inpres. Dia nyengir. "Ayah..Naya ga tau caranya turun!!!Naya naik dahan dari jendela ante Rini.!!
"MasyaAllah ni anak!!ujar ayah yang sudah keliatan panik dan ternyata bukan ayah saja, karena sudah banyak orang, baik itu tetangga saudara, om - omnya dari ayahnya dan kakeknya yang sangat menyayanginya.
Kakeknya berseru"ambil tangga, ambil tangga, naik de. gendong si Naya. awas jatuh" disuruhnya adik ayah yang paling bontot menurunkan naya.
yang disuruh hanya tersenyum lalu berlari kebelakang mengambil tangga. setelah 1 jam akhirnya Naya bisa diturun kan dengan pelototan semua orang. " Kamu ngapain si naik-naik pohon tinggi begitu. 7meter itu tingginya tau ga??" kata ayah setengah marah setengah kuatir. yang ditegur cengar- cengir sambil ngomong" Jambunya keliatan enak yah, jadi mumpung ga ada orang Naya ambil. lagian deket sama jendela. eh pas uda nyampe, ternyata ayah udah dibawa sama semua, hehehe"
Bukan naya namanya kalau ga bikin kuatir ya teman- teman.
.....
Waktu berlalu saat ini usia Naya 14 tahun. Duduk di bangku SMP kelas 2. Dia menelungkupkan wajahnya diatas meja sekolah pagi itu.
"Naya.. Naya... Pr Fisika sudah belum. aku lihat dong mau nyocokin" pinta widia.
Dengan malas dia membuka resleting tasnya.
"Nih..." seruhnya. Lalu menelungkupkan lagi wajahnya.
" kamu abis nangis ya Naya?"tanya widia hati-hati.
Naya pun bangkit lalu berurai air mata. " Ayah bilang aku ga perlu sekolah lagi. Anak perempuan ga perlu sekolah tinggi. palingan hidupnya sekitaran sumur, kasur dan dapur. Ngapain sekolah tinggi-tinggi. katanya aku mau dinikahin sama anak temennya ayah." sambil mengelap hidungnya yang penuh air.
"aku tau sebenernya dia ga punya uang. adik aku banyak.ibu baru melahirkan adik ke enam. Dan Ayah baru di PHK. Aku masih ingin sekolah wid" isak Naya.
Naya adalah seorang siswi yang cerdas. dari kelas SD dia selalu dapat rangking satu. Walau selama ini hidupnya pas-pasan dia selalu semangat belajar dan tak pernah mengeluh dan bercerita ingin banyak hal. Hanya satu yang dia inginkan. Ingin tetap bersekolah. Karena sekolah adalah anak tangga untuk merubah kehidupannya yang sulit. Widia mengerti kesulitan temannya. dia hanya diam dan membiarkan temannya menangis meluapkan kesedihannya. Karena dia tahu sekali sahabatnya ini tak pernah menangis kecuali sesuatu yang amat berat membebaninya.
Sepulang sekolah Naya tidak pulang kerumah. Dia pulang kerumah nenek dari ibunya yang jaraknya tidak terlalu dan tidak juga dibilang dekat bila dilalui dengan berjalan kaki.
"Mbah.. Naya datang." katanya sambil mencium tangan neneknya.
"kok ga ganti baju dulu??"Mbah dan ibu membiasakan anak-anaknya mengganti baju sekolah dengan pakaian rumah selepas pulang sekolah. Agar pakaiannya tidak cepat rusak. Yang ditanya hanya meloyor pergi ke dapur. Mencuci piring.
Nenek Naya pedagang masakan matang. Jadi setiap kali Naya datang dia akan melihat tumpukan piring didapur yang tidak berkesudahan. Sehingga pekerjaan itu bisa mengisi kegiatannya yang bingung mau kemana mengadu nasibnya. Sambil menangis dia mencuci piring- piring dan gelas yang menumpuk.
bagaimanakah nasib Naya selanjutnya????Baca terus ya..

