Bab 1. Permulaan

1027 Words
Perkenalan tokoh. Yura wibawa, gadis modis yang cantik dengan pawakan yang tidak bisa dilewatkan lawan jenisnya saat melintas, berkukit putih dengan tinggi yang lumayan diatas rata rata, puteri dari Rama Wibawa, pengusaha tajir dengan segudang aktivitas yang membuatnya jarang untuk pulang kerumah, bahkan satu bulan sekali jika itu memungkinkan. Rendi wijaya, pengusaha properti termuda di usianya, ia adalah cucu pemilik yayasan sekolah menengah atas yang paling populer di Kotanya. Desi, adalah guru yang mengajar di tempat sekolahan SMA milik kakek Rendi, ia tahu betul, siapa Rendi Wijaya, hingga ia bersikeras untuk mengejarnya sampai dapat. Jam alarm yang sudah berbunyi melengking di atas laci samping tempat tidur Yura, tanda hari sudah pagi, saatnya Yura untuk bangun dari tidurnya, namun gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya, ia masih suka menikmati udara pagi yang masih sejuk, apa lagi bau khas tanah yang semalam habis di guyur hujan, membuat gadis itu enggan untuk bangun. "Tok, tok, tok." Suara seseorang yang tengah mengetok di daun pintu luar kamar Yura, namun gadis itu enggan untuk terbangun juga, atau sekedar membuka suara tanda ia sudah bangun dan mendengar ketokannya. "Tok, tok, tok, nona...nona muda...sudah waktunya sekolah..." Ucap bibi asisten rumah tangga yang bertugas membangunkan Yura. "Haisz...kenapa aku masih kurang tidurnya? apa aku semalam terlalu larut pulangnya?" Ucap gerutu Yura sembri menyingkap selimutnya dan melemparnya kelantai, ia terjaga lalu terduduk di tepian ranjang, mengumpulkan sepenuh tenaganya untuk bngun dan berjalan menuju ke pintu kamarnya. "Iya bi...aku sudah bangun...aku juga sudah mendengar bunyi alarm bibi..." Ucap Yura saat ia sudah membuka pintu kamarnya, terlihat bibi asisten rumah tangganya yang tengah berdiri mematung di depan pintu kamar yang baru ia buka. "Maaf non...bibi kira nona belum bangun...nanti kalau non sampai kesiangan masuk sekolahnya, bibi juga yang kena omelan." Ucap bibi yang tanpa ragu ragu, dimana ia setiap hari selalu mendengar omelan dari nona mudanya setelah pulang dari sekolah, bahwa ia tadi telat masuk sekolah, dan mendapat hukuman dari guru yang mengajarnya. Lalu Yura pun langsung menutup pintu kamarnya kembali, menuju ke kamar mandi dengan hanya membawa handuk saja, hingga beberapa saat ia berada di dalam, melakukan aktivitas mandi nya setiap pagi seperti biasa, sampai beberapa saat ia keluar dengan hanya mengenkan handuk yang membebat tubuhnya, dari atas d**a sampai atas lututnya. Ia pun segera mengenakan pakaiannya, berdandan ala anak zaman sekarang dengan centilnya. Lalu ia pun keluar dari dalam kamarnya, saat ia sudah membawa semua peralatan dan perlengkapan sekolahnya ia menuruni anak tangga menuju ke meja makan, dimana disana bibi sudah menungguinya dengan sepiring roti selai dan segelas s**u sebagai pengganjal perutnya di setiap pagi yang ia pilih, bagi Yura sarapan seperti itu lebih mudah, menyingkat waktu, gampang, dan yang terpenting cepat. "Non nanti ada les?" Tanya bibi di sela sela sarapan Yura. Sesaat gadis itu pun menatap ke arah bibi asisten rumah tangganya. "Hemz...kenapa bi? ada apa? apa papa mau pulang hari ini?" Tanya Yura pada bibi yang berdiri di sampingnya. "Sepertinya iya non, papa non pulangnya biasanya tanggal segini non, bagaimana? non bisa tidak pulang sekolah cepat pulang ke rumah?" Ucap bibi yang mengingatkan, karena biasanya papa Yura di rumah pun tidak lama. "Emb...baiklah bi...Yura akan pulang cepat nanti." Ucap Yura sembari meneguk s**u yang ada di gelasnya sampai habis. "Ya sudah bi...Yura berangkat sekolah dulu." Ucap Yura sembari membawa semua yang harus ia bawa menuju ke sekolah. Dengan mengendarai mobil Audi RS5 Yura melenggang dengan cantiknya. Dua puluh menit saja Yura sudah sampai ke tempat sekolahnya, dimana disana ia pun belum terlambat sama sekali. Yura segera memarkir mobilnya di tempat parkir yang sudah disiapkan pihak sekolah untuk para siswa siswinya. Saat Yura baru keluar dari dalam mobilnya, ia sudah di sambut dengan banyak teman yang berkerumun menungguinya. "Sssst...si tajir datang tuh." Bisik salah seorang hadis yang ikut mengantri disana. "Pokoknya hari ini kita harus ajak dia jalan ke mall...oke...aku sudah mengincar satu sepatu impor loh dari kemarin." Bisik salah satunya lagi...sampai Yura datang ke arah semuanya, memghampirinya disana. "Hai semua..." Sapa Yura pada semua temannya yang tengah menungguinya di tempat parkir. "Hai cantik...yuk...bel masuk sudah mau bunyi...ayo masuk..." Ucap semua yang langsung saja membuat Yura dan teman temannya menuju ke ruang kelas. "Eh lihat itu si cupu sendirian, kasihan banget ya...siapa juga yang mau berteman dengan dia...udik." Ucap salah seorang teman Yura yang tengah mencibir seorang gadis yang sedang berjalan sendirian menunduk menuju ke kelas yang sama. "Eh jangan gitu dong, dia juga teman kita juga...jangan di jauhi..." Ucap Yura yang menengahi semua cibiran teman temannya, dan Yura pun segera berjalan mendekat kearah teman yang memang terlihat cupu, dengan kaca mata besar yang tengah ia pakai. "Hai, kamu murid pindahan ya? aku baru melihatmu hari ini." Sapa Yura pada seorang murid yang sekarang berjalan berjajar dengannya. "Eh iya...perkenalkan nama aku Yura, kamu siapa?" Tanya Yura pada gadis di sampingnya. "Nama Aku Ifa, iya...aku murid baru, pindahan dari kampung, keluarga aku baru pindah ke kota, papa aku arsitek di kota...makanya aku pindah sekolah disini, aku kelihatan udik ya? aku dengar kok para siswi yang cantik cantik itu tadi berkata begitu." Ucap Ifa yang masih berjalan di sisi Yura namun dengan wajah menunduk. "Oh itu semua juga teman teman aku Fa...udah nggak apa apa, mereka semua baik kok." Ucap Yura yang merasa semua teman yang mengelilinginya baik. sedangkan di sisi teman teman Yura yang populer. "Yura ngapain sih disana? kurang kerjaan ya? gadis udik aja di temani, kalau aku sih nggak mau ya..." Ucap salah satu teman Yura yang tanpa Yura ketahui. "Aku juga sama, kalau Yura berdandan seperti itu karena berteman dengan si udik...akh aku masih bisa terima meskipun begitu, yang penting...dia masih mesin atm kita...bener nggak teman teman?" Ucap salah satunya lagi yang menimpali. Di ujung jalan, di koridor depan ruang kelas, berdiri seorang lelaki jangkung dengan wajah yang lumayan tampan, dia adalah Eric, ketua tim basket sekolah, banyak murid wanita yang mengaguminya, tapi ia sudah lama mengejar Yura, namun gadis itu hanya menganggapnya teman saja, bagi Yura, jika seorang lelaki tidak bisa membuat jantungnya berdentum kencang, itu tandanya ia tidak jatuh cinta padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD