Bab 4: Anak yang menyeramkan

1148 Words
Dia punya aura yang gelap dalam dirinya, yang membuatnya terasa menyeramkan. *** "Yerina, ambil wudhu ya kita dzuhur berjamaah, ya," ujar Aisyah dari balik pintu. Yerina langsung bersiap menuju ke keran yang berada di belakang rumah, dia takut masuk ke kamar mandi yang berada di kamar karena sosok yang tempo hari dia lihat. Aisyah, Abahnya, Yusuf dan Yerina melaksanakan sholat berjamaah. Kemudian mereka mengaji bersama, tidak pernah rasanya hati Yerina setenang ini. Dia jadi teringat saat dulu dia dan kedua orangtuanya sholat dan mengaji bersama, tapi semua berubah mereka tidak lagi pernah sholat maupun mengaji saat perusahaan Mardana--Ayah Yerina bangkrut. Yerina sudah coba membujuk mereka tapi selalu gagal sampai akhirnya Yerina ikut menyerah. "Bunda ajari Yerina mengaji, ya," kata Yerina saat selesai mencium tangan Aisyah. "Subbahanallah, dengan senang hati Sayang." Aisyah mencium pipi Yerina. Aisyah mengajari Yerina mengaji, Yusuf menyimak, sedangkan Abah Aisyah berdzikir. Setelah selesai Aisyah menghampiri Abahnya. "Aisyah nemu ini Bah di tempat kejadian." Aisyah memberikan sebuah kantung berwarna hitam kepada Abahnya. Abah Aisyah langsung membukanya, "Astagfirullah." keduanya terkejut saat melihat isi di dalam kantung itu. Ada rambut, gigi, dan jari jempol kaki yanv dibungkus kain berwarna merah pekat. Bau darah juga tercium dari kantung itu. "Menurut Abah ini ...." Abahnya langsung mengangguk. "Bisa jadi orang yang sama, andai kita tau sumbernya. Mungkin anak-anak ini akan mengahncurkannya." Tanpa sadar Abah Aisyah berkata demikian. "gunakan saat waktunya tiba nanti, ditempatnya yang semula." "Kapan itu, Bah?" tanya Aisyah. "Saat kita harus menemukan dia dan semua hampir selesai." *** "Assalamualaikum, Bunda, Ayah." Tujuh s*****n masuk ke dalam rumah dengan rapi. "Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Alhamdulillah para anak Bunda sudah pulang. Kalian mandi dulu sana terus kita makan siang bersama ya, eits tapi udah pada sholat belum?" "Udah dong Bunda," jawab Raka, Rangga, Amira, dan Fina dengan semangat. "Bagus, yaudah sana mandi bau ih." Aisyah menutup hidungnya sambil terkekeh. *** Dan keseharian Yerina dimulai, dia sudah mulai terbiasa dengan kehidupan dan rumah barunya. Dia juga tidak pernah melihat sosok di kamar mandi maupun di tempat yang lain lagi. Menurut Yerina semua anak di sini sangat unik, tapi ada satu anak yang membuatnya merasa tidak nyaman yaitu Vina. Selain suara tawanya yang benar-benar mirip kuntilanak, sosoknya juga seram dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya, mempunyai kantung mata hitam dan mempunyai kulit yang sangat pucat, selain itu Vina juga sangat suka melihat film hantu dan cerita horor. Yerina tidak suka berada di dekat Vina, ada alasan lainnya juga selain itu. Entah kenapa setiap melihat Vina membuat Yerina teringat akan makhluk mengerikan yang membunuh kedua orangtua Yerina, dan tentang kematian orangtua Yerina. Yerina tidak pernah menceritakannya kepada siapapun, Yerina takut. Ada lagi hal aneh yang dirasakan Yerina yaitu kakek atau ayah Aisyah, entah kenapa saat menyentuhnya Yerina merasa si kakek sedang masuk ke dalam masa lalu Yerina saat dia melihat kematian kedua orangtua Yerina, tapi Yerina tidak terlalu memusingkannya karena dia berpikir itu hanyalah perasaannya saja. "Vina, kamu mau mandi juga?" "Hihi, iya." "Yaudah kamu duluan aja." Yerina hendak berlalu pergi, tapi Vina memegang pundak Yerina membuat Yerina merasa merinding. "Kamu tau teman-teman aku gak?" tanya Vina. "Hah, teman-teman yang lain kan masih pada sarapan," jawab Yerina. "Bukan, bukan mereka. Itu yang di kamar mandi, tau gak?" Yerina meneguk slavinanya, "Mak ... maksud kamu makhluk yang ...." Yerina tidak berani meneruskan kata-katanya. "Iya, yang itu," ujar Vina "padahal tali pocongnya belum aku balikin." Vina memegang sebuah tali panjang yang seperti sudah lama berlumuran dengan tanah. "Aaaa!!!" Yerina berlari keluar melihat tali itu. "Hihihi." Vina hanya tertawa. "Kenapa Sayang kok kamu lari-lari gitu?" "Iya, mukanya juga kaya ketakutan gitu," tambah Raka. Baru saja Yerina hendak menjawab Vina muncul dan bergabung berasama mereka membuat lidah Yerina keluh, apalagi saat Vina memandang Yerina dengan sorot mata tajam membuat Yerina semakin tidak bisa berkutik dan takut. "Tadi ada ... ada kecoak, Bunda," jawab Yerina dengan terbata-bata. "Owalah kecoa kirain apaan," jawab Raka. "Yaudah tenang aja kalau cuma kecoa nanti Raka sama Rangga bersihin pas pulang sekolah, Bunda. Jadi Yerina jangan takut lagi." Raka membusungkan dadanya. "Terimakasih, Raka. Nah Yerina denger sendiri kan kata Raka, jadi Yerina jangan takut lagi ya, Sayang." Aisyah mengelus rambut Yerina dengan sayang. "I ... iya, Bunda." "Yaudah kalau gitu Yerina mandi di kamar mandi belakang aja." Yerina segera menuju ke kamar mandi belakang untuk mandi. "Kemana taliku?" Sebuah suara berbisik di telinga Yerina, membuat Yerina berbalik melihat siapa yang usil. Tapi tidak ada siapapun di sana, Yerina tidak menghiraukannya dan menganggap hanya salah mendengar saja. *** Benar saja sepulang sekolah Raka dan Rangga langsung mengecek kamar mandi di kamar para anak perempuan, dengan peralatan seperti siap tempur. Mereka membawa ember, penyikat kamar mandi, sabun pembersih kamar mandi dan lainnya. "Iniliah dia kesatria pembersih toilet!" Amira mengumumkan layaknya sebuah acara. Fina bertepuk tangan dengan meriah. Raka dan Rangga langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mengecek kamar mandi dengan teliti, tapi mereka tidak menemukan adanya kecoa. "Mana, gak ada kecoanya tuh." Raka berkata sambil menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. "Ya, udah go kali," respon Fina. "yaudah kalian clean aja tuh kamar mandi." "Nah, iya bener. Kita tunggui deh," ujar Amira setuju. "Yah, bantuin juga dong masa jadi penonton aja," protes Raka. "Males, ih kan kalian yang niat." Setelahnya para anak perempuan membersihkan kamar mereka dan mengerjakan tugas sekolah mereka, Rai dan Revan juga ikut pindah dan mengerjakan tugas sekolah di sana. "Subbahanallah, pada rajin semua anak, Bunda. Seneng Bunda liatnya." Aisyah masuk ke kamar membawa camilan berupa kue kering yang baru dia panggang. "Nih, Bunda bawain kue dan s**u coklat biar kalian tambah semangat dan rajin." Aisyah tersenyum. "Alhamdulillah, terimakasih Bunda," jawab Amira, Yerina, Fina dan Revan. "Yeee, akhirnya selesai bersihin kamar mandinya." Raka dan Rangga keluar dari kamar mandi. "Yaudah kalian mandi sana, gih daripada masuk angin," ujar Aisyah yang melihat baju Raka dan Rangga sudah basah kuyup. "Baik, Bunda," jawab Rangga. "Eh, sisain kuenya ya gak mau tau pokoknya," ujar Raka sebelum dia pergi ke kamar para anak laki-laki yang ada di sebelah. Selesai mandi Raka dan Rangga langsung ikut mengerjakan tugas sekolah di kamar sebelah. "Cepet banget mandinya, kalian mandi bebek ya?" tanya Amira heran. "Iyalah, ngapain juga mandi lama-lama ngabisin air sama sabun aja," jawab Raka dengan entengnya. "Wah, iya juga. Tapi bagi girl kaya kita itu namanya jorok," ejek Fina. Tawa mereka meledak mendengar ejekan Fina. "Lha, why aku gak lagi ngelawak." Fina mengerutkan dahinya. "Gak usah ngejek orang deh, Vin. Sadar diri dulu kamu tuh mandinya lebih cepet dari kita semua." Raka menjulurkan lidahnya ke arah Fina. "Iih, itu kan kalau pagi, karena cold banget," ujar Fina beralasan. "Apalagi si Vina, noh anti banget sama air." Raka kembali mengejek Vina. Vina melayangkan tatapan tajamnya membuat Raka diam tidak berkutik, suasana kembali menjadi hening. "Awas dimakan Vina idup-idup kamu Rak," bisik Revan membuat Raka semakin takut. "canda, canda. Vina gak doyan kamu doyannya nasi," ralat Revan tidak tega melihat ekspresi wajah Raka yang menjadi pucat. Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD