bc

Menguak Kebohongan Istriku (Sequel 2)

book_age18+
2.8K
FOLLOW
22.5K
READ
bxg
city
cheating
affair
wife
passionate
like
intro-logo
Blurb

Cerita ini kelanjutan dari cerita "Stuck With Mr Devil."

Satu kali mengetahui kebohongan sang istri, Lakeswara mulai menemukan kebongongan-kebohongan lain yang istrinya buat. Hingga suatu hari, ia mendapati bungkus pengaman dan tissue bekas berisi cairan kental keabuan yang sudah mengering di tempat sampah yang ada di kamar mandi rumahnya.

Kebohongan-kebohongan apa saja yang telah istrinya buat?

Akankah Lakeswara mempertahankan hubungan pernikahannya dengan istrinya, meski telah mengetahui kebenarannya?

Follow Ig @vhiaraya

Cover photo by pexels.com

Design by me

Novel ini dipublikasikan pada 12 Juni 2022

chap-preview
Free preview
1. Bungkus Pengaman
Lakeswara sedang pergi dinas ke luar kota karena ada proyek penting di sana. Seharusnya, pekerjaannya itu membutuhkan waktu sekitar lima hari. Akan tetapi, dalam waktu tiga hari pekerjaannya sudah selesai. Jadi, ia bergegas memesan tiket pesawat dan pulang ke rumah. Sampai di bandara, ia tidak pergi ke kantor lebih dulu. Ia justru langsung pulang ke rumah untuk memberi istrinya kejutan. "Berhubung pekerjaanku sudah selesai, aku mau langsung pulang dan memberi Hande kejutan," gumam Lakeswara bersemangat. Setiap hari, sepasang suami istri itu tidak pernah sekalipun melewatkan malam panas mereka. Setiap hari, akan melakukan ritual adu tinju di atas ranjang meski hanya satu kali. Hal itu sudah menjadi jadwal yang harus dilakukan sesuai keinginan Hande. Jadi, Lakeswara ingin memberi pelayanan yang maksimal, setelah tiga hari mereka harus terpaksa libur karena pekerjaannya. Sampai di rumah, Lakeswara mengendap-endap masuk ke dalam. Rencananya, ia ingin mengejutkan Hande. Namun sayangnya, meski ia sudah memeriksa setiap sudut ruangan. Ia tak kunjung menemukan istrinya tercintanya. Ia pikir, Hande sedang ada di kamar atau sedang membersihkan diri mengingat sekarang pukul empat sore. Tapi ternyata, apa yang ia pikirkan salah karena di sana juga tidak ada. Lakeswara menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berpikir. "Apa Hande sedang keluar? Tapi, kenapa dia tidak mengatakannya padaku?" tanya Lakeswara pada dirinya sendiri. Biasanya, meskipun Lakeswara sedang ada di kantor. Hande akan memberitahunya jika akan pergi keluar. Tapi, tidak dengan hari ini. Akhirnya, pria itu kembali ke ruang tamu dan menyeret kopernya ke kamar. Membuka koper, memasukkan pakaian bersih ke lemari, memisahkan pakaian kotor, memasukkan koper ke dalam penyimpanan, dan memasukkan pakaian kotor ke keranjang cucian kotor. "Lebih baik aku mandi saja dulu. Nanti kalau Hande sudah pulang, aku bisa langsung menerkamnya. Pokoknya malam ini harus tiga ronde, tidak boleh kurang, dan kalau bisa harus lebih." Lakeswara melangkah masuk ke kamar mandi dan bergegas membersihkan diri. Karena terlalu senang, pria itu mandi sambil bersenandung. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah Hande pulang membuatnya tidak sabar. Lima belas menit berlalu berkutat dengan air dan perlengkapan mandi. Lakeswara melilitkan handuk di pinggangnya. Menunjukkan tubuh atletisnya dengan beberapa roti sobek yang menghiasi perutnya. Rambut yang acak-acakan dengan bulir-bulir air yang menetes membasahi tubuhnya, membuat seorang Lakeswara terlihat lebih menggoda. Ketika ia hendak keluar, tidak sengaja kakinya menendang tempat sampah dan isinya pun berhamburan. "Astaga! Apa yang kau lakukan, Lake?" desis Lakeswara. Ia menunduk dan tatapan matanya menyapu seluruh sampah yang berhamburan. Ketika ia berjongkok dan hendak merapikannya. Tiba-tiba, ia menangkap sesuatu yang tidak asing. "Astaga! Apa ini?" "Tidak, ini tidak mungkin," gumam Lakeswara menggelengkan kepalanya kuat-kuat tidak mempercayai apa yang ia lihat saat ini. Ia sampai jatuh terduduk dari jongkoknya karena terkejut. "Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan di kamar kita, Hande?" tanya Lakeswara sambil menggertakkan giginya. Tatapan matanya fokus pada bungkus pengaman dan perlahan mengulurkan tangannya. Mengorek sampah yang berhamburan dan mendapati sebuah remasan tissue kering dengan bau yang cukup menyengat. Dengan jijik, Lakeswara membuka paksa tissue itu dan mendapati pengaman di dalamnya. "Hande! Kau berani berhianat di belakangku!" desis Lakeswara sambil melempar tissue berisi pengaman dengan kasar. Lakeswara merapikan kembali sampah-sampah itu dan mencuci tangannya hingga berkali-kali. Ia benar-benar merasa jijik telah menyentuh barang-barang hina itu. Setelah merasa kedua tangannya sudah bersih, pria itu keluar. Tiba-tiba, tatapan mata tajamnya tertuju ke arah ranjang dengan tatapan jijik. Membayangkan adegan panas istrinya dengan laki-laki lain, membuatnya bertekad untuk menguak apa saja yang telah Hande lakukan di belakangnya. "b******k! Pokoknya, aku harus menyelidiki semua ini," bisik Lakeswara dalam hati. Pria itu berjalan menuju ruang ganti. Memakai pakaian santai, kaos polos pendek berkerah, dan celana jeans pendek hitam. Lalu, kembali ke kamar menatap ranjang dengan kesal. Melangkah maju dengan langkah besar dan langsung menarik seprai dengan kasar. Dengan susah payah melepas seprai itu dan melemparkannya ke lantai. Ia merasa tempat tidurnya sudah kotor karena ulah istri dan selingkuhannya. Mengatur nafas yang terengah-engah, Lakeswara berjalan ke arah sofa dan duduk. Mengulurkan tangannya dan menyambar ponselnya di meja. Mengusap layar ponselnya, mencari nomor kontak istrinya, dan menghubunginya. Sebelum benar-benar menghubungi Hande. Lakeswara berusaha menetralkan detak jantungnya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia melakukannya hingga berkali-kali sampai merasa tenang. Barulah ia memencet tombol berwarna hijau. "Halo, Sayang." "Kau ada di mana, sekarang?" Setelah melihat benda pengaman di kamar mandi. Lakeswara mulai mencurigai keberadaan Hande saat ini. Jadi, ia ingin tahu jawaban apa yang akan istrinya berikan jika ia mengujinya. "Tentu saja, di rumah. Memangnya kau pikir aku ada di mana?" "Kena kau, Hande," batin Lakeswara. Lakeswara mengangkat sebelah sudut bibirnya karena Hande telah membohonginya. Bagi Lakeswara, hari ini adalah hari pertama di mana Hande membohonginya. "Sekarang aku sedang dalam perjalanan. Mungkin sekitar sepuluh sampai lima belas menit lagi, aku akan sampai di rumah." Ingin tahu jawaban apalagi yang akan istrinya berikan. Lakeswara melanjutkan sandiwaranya. "A-apa kau bilang?! Bagaimana bisa? Bukankah kau masih ada pekerjaan di luar kota dua hari lagi? Lalu, kenapa kau sudah pulang?" Suara Hande terdengar sangat terkejut dan khawatir. Bahkan, Lakeswara bisa mendengarnya dengan sangat jelas. "Kenapa kau terkejut seperti ini? Kau tidak terlihat senang aku pulang cepat." Rasa-rasanya, ia ingin terus bersandiwara dan mendengar kebohongan-kebohongan apa saja yang akan istrinya buat. "Ah, tidak. Bukan, bukan itu maksudku, Sayang. Aku hanya terkejut saja. Memangnya pekerjaanmu sudah selesai?" "Sudah. Makanya aku buru-buru pulang biar nanti malam kita bisa tiga ronde." "Sepertinya malam ini kita tidak bisa melakukannya, Sayang." Lakeswara tidak terkejut sama sekali karena Hande memiliki laki-laki lain yang bisa memuaskannya. Jika saja Hande tidak memiliki laki-laki lain. Maka, Hande tidak akan pernah menolak. Justru, wanita itu yang selalu meminta meski Lakeswara sudah kelelahan setelah pulang kerja lembur. "Loh, memangnya kenapa? Padahal aku sudah tidak tahan ingin bermain-main sambil minum susu." "Mama sakit dan sekarang aku harus ke sana. Sebenarnya sebelum kau menelepon, aku sedang bersiap untuk pergi." Hande mengarang cerita tanpa tahu bahwa suaminya sedang tersenyum mengejek mengetahui kebohongannya. "Oh gitu. Lalu, bagaimana denganku? Bisa lumutan nanti kalau harus libur lagi." Nada suara Lakeswara dibuat semanja mungkin agar Hande tidak curiga. Padahal, dalam hatinya merutuki kebohongan istrinya. "Nanti kalau Mama sudah baikan aku langsung pulang." "Tapi, kapan? Kalau Mama baikannya satu Minggu lagi, bagaimana?" "Tidak mungkin dong, Sayang. Kalau tidak, besok malam aku pulang. Bagaimana?" Kata-kata Hande terdengar sangat yakin. Padahal, ia sama sekali tidak bisa memprediksi kapan orang bisa sembuh dari sakitnya. Ia bisa mengatakan hal itu karena apa yang terjadi pada ibunya hanya sebuah karangan belaka. "Baiklah. Dengan sangat terpaksa aku menerimanya. Tapi, kau harus janji dulu kalau besok malam kita main kuda-kudaan sebanyak tiga ronde?" "Iya, aku janji. Ya sudah, kalau begitu aku pergi ke rumah Mama dulu ya, Sayang." "Iya, Sayang. Hati-hati dan sampai jumpa besok malam." Setelah mengakhiri panggilan, Lakeswara memiliki ide untuk menghubungi ibu mertuanya. Ia ingin memastikan apakah benar ibu mertuanya sedang sakit. Sekalian saja, menanyakan kabar karena sudah lama tidak pergi berkunjung. Tentunya karena kesibukan Lakeswara mengurus perusahaan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook