MONOLOG

3174 Words
Berbagi kasih Katakan saja padaku, apa yang menjadi dukamu. Mungkin aku bisa juga membagi kebahagiaanku kepadamu. Agar aku dapat merasakan sedihmu. Dan kau bisa tersenyum karena bahagiaku. *** Sebatas kata(nya) Kamu memaksaku untuk dapat mengerti maksud dan mau mu. Tetapi tak satu kata pun kau ucapkan. Lalu, aku harus memulainya dari mana ? Aku telah lelah mendengar apa yang hanya sebatas katanya. Sekarang aku ingin mendengarkan apapun yang lebih dari katanya. Yaitu kejujuran tentang sebuah kebohonganmu. *** Rindu yang (tak) semestinya Apakah kau pernah rindu ? Rindu ini mungkin tak akan sama seperti rindumu (dulu). Karena rinduku (kini) adalah tentang sesuatu yang tak semestinya. Karena rinduku (kini) adalah rindu yang tak seharusnya. Aku merindukan tentang sesuatu yang tak mungkin dapat kembali aku hadirkan. Ya, semua yang terlewatkan hanya akan menjadi sebuah moment. Bahkan untuk rinduku saat ini. Tetapi percayalah, bahwa rindumu masih akan dapat kau hadirkan kembali. Selama dia yang kau rindukan telah dipertemukan. Tetapi aku ? Hanya dapat mendoakan. *** Kenangan Ada kenangan yang dapat diulang, ada yang tak akan terulang, dan adapula yang belum tentu terulang. Yang membedakan hanyalah, dengan siapa dan cara apa kita akan melaluinya ? Bukan kehendak kita untuk terus memaksa apa yang harusnya pergi untuk tetap tinggal di sini bersama kita. Ada hal lain, mengapa kita harus berpisah ? Kenapa pula kita harus berjumpa (lagi) ? Semua hanyalah masalah waktu. *** Mungkin aku dengan sebutan yang sama seperti biasa kau panggilkan kepadaku. Jangan pernah berubah. Meskipun pada akhirnya semua ada masa dimana harus berganti. Jangan mengubah kebiasaanmu lantaran kau tak suka pada masa lalumu. Lantaran kau ingin menyudahi kisahmu yang dulu. Bagaimanapun juga, berterimakasihlah pada kisah masa lalumu. Karenanya kau pernah melihat warna hitam. Dan kau bisa mengecap apa itu rasa pahit. Rasa yang tak ingin di kecap oleh mereka. *** Lampau Apa yang saat ini terlihat oleh mata, adalah hantu yang terus mengikuti. Kamu, ya... Kamu yang membuatnya seperti itu. Dulu masa lalu adalah bagian menyenangkan untuk diingat. Bagian yang paling membuat kita dapat tertawa lepas saat mengenangnya. Tetapi saat ini, semua itu bukanlah apa - apa lagi. Mungkin kamu telah lupa tentang bagaimana caraku melindungimu agar tak terluka. Tapi aku akan selalu ingat, bukan pada pengorbananku. Tetapi pada bagaimana aku menyimpan wajahmu pada ingatanku kala itu. Waktu boleh bergulir, hari boleh berubah, musim boleh berganti. Tetapi kesetiaan, lebih dari sebuah waktu yang dapat berubah sekalipun kita tak pernah bergerak. Hati orang memang tak ada yang tahu. Maka dari itu, kenapa kita perlu menjaga hati kita masing - masing dari setiap luka yang akan kemungkinan besar ditorehkan oleh mereka yang dekat dengan kita. Jangan pernah menyesal nanti. Jalani saja saat ini. Karena esok, tak ada yang tahu. Seperti rencana kita yang berantakan karenanya yang tak pernah ada pada rencana kita. *** Takar Aku adalah korban dari bagaimana kejamnya rindu. Dan menunggu waktu itu membuatku tak lagi menjadi penyabar. Kamu, di sana mungkin saja tak seperti aku di sini. Kamu tahu, bagaimana caraku membunuh kerinduanku kepadamu ? Aku tak memiliki banyak cara selain mendoakanmu. Ini tak seharusnya, tapi sudah semestinya kalau aku harus memastikanmu baik - baik saja tanpa aku. MelaluiNYA aku diperlihatkan tentang bagaimana indahnya dulu. Meskipun lewat mimpi - mimpiku, buatku itu cukup adil untuk aku yang merasakan rindu. Meskipun kamu belum tentu, atau bahkan tidak. Tak ada lelah untukku menunggu yang telah pergi akan kembali (lagi), karena bagiku jarak adalah sebuah takar yang sangat pantas sebagai alat ukur seberapa berartinya mereka yang telah pergi *** Ego Bukankah aku sudah pernah membahas hal ini. Bahwa untuk terus bersama adalah sesuatu yang tak mudah. Meskipun belum tentu berat. Ketika satu hal yang menjadi prinsip kita berbeda. Kita tak mungkin mengubahnya. Yang dapat dilakukan hanyalah menyatukannya. Jika berstu saja begitu sulit. Maka bagaimana bisa terus bersama ? Sulit ? Belum tentu. Tapi pasti tidak mudah *** Missed comm Kamu terus mencari pembenaran dan menyalahkan. Dan aku, tak mau disalahkan. Terus saja setiap hari membahas hal itu, yang pada akhirnya hal itu bukanlah sebuah masalah antara aku dan kau. Dan sudah menjadi sebuah kebiasaan pada komunikasi kita. Kau benar dari sudut pandangmu yang selalu menjadikanku biang dari segala kegagalanmu. Dan aku memandangmu sebagai seorang bersalah karena kecerobohanmu terlalu mengandalkanku untuk dapat mengatur segala hidupmu, duniamu, dan ambisimu *** Victim Aku menamainya sebagai rindu. Satu titik dimana hanya namamu yang aku ingat. Sedangkan wajahmu ? Tak pernah aku ingat, karena aku tak pernah melupakannya. Bagaimana aku dapat lupa kepada masa lalu yang telah membesarkan namaku sebagai seorang korban dalam sebuah konflik perasaan ? Ini tak adil bagiku. Dan tak mungkin adil bagimu. Juga siapapun mereka yang saat ini berada pada titik ini. *** New chapter Rindu ini semakin menjadi sesuatu yang menyebalkan. Ketika inginku tak berujung sambut pada kebisaanmu menemuiku. Aku sendirian menahannya, dan kau tak pernah tahu itu. Bagaimana bisa kau mampu merasakannya, jika dalam bab ini, akulah yang kau tinggalkan. Entah demi apa, dan demi siapa ? Yang pasti itulah *** Pola pikir Pola pikir manusia itu unik. Saya mengibaratkan seperti ini, ketika sebuah air di isi ke dalam mangkuk kecil. Dia akan terlihat dan mengikuti bentuk mangkuk tersebut. Mengecil, sempit, namun volume air terlihat penuh, apabila diperhatikan pada permukaan. Lain cerita apabila air tersebut dipindahkan pada baskom dengan luas lingkaran yang lebih besar. Air akan melebar, meluas mengelilingi luas bentuk baskom tersebut. Meskipun pada permukaan air tersebut terlihat berkurang secara volume nya. Terkadang dan tak jarang bahwa manusia selalu dikendalikan dengan situasi, keadaan, dan kondisi dalam hidupnya. Manusia dapat berkembang pola pikirnya. Apabila mereka memiliki keinginan untuk mengembangkannya. Ada banyak hal yang mampu mengembangkannya. Background pendidikan, pengalaman, kemampuan, hobi, dan pergaulan. Semakin besar wadah yang kita sediakan untuk meletakkan pikiran tersebut, maka sebesar itu pula kemampuan kita untuk berpikir secara kompleks. Berbeda itu, bagus... Saya suka dengan pemikiran yang tak pernah sama. Karena dari sana, saya mendapatkan sebuah pemikiran yang baru dan memaksa saya untuk mengembangkan tentang pemikiran saya. Tak perlu takut salah. Mereka yang menyalahkan adalah mereka yang telah lama hidup dalam kenyamanan pada pemikiran yang sama setiap harinya. Salah ? Tidak, tapi dari sana kita dapat menilai. Bahwa pikiran kita, itulah pembunuh sebenarnya. Apa yang sebenarnya mampu kita lakukan lebih dari apa yang kita pikirkan, akan mandek (berhenti) pada saat kita berpikir tak ada kemampuan. *** Denial Seberapa sering sih kita denial dengan keadaan kita saat ini ? Lalu, apa yang sudah kita dapatkan dari penolakan demi penolakan itu ? Yang ada justru malah kita telah membuang banyak hal dalam hidup. Lupa waktu untuk bersyukur, tidak dapat menikmati hidup, dan juga tak pernah menganggap bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. Lalu ? Mengapa kita secara terus menerus masih bertahan dengan penolakan tersebut. Ada banyak bentuk penolakan. Penolakan terhadap masa lalu, terhadap masa sekarang, penolakan terhadap lingkungan dan keadaan yang sebenarnya sedang terjadi. Coba deh, kita sama - sama pandang sebuah kegagalan pada masa lalu, saat ini, dan juga keadaan buruk yang kita terima dan sedang berlangsung sebagai sebuah bentuk cara lain Allah untuk menguatkan kita. Mungkin saja hidup tak seberat ini. Contoh saja, ketika kita lapar ya makan, ketika lelah ya pergilah untuk istirahat sejenak dari segala sesuatu yang melelahkan. Hidup sebenarnya sesimple itu. Kitanya saja yang sering mengingkari bahwa hidup itu mudah dijalani, bila kita bersyukur. *** Mindset Pola pikir, dan pandangan hidup setiap orang terbentuk dari pengalaman hidup mereka. Tetapi perbuatan, attitude, terbentuk dari kebiasaan yang setiap hari dan secara terus menerus dilakukan. Jadi, jika mereka pintar, dewasa dalam berpikir, itu karena pengalaman mereka yang membentuknya seperti itu. Sedangkan jika mereka tak teratur, disiplin itu karena mereka melakukan segala sesuatu yang seperti itu secara setiap hari, berulang dan secara terus menerus. Sampai sini paham ? *** Play safe Nggak salah kok, ketika kamu memberlakukan istilah ini dalam hidupmu... Hidup kita, kita yang tahu. Tinggalkan segala sesuatu yang membebanimu. Sebatas kamu mampu, jalani. Jika menyerah tinggalkan. Dalam siklus kehidupan datang dan pergi sering terjadi. Pada keluarga, percintaan, dan pertemanan. Jangan pernah terlalu mengambil pusing pada mereka yang hanya membuat beban pada langkah kita. Hidup kita ya untuk kita. Toh, hidup mereka belum tentu sepenuhnya selalu ada untuk kita. Pada part tertentu dalam diri manusia selalu memiliki kekhawatiran. Entah itu dengan sebuah rasa percaya, takut kehilangan, atau takut ditinggalkan. Kita tak akan pernah merasakan atau bahkan mengenal hal² itu jika saja kita mampu memberikan kepercayaan yang lebih terhadap diri kita sendiri, melebihi kepercayaan kita terhadap siapapun. Selama manusia masih dapat berbicara. Mulut tak akan pernah dapat dipercaya. Percayalah, bahwa teman yang paling mengerti dirimu, bukanlah mereka yang selalu didekatmu. Tetapi dirimu sendiri. Coba kita sama² flashback, siapa orang yang berpeluang besar menyakiti kita, jika bukan orang lain yang setiap hari dekat dengan kita. Maka siapa yang mampu bangkit dan mengobati luka itu jika bukan diri kita yang memotivasinya. Bergerak maju, atau diam ditempat. Itu tak jadi masalah. Asal jangan kembali mundur dan berputar balik pada jalan yang sama. Jika kita pernah merasa kecewa. Jangan pernah membalas rasa kecewa tersebut pada mereka yang tak bersalah. Tetapi, perbaikilah jalan pikiran kita yang terus dan terus memberikan harapan pada manusia lain yang juga masih menggantungkan harapannya pada DIA. *** Perempuan punya cerita Pagi itu, pada saat aku mudik aku bertemu dengan saudara sepupuku. Aku banyak belajar dari dia. Bahwa hidup itu yang perlu disyukuri adalah apa yang telah kita terima tanpa pernah memintanya. Bukan dari tuntutan kita kepada hidup yang belum terpenuhi. Aku berbicara banyak tentang sebuah perjuangan. Dari obrolan kita pagi itu ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Bahwa untuk bertahan hidup, ya kita juga harus mampu mempertahankan kelangsungan hidup makhluk lain. Sederhananya gini, kalo waktu itu dia tidak menyiram cabe²nya. Bisa jadi semua cabe akan layu dan tidak laku di pasar. Dengan begitu kesempatan untuk dapat hidup di hari itu, untuk membeli kebutuhan pokok dan sebagainya akan berkurang. Karena tak ada sesuatu yang bisa di jual untuk mendapatkan uang. Dari situ aku juga berpikir lebih dalam. Bahwa ternyata perempuan tidak selemah pikiranku. Ada kemampuan yang tak pernah dimiliki oleh kita para lelaki. Hahaha... Kemampuan dan bakat alami itu adalah menciptakan kehidupan baru. Bersyukur aku waktu itu dapat berbincang dengannya dan mengabadikan moment itu... Dulu kita main bareng tiap kali mudik. Hahahaha.... Tiap kali naik sepeda kebo, ibu selalu lebih percaya kalo dia yang boncengin aku. Dan.... Terbukti, sekarang dia menjadi wanita luar biasa. Bukan dari apa yang dia kerjakan. Bukan dari predikatnya sebagai ibu rumah tangga. Tetapi dari tempaan demi tempaan yang membentuknya seperti saat ini. *** Peran Terkadang secara sadar atau tidak kita telah memerankan sebuah karakter yang sesungguhnya itu bukanlah diri kita sesungguhnya. Banyak faktor pendukung yang menjadi background hal tersebut terjadi dengan terus - menerus dan berlangsung lama. Bisa karena sebuah pekerjaan, rutinitas atau tuntutan. Ada beberapa hal yang memang itu turun secara alamiah. Contoh saja menjadi seorang ibu, memasak, mengurus rumah tangga dari bangun pagi, hingga tidur larut malam. Hal tersebut mungkin jarang sekali ditemukan sebelumnya. Atau bisa juga karena pekerjaan. Karena tuntutan profesi, seorang atasan bisa menjadi seseorang yang menyebalkan dan dibenci oleh banyak orang. Yang melatarbelakangi itu semua adalah tuntutan perusahaan yang begitu tinggi terhadap sebuah jabatan tertentu. Hidup memang kompleks. Jika dijabarkan secara detail. Ada hal - hal yang sometimes kita tidak pernah mempelajari itu, tetapi mampu kita lakukan karena intensitas pada kehidupan kita yang setiap hari melakukan tugas yang sama. Maka dari itu, peran hadir membawa karakter yang berbeda bukan merubah seseorang. Tetapi menjadikan pembeda bahwa 'ini bukanlah saya'. Jika saya dikenal sangat baik pada siklus pertemanan. Maka lain halnya ketika saya telah berada pada ruang kerja yang mengharuskan saya to be a leader. Sometimes, i get a guilty feeling dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya bertolak belakang pada diri saya yang sesungguhnya. Tetapi kembali lagi bahwa ini hanyalah peran. Karakter saya dipengaruhi oleh peran saya sebagai seseorang yang dipandang. Sedangkan pada keluarga, tetap saja saya adalah seorang anak, di lingkungan pertemanan saya adalah orang biasa yang sedih jika teman saya sedang mengalami kesusahan. Dan di luar itu semua, saya tetaplah seorang umat, yang masih terus dan terus meminta yang terbaik untuk keluarga, karir, dan teman - teman saya. Bagaimana karakter dan peran saya ketika saya menjadi seorang umat ? Saya tak perlu berperan sebagai siapapun dan menunjukkan karakter saya. Karena sesungguhnya DIA maha mengetahui. Show scenes *** Point Of View Kita adalah apa yang kita pikirkan, yang kita ucapkan, dan yang terlihat oleh banyak mata. Ketika tertawa merepresentasikan sebagai sebuah pengertian arti sebuah kebahagiaan. Maka, bahagia terlihat begitu sederhana. Berbicacara tentang bahwa bahagia itu sederhana. Sebenarnya cukup mudah saja jika kemauan berimbang pada kemampuan. Disitulah letak kebahagiaan yang sesungguhnya. Yang pada belakangan ini sudah mulai dilupakan, dan terlupakan. Jadi, bagaimana menurut kamu ? *** Damai Sebelum berdamai dengan masa lalu, ada hal utama yang harus dilakukan, yaitu berdamai dengan diri sendiri dan menerima apa yang ada pada waktu itu dan yang telah membentuk diri kita saat ini. Karena tak sepantasnya kita mengantagoniskan masa lalu yang begitu buruk dan membandingkannya pada saat ini. Jika saat ini kita merasa lebih baik, bukankah itu semua karena usaha kita agar dapat merubah diri tanpa bisa merubah masa lalu ? Seburuk apapun dulu. Itu hanya sebagai background dalam hidup kita yang pada akhirnya membuat kita berpikir kembali ketika kita akan melakukan sesuatu hal. Apakah kita akan mengalami hal yang sama pada dua kondisi yang berbeda ? Atau kita akan memberikan yang terbaik dari diri kita agar tak pernah ada kesalahan yang sama untuk kedua, ketiga atau keempat kalinya dalam hidup kita ? Sudah saatnya kita berdamai dengan diri sendiri, dan dengan keadaan. Stop untuk terus menengok ke belakang. Karena yang berada di depan telah menanti kita. Selamat menanti ibadah sholat subuh... Semoga hari ini apa yang didoakan diberikan oleh Allah SWT... AAMMIINN,,, *** Ruang Diri kita adalah ruang. Penuh dengan sekat yang siap diisi oleh mereka yang special bagi kita. Setiap mereka yang special akan kita berikan tempat yang special pula. Kita cintai mereka, kita hargai mereka, kita menjaganya agar tak pernah terluka oleh siapapun, termasuk dari diri kita sendiri. Lalu pertanyaan muncul. Dimanakah letak sekat pada ruang tersebut yang diperuntukkan diri kita sendiri ? Bagaimanapun juga kita perlu memberikan diri kita sekat pada ruang yang telah kita bangun. Ingat, ketika kita mampu menghargai dan menjaga orang lain. Kenapa begitu sulitnya bagi kita untuk dapat mengharagai, menjaga, atau bahkan menyayangi diri kita sendiri, agar tak pernah terluka oleh orang lain dan bahkan diri kita sendiri ? Kita bisa saja terbiasa dengan judgement dari orang lain. Tetapi cukup mereka yang melakukannya. Ketika kita mampu memaafkan atau bahkan berterima kasih kepada orang lain, mengapa tak sekalipun kita mampu memaafkan kesalahan yang kita buat pada setiap kegagalan yang kita alami ? Mengapa kita jarang sekali berterima kasih kepada diri kita sendiri ketika kita mampu menjalankan hari yang begitu berat ? Akan terasa sulit, ketika kita mengharap apresiasi dari orang lain. Karena tak semua paham arti terima kasih dan pentingnya memaafkan kegagalan pada diri orang lain. Jadi, sudahkah kita memberikan apresiasi pada diri kita ? Seberapa sering kita melakukannya ? Sebelum mulai membahagiakan orang lain, wajib dan harus dipastikan bahwa diri kita sudah cukup bahagia. Dan yang dapat mengukur dan menilainya itu hanya kita, cuma kita, dan diri kita sendiri yang mampu merasakannya. *** Mempersiapkan kehilangan Cara terbaik dalam mempersiapkan diri pada saat kehilangan adalah menerima dia yang akan datang dalam hidup kita. Entah dalam waktu yang lama, atau dalam waktu dekat. Sama halnya ketika kita mencoba untuk mengikhlaskan matahari sore untuk menyinari belahan bumi lain. Akan terasa sulit melepaskan, jika kita tak pernah mempersiapkan yang akan datang. Ya, malam... Apa yang sudah kita persiapkan untuk kedatangannya ? Atau bahkan kita masih sibuk dengan sore yang telah lewat ? Bagaimanapun juga semua yang telah lewat akan hanya jadi sebuah cerita pada saat ini. Dan bukan tidak mungkin nantinya hanya akan jadi sejarah. Itupun jika kita masih mampu mengingat. Disadari atau tidak, semua pasti akan ada masanya. Yang muda akan menjadi tua, yang ada akan tiada, dan yang datang juga nantinya akan pergi. Dari itu semua, yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan kehilangan dan menerima awal yang baru dalam hidup kita. Mempersiapkan kehilangan masa muda, dan menerima masa tua. Mempersiapkan kehilangan yang tadinya ada, hingga mau atau tidak mau kita juga harus mempersiapkan hingga nantinya tiada. Dan yang terpenting mempersiapkan kehilangan yang saat ini telah atau baru datang dalam hidup kita, dan menerima kepergiannya. Sebab dipahami atau tidak, hidup hanya tentang bagaimana kita melepaskan. *** Aturan hidup Malam pun akan menjadi sesuatu yang paling menakutkan jika hadirnya terasa lebih cepat dari biasanya. Namun, tanpanya kita tak akan pernah dapat menikmati bagaimana hangatnya pagi hari. Kita tak pernah dapat mengatur dunia untuk bergerak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sama halnya dengan kita tak dapat memaksa bagaimana perasaan seseorang terhadap kita. Apa yang mereka pikirkan tentang kita. Biarkan semua mengalir bagaimana mestinya. Yang ingin berlalu biarkan. Kita tak pernah dapat menahan apa yang tak pernah dapat kita atur jalannya. Dan sudah semestinya jangan pernah menahannya. Menahan sesuatu yang seharusnya dan sudah waktunya untuk berlalu hanya akan menjadi sesuatu yang kehadirannya tak akan pernah dapat kita syukuri. Sudahkah kita bersyukur ? Jika itu susah dilakukan, maka ingatlah bagaimana adilnya DIA memilih kita untuk mendapatkan apa yang tak semuanya diberikan kepada mereka yang bisa saja menginginkannya. *** Waktu Kebanyakan dari kita selalu melupakan ketika telah mengecewakan. Apakah kalian tahu ada hal yang tidak akan bisa diperbaiki ? Ya, kecewanya seseorang terhadap sesuatu hal yang sudah setengah mati diprioritaskan di atas kepentingannya. Terkadang saya berpikir, kenapa saya terlalu mudah kecewa ? Saya lupa, bahwa diri saya sendiri juga perlu dicintai. Banyak yang mengabaikan tentang hal ini. Contoh gampangnya adalah seperti ini. Kita akan selalu mengupayakan datang sebelum atau tepat waktu pada suatu pertemuan. Pada akhirnya yang kita dapatkan adalah permohonan maaf karena keterlambatan yang jelas bukan kita yang melakukannya. Padahal, untuk mewujudkan supaya kita mampu memenuhi janji, mungkin tubuh kita sedang berteriak² (masih pengen tidur....)Mungkin hal ini dianggap biasa oleh kebanyakan orang. Tapi ketahuilah, bahwa 5 menit yang kita gunakan untuk bersantai, itu adalah 5 menit orang lain yang secara tidak langsung kita renggut. Kita akan selalu terbiasa dengan alasan. Ah, nanti dulu 5 menit lagi. Ah, sebentar saja kok. Ketika kita berkata pada diri kita seperti itu, ada mereka pada jam yang sama sedang meninggalkan waktu yang seharusnya masih tidur, masih sarapan, atau apapun yang sedang dilakukan ditinggalkan untuk mengejar waktu. Mungkin sebagian besar dari kita telah lupa bahwa ada hal² yang tak akan pernah mungkin bisa diulang. Waktu sehat dan waktu berkumpul dengan keluarga. Apakah kita masih dapat melakukan apa yang kita senangi saat kita sedang sakit ? Apakah sosok keluarga dapat kita hadirkan saat mereka telah tiada ? Hargailah waktumu, karena dengan begitu kamu telah menunjukkan bagaimana caramu menghargai orang lain. Jika hal tersebut terjadi pada saya, mungkin yang saya lakukan adalah mengikuti mereka dengan tidak pernah menghargai waktu mereka. I think that's a stupid mistake. Tapi dengan begitu akan sedikit rasa kecewa saya terhadap apa yang telah saya jalani. Adakah dari kalian yang pernah merasakan hal tersebut ? Pasti ada, hanya saja tidak di rasa. *** Indah Terkadang memang dalam hidup ada hal yang begitu indah untuk dinikmati. Tetapi tak pernah mampu kita miliki. *** Lupa Aku pernah bersedih karena kehilangan. Lalu aku mencari tahu, hal apa yang membuat aku hingga sesedih itu ? Ternyata bukan karena kehilangan. Tetapi karena aku pernah merasakan kebahagiaan. Tapi aku lupa untuk menikmatinya. Dan jika pada akhirnya aku saat itu bersedih, kecewa, dan marah. Itu semua bukan salah siapa - siapa. Tetapi salahku sendiri yang tak pernah dapat menikmati kebahagiaan meskipun hanya sedikit.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD