SELF REMINDER
Pola pikir
Pola pikir manusia itu unik. Saya mengibaratkan seperti ini, ketika sebuah air di isi ke dalam mangkuk kecil. Dia akan terlihat dan mengikuti bentuk mangkuk tersebut. Mengecil, sempit, namun volume air terlihat penuh, apabila diperhatikan pada permukaan. Lain cerita apabila air tersebut dipindahkan pada baskom dengan luas lingkaran yang lebih besar. Air akan melebar, meluas mengelilingi luas bentuk baskom tersebut. Meskipun pada permukaan air tersebut terlihat berkurang secara volume nya.
Terkadang dan tak jarang bahwa manusia selalu dikendalikan dengan situasi, keadaan, dan kondisi dalam hidupnya. Manusia dapat berkembang pola pikirnya. Apabila mereka memiliki keinginan untuk mengembangkannya. Ada banyak hal yang mampu mengembangkannya. Background pendidikan, pengalaman, kemampuan, hobi, dan pergaulan.
Semakin besar wadah yang kita sediakan untuk meletakkan pikiran tersebut, maka sebesar itu pula kemampuan kita untuk berpikir secara kompleks.
Berbeda itu, bagus... Saya suka dengan pemikiran yang tak pernah sama. Karena dari sana, saya mendapatkan sebuah pemikiran yang baru dan memaksa saya untuk mengembangkan tentang pemikiran saya. Tak perlu takut salah. Mereka yang menyalahkan adalah mereka yang telah lama hidup dalam kenyamanan pada pemikiran yang sama setiap harinya. Salah ? Tidak, tapi dari sana kita dapat menilai. Bahwa pikiran kita, itulah pembunuh sebenarnya. Apa yang sebenarnya mampu kita lakukan lebih dari apa yang kita pikirkan, akan mandek (berhenti) pada saat kita berpikir tak ada kemampuan.
***
Pola pikir 2
Pola pikir, dan pandangan hidup setiap orang terbentuk dari pengalaman hidup mereka. Tetapi perbuatan, attitude, terbentuk dari kebiasaan yang setiap hari dan secara terus menerus dilakukan.
Jadi, jika mereka pintar, dewasa dalam berpikir, itu karena pengalaman mereka yang membentuknya seperti itu.
Sedangkan jika mereka tak teratur, disiplin itu karena mereka melakukan segala sesuatu yang seperti itu secara setiap hari, berulang dan secara terus menerus.
Sampai sini paham ?
***
The true colour
Langit itu berwarna dasar biru dan putih. Itu jika sedang terang... Kalo mendung ? Ya, gelap... Tapi bukan berarti warna dasarnya hilang. Dia akan menunjukkan warna aslinya ketika sudah saatnya.
Sama halnya seperti manusia, pada dasarnya setiap manusia memiliki kebaikan pada dirinya. Hanya saja, kemarahan dan egonya yang tinggi sedang menutupi kebaikan tersebut.
Pada akhirnya semua manusia pasti akan kembali kepada kebaikan. Tinggal saat ini bagaimana cara kita menilai proses perjalanan hidup kita.
Jika menjadi baik itu dikatakan sebagai sebuah pilihan. Maka semua orang tidak akan ingin menjadi seseorang yang jahat. Semua itu terjadi karena adanya pendukung. Maka dari itu tugas kita adalah lebih bijak menanggapi sifat - sifat manusiawi sesama. Berangkat dari diri sendiri dulu.
Kita tak mampu mengatur seseorang agar mampu bersabar. Jika nyatanya kita masih pernah emosi. Bagaimanapun juga kita harus menjadi cerminan bagi sikap orang lain terhadap kita.
***
Berbuat baik
Jangan pernah meminta seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita sendiri juga sulit untuk melakukannya kepada orang lain. Apakah hal itu ?
Berbuat baik kepada kita. Sebelum meminta orang lain melakukan sesuatu yang terbaik untuk kita. Kita tanyakan saja pada diri kita masing² apakah kita juga telah berbuat baik kepada setiap orang ?
Jika telah berbuat baik, namun masih ada yang tidak baik terhadap kita bagaimana ?
Yang terpenting, kita tidak seperti itu. Bagaimanapun juga mata rantai harus diputuskan di kita. Itu saja....
***
Filosofi senja
Kamu tidak akan pernah menerima segala sesuatu yang akan hadir untukmu. Selama kamu belum mampu melepaskan yang terus kau genggam erat.
Percayalah, bahwa DIA memiliki cara bagaimana memberikan sesuatu yang terbaik dalam hidupmu.
Sama halnya seperti malam, kita dapat menikmati malam ketika kita mampu melepaskan siang hari dan mengikhlaskan senja.
***
Kebersamaan
Kebersamaan... Tak ada kebersamaan yang akan terus bersama. Pada akhirnya manusia akan mengalami dan tak dapat menghindari satu moment dimana harus kehilangan, melepaskan, dan merelakan. Ketika kita hanya mampu menangisi kehilangan. Maka apapun yang kita terima tak akan dapat utuh kita nikmati. Kita tak pernah tahu rencana Allah SWT ketika menghadirkan sesuatu dalam hidup kita. Bisa jadi apa yang telah hadir di depan mata adalah sesuatu yang ditakdirkan untuk mampu mengubah kita menjadi lebih baik. Atau bisa juga pertemuan kita kepada seorang kawanlah yang akan memberikan perubahan padanya. Semua itu waallahualam..... Ketika kita berada pada masa dimana harus melepaskan. Sesungguhnya bukan karena Allah SWT ingin mengambil sesuatu dari genggaman kita. Tetapi justru Allah SWT ingin membuka genggaman tangan kita, agar kita dapat menerima sesuatu yang baru, yang mungkin saja itu jauh lebih baik dari apa yang kita miliki sebelumnya.
Saya begitu menghargai kehadiran senja pada waktunya dia harus menggantikan pagi. Karena disanalah saya belajar harus mengikhlaskan sesuatu untuk pergi dan menerima sesuatu untuk hadir dalam hidup saya menjadi bagian dari cerita saya hari itu dalam satu waktu bersamaan. Ya, itulah makna senja bagi saya. Ikhlas...
***
Percaya
Percayalah, bahwa akan selalu ada kebaikan untuk sebuah niat baik. Layaknya seperti matahari, ia akan muncul dan tenggelam pada waktunya. Dan setiap hadir dan perginya akan selalu memberikan kebaikan pada kita.
Jika saat ini kita sedang mendapatkan sebuah kebaikan. Jangan pernah berpikir bahwa kita telah pantas mendapatkannya. Bisa saja itu satu bentuk ujian untuk kita. Apakah kita mampu mensyukurinya.
Pun demikian ketika kita mendapatkan satu kedzaliman pada diri kita. Jangan pernah berpikir bahwa itu adalah hukuman. Kita tidak pernah tahu bagaimana cara Allah dalam memberikan peringatan dan kebaikan pada umatNYA.
Yang harus ditanamkan pada diri kita adalah, bahwa sebuah kebaikan berawal pada sebuah kepercayaan. Percaya bahwa itu baik, percaya bahwa iti benar. Dan percaya bahwa pertolongan datang darimana saja dan lewat siapa saja. Seperti matahari yang tak pernah memilih sinarnya diperuntukkan kepada siapa saja.
***
Hitam - putih
Kita tidak dapat mengubah baik - buruk seseorang. Tetapi kewajiban kitalah untuk menasihatinya. Sama seperti kita memandang hitam dan putih dalam setiap jalan manusia lain.
***
Cermin diri
Pikiran kita adalah cerminan siapa kita sesungguhnya. Ketika kita selalu berpikir buruk tentang sesuatu hal. Maka seperti itulah kita sesungguhnya. Tak pernah memiliki sisi baik dalam menilai sesuatu. Bukankah sesuatu diciptakan selalu memiliki maksud baik ? Hanya saja hati kita yang tak dapat menerima kebaikan itu. Dan ketika itu terjadi, yang ada hanyalah tentang bagaimana mencari nilai buruk tentang sesuatu. Bukan begitu ?
***
Cerita
Pada saat ini, surga hanyalah sebuah cerita. Namun pada saatnya nanti, dunia hanya tinggal cerita....
***
Niat
Yang terpenting dalam sebuah langkah adalah bagaimana niatnya....
***
Menunggu
Ada hal yang selalu ditunggu dengan penuh kebahagiaan. Tetapi jangan lupa bahwa ada sesuatu yang sedang kita tunggu dengan penuh ketakutan ? Dan itu pasti, tetapi tak tentu kapan. Bukan masalah siap atau tidak. Tetapi tentang menunggu giliran. Lalu, apa yang bisa kita lakukan sambil menunggu giliran ? Berdoa, berpikir positif, dan juga beramal baik. Karena sejatinya kita tak pernah tahu, kita akan masuk pintu yang mana dan dengan cara apa, serta dari amalan yang mana.
***
Aturan
Hidup pun akan memiliki aturan main sendiri. Bagi mereka yang patuh, bukan tidak mungkin jika selama hidupnya akan dibekali dengan kemudahan. Kemudahan pun juga bukan berarti tak butuh doa. Dan doa pun tak akan berjalan jika tanpa usaha. Berjalan atau diam adalah pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi masing - masing. Bagi mereka yang memiliklh berjalan, bukan tak mungkin memiliki resiko untuk jatuh berkali - kali dibandingkan bagi mereka yang memilih diam. Tetapi hidup bukan hanya tentang berjalan dan jatuh. Tetapi bagaimana untuk bangkit dan tetap terus berjalan.
***
Perjalanan
Setiap jalan yang kita lalui, pasti memiliki ujung. Akhir perjalanan kita tak pernah ada yang tahu.
Jika hidup diibaratkan sebuah perjalanan, maka hasil akhirnya tergantung dari proses perjalanan kita.
Dia yang hanya mampu mengayuh sepeda, sampai pada tujuannya akan lebih lama dari mereka yang mengendarai mobil. Tapi justru mereka yang memiliki peluang untuk menikmati hidup lebih besar. Karena ketika mereka lelah, mereka berhenti tanpa harus penuh ketakutan. Mereka tetap dapat berjalan menuju tempat tujuan tanpa harus melalui kemacetan.
Sama halnya seperti hidup kita, bagi mereka yang penuh dengan kesederhanaan, إن شاء الله akan memiliki ketenangan dalam hidup daripada mereka yang selalu berusaha menjadi 'sesuatu' dalam hidupnya, karena tingginya tuntutan dari omongan orang lain.
Jadi, sesungguhnya kita hidup untuk siapa ? Untuk apa ? Untuk mempersiapkan pertemuan kita nanti denganNYA ? Atau hanya karena omongan orang lain ?
Selama hidup masih mengacu pada apa kata orang, susah untuk meraih ketenangan. Karena sejatinya manusia tak pernah menilai bagaimana proses terhadap pencapaian kita.
***
Kecewa
Kita kecewa, karena tingginya harapan kita terhadap sesuatu. Dan yang tak pernah disadari adalah, ketika manusia menggantungkan harapannya pada manusia lain, menjadi tanda bahwa dia tidak mampu berbuat apa² dalam hidupnya.
***
Perjalanan waktu
Jangan hanya berpikir jalanmu masih panjang. Tetapi pikirkanlah, apakah waktumu masih banyak untuk menempuh perjalananmu....
***
Tujuan
Seringkali kita lupa tujuan hidup, itulah sebabnya mengapa kita jarang memperhatikan apa yang kita lakukan.
***
Makhluk yang berdosa
Ada yang rajin ibadah, tetapi biasa ngomongin orang...
Ada yang yang jarang sekali ke masjid, tetapi sedekahnya luar biasa...
Ada yang pintar, tetapi tak pernah menggunakan ilmunya...
Ada yang tidak tahu apa², tetapi rajin membantu... Jika dipahami kita semua adalah makhluk yang berdosa. Hanya saja kita melakukannya dengan cara yang berbeda - beda. Jangan terlalu cepat dan sibuk mengambil penilaian tentang seseorang. Jalan hidup seseorang berbeda². Bukankah iman seseorang tak dapat ditakar hanya dari seberapa sering kita melihatnya berbuat baik ? Bukankah dosa seseorang tak dapat ditimbang dari seberapa kesalahan yang mereka perbuat ? Semua itu hanyalah proses dalam menuju perjalanan pulang..
***
Kenapa ?
Kenapa saya selalu merasa malu, risih dan sungkan terhadap apa yang nantinya dikatakan oleh orang lain terhadap baik dan buruk saya ?
Kenapa saya tidak mampu bersikap demikian kepadaNYA ?
***
Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling kompleks diantara makhluk tuhan lainnya yang tinggal dimuka bumi ini. Kita tidak pernah betul - betul paham dan bahkan hanya sekedar mengeri apa yang menjadi kemauan dan keinginan mereka.
Contoh sederhananya seperti ini, ketika manusia memilih menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memilih pakaian hanya sekedar ingin memperbaiki diri dari luar. Kenyataannya ketika manusia lain memujinya, ada perasaan tidak enak karena dirasa pujian itu bukan pada tempatnya (menyindir secara halus). Tetapi yang terjadi berikutnya pada manusia lain adalah, ketika kita bermaksud menegur secara tak langsung dengan sebuah sindiran halus. Banyak dari mereka atau bahkan diantara diri kita yang tak pernah merasakan apapun.
Jadi ? Kita baiknya seperti apa ? Hal - hal seperti itu yang tak jarang membuat kita sebagai manusia menjadi kompleks dengan segala hal apa yang seharusnya menjadi tak seharusnya. Dan atau bahkan sebaliknya.
***