Chapter : 4

1855 Words
  Cahaya terang beberapa menit dan tarikan napas yang berubah-ubah, kasur yang terasa memantul, lalu terasa membelesak kembali dirasakan Tessa dalam keadaan sadar sepenuhnya. Darek tak benar-benar tidur meski lampu di atas nakasnya telah padam. Tessa hanya mengamati dengan diam dalam tidurnya yang pura-pura, rasa penasaran yang ia coba tekan semampu yang ia bisa lakukan hingga terdengar suara pintu yang terbuka lalu menutup kembali dan saat itulah Tessa membuka matanya. Ranjang di sampingnya kosong. “Apa yang dilakukannya?” batin Tessa sendirian dengan pertanyaan yang bermunculan dalam kepalanya. Tessa kian penasaran dan ia pun keluar dari balik selimut, menjulurkan kakinya hingga menap pada lantai kayu sebelum melangkahkan kaki menuju arah pintu. Ruangan yang gelap hanya dengan lampu tidur. “Darek.” Tessa menyebutkan nama suaminya dan tak ada jawaban sampai Tessa melanjutkan langkahnya. “Darek.” Suara Tessa membuat Darek berputar dan menatap Tessa dengan terkejut. Darek sedang menghubungi seseorang, tampak Darek menggenggam ponsel yang masih menempel di telinga kanannya. Matanya membulat mendapati kemunculan Tessa yang tak pernah dibayangkannya. “Kau---” Alis Tessa naik sebelah saat menatap Darek yang terlihat gugup, menurunkan ponselnya dan salah satu jarinya mematikan ponsel yang tiba-tiba berubah gelap. “Aku harus menghubungi seorang klien,” ucap Darek tanpa Tessa menanyakannya. Tessa bergeming. “Kau terbangun---” “Ya, aku terbangun karena aku butuh air minum,” potong Tessa dengan segumpal kebohongan meski sesungguhnya perasaannya bercampur tak karuan antara penasaran dan cemas yang mulai menggeranyanginya. “Baiklah, aku akan kembali ke kamar.” Darek mengatakannya saat langkah Tessa kian mendekat. Darek bergegas pergi, berjalan dengan langkah lebar melewati Tessa. Beberapa jam kemudian yang dilalui oleh Tessa dengan kedua mata yang terjaga. Kopi panas yang masih mengepulkan aroma yang khas berkelebat di hidung Tessa. Ia meletakkan selembar roti di atas piringnya sebelum ia menambahkan berbagai menu lainnya. “Selamat pagi,” sapa Darek dengan langkah yang terdengar menuruni anak tangga dan kian mendekat ke arah Tessa. “Pagi.” Tessa membalas sapaan yang diberikan Darek tanpa menoleh sampai sebuah kecupan mendarat di atas kepala Tessa sebelum Darek menggeser kursi makannya, membuat keduanya duduk berhadapan. Darek melepaskan senyuman yang membuat wajahnya tampak tampan dan Tessa membalasnya dengan senyum kaku karena terkejut. Jeda bagi keduanya yang dimanfaatkan oleh Tessa untuk menatap Darek, mengamati suaminya yang sedang membalik piring ceper putih yang terbuat dari keramik, meletakkan serbet di atas pangkuannya sampai Darek mendapati tatapan Tessa. Tatapan Darek membuat Tessa berubah menjadi kikuk. “Ingin kopi?” tanya Tessa mengalihkan dirinya dari tatapan curiga Darek yang menemukan dirinya sedang mengamati ia bergerak. Darek mengangguk sebagai jawaban akan tawaran Tessa. Tessa mengambil teko dan menuangkan kopi ke dalam cangkir Darek yang masih kosong. “Maafkan aku karena telah membuatmu terbangun semalam,” ucap Darek sedetik sebelum ia menyeruput kopi yang dituangkan Tessa ke dalam cangkirnya. Tessa meletakkan teko kopi ke tempatnya semula sebelum tersenyum manis untuk suaminya sambil meraih cangkir miliknya sendiri yang juga berisi kopi. Sensasi kopi yang terasa meletup di saraf Tessa. “Aku ingin---” “Aku setuju dengan recanamu, Sayang,” sela Darek cepat dari atas tepian cangkirnya, membuat Tessa terkejut. Darek meraih telapak tangan Tessa usai ia meletakkan kembali cangkirnya di atas meja. Dua kejutan beruntun. Keduanya saling bertatapan dan seketika perasaan Tessa kian tak menentu. Sikap Darek yang berubah di pagi ini jika dibandingkan dengan pagi-pagi lainnya. Tessa menarik napas lalu mengembuskannya. “Kau ingin aku mengantarmu ke kantor?” tanya Darek yang kian membuat Tessa terkejut. Kejutan ketiga. Darek melepaskan telapak tangan Tessa, meraih selembar roti gandum yang ia letakkan di atas piring cepernya. “Aku rasa tidak perlu. Aku sudah mengatakan pada Astrid jika aku akan datang terlambat.” Tessa mengatakannya dengan santai. Tessa telah terbiasa untuk bersikap biasa saja di situasi yang tak diharapkannya. “Kenapa?” tanya Darek terkejut, menatap Tessa dari sudut matanya saat Tessa sedang mengiris roti yang telah ia olesi tuna. Tessa tidak langsung menjawab. Membiarkan Darek menunggunya. “Aku harus segera mengurus rencana liburan kita, Darek.” Tessa menjawab pertanyaan Darek sebelum ia memasukkan potongan rotinya ke dalam mulut. Darek menatap Tessa dan terdiam sebentar sebelum ia mengangguk pelan. Tessa melirik ke arah Darek, mencuri pandang, mengamati bagaimana sikap Darek saat ini padanya. Tessa telah lupa kapan terakhir Darek bersikap begitu bersahabat seperti saat ini. “Aku berpikir jika aku telah mengabaikan istriku. Jadi… sudah saatnya jika aku…” Darek menggantungkan kalimatnya, meletakkan sendok dan garpunya di atas piring, menatap ke arah Tessa sepenuhnya. Tessa merasakan jantungnya mulai berdebar. “Aku ingin kita memulai kembali semuanya dari awal, Sayang,” ucap Darek sambil meraih telapak tangan Tessa, menggenggamnya dengan erat. Tessa menelan ludah dengan susah payah, menatap suaminya dengan tatapan menyelidik. “Aku minta maaf untuk… semua kesibukanku, hingga aku…” Darek menatap Tessa dan Tessa menatap lurus ke dalam manik mata Darek, mencari tahu kian dalam, dan mengartikan makna sorot mata di hadapannya. “Aku telah mengubah semua jadwal kerjaku. Aku akan cuti selama satu minggu. Apakah cukup untuk kita berlibur?” tanya Darek di ujung kalimatnya, membuat Tessa mengerjap dengan terkejut dan alisnya naik sebelah. Jantung Tessa terasa berhenti berdetak untuk dua detik begitu pun dengan napasnya hingga Tessa butuh untuk menarik napas dengan begitu dalam setelahnya. Tessa juga menelan ludahnya dengan susah payah. “Ya, lebih dari cukup. Aku akan mengatur segalanya,” ucap Tessa dengan senyuman yang merekah di wajahnya. Tessa merasakan kesenangan yang tiba-tiba terjadi pada dirinya. Tessa ingin melompat karena kegirangan. Namun tidak Tessa lakukan. Wanita muda cantik bertubuh mungil itu lebih memilih mengulum bibirnya untuk menahan tawa bahagia. “Apa kau senang?” tanya Darek penasaran. Tessa menelan ludah. “Ya,” Tessa menjawab singkat. “Aku senang melihat istriku bahagia,” seloroh Darek sedetik sebelum ia mengigit roti gandumnya. Tessa melirik dengan senyuman miring di wajah cantiknya. “I love you, Tes.” “I love you too, Darek,” balas Tessa dengan hati yang berbunga-bunga. Merasakan segerombolan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.   Tessa berjalan mondar mandir antara meja makan dan wastafel dapur miliknya. Meletakkan semua perangkat makan sebelum memasukkannya ke mesin cuci piring. “Aku harus pergi sekarang, bye,” bisik Darek lembut di telinga Tessa sambil meraih pinggang rampingnya dan mencium pelipisnya dengan lembut. Tubuh Tessa terasa menegang. Seluruh saraf di tubuhnya seakan berkedut dengan tiba-tiba dan aliran darah di dalam tubuh Tessa terasa mengalir dengan cepat. Tessa telah lupa kapan terakhir kalinya Darek memeluk tubuhnya. Tessa tak ingat kapan ia merasakan gairah yang ditimbulkan Darek pada tubuhnya. Dan saat ini, Tessa merasakan kerinduan itu. “Kita akan ke rumah Mom malam ini. Aku akan menjemputmu di kantor,” ucap Darek sambil memutar tubuh Tessa untuk menghadap ke arahnya. Keduanya saling bertatapan. Tessa tidak dapat menyembunyikan perasaannya. Wajahnya berubah merona dengan debaran di dadanya. “Aku mencintaimu, Sayang.” Darek meletakkan telapak tangannya di leher jenjang Tessa. Sekali lagi Darek mengatakan perasaan cintanya pada Tessa yang terasa asing bagi Tessa usai ribuan prunama ia lalui. Darek membelai wajah Tessa yang cantik di hadapannya. Ujung ibu jari Darek yang mengenai permukaan kulit Tessa terasa bagai terjangan gairah bagi Tessa. Darek menarik tubuh mungil istrinya untuk kian dekat, menahan pinggang ramping Tessa hingga membuat tubuh keduanya kian dekat dan Tessa merasa bagai mimpi. Jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya dan ia mampu mendengar napas Darek. “Ich liebe dich liebe, Tes,” ucap Darek disusul dengan ciuman. Darek mencium Tessa. Meraih bibir Tessa, membuatnya terbuka sebelum memasukkan lidahnya untuk bertemu dengan lidah Tessa dalam kelembapan. Tessa merasa bagai mimpi yang selalu ia idamkan, saling menyentuh dengan Darek. Merasakan bagaimana lidah Darek bergerak di dalam mulutnya hingga membuat Tessa mengalungkan kedua lengannya di leher Darek, menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh.  Ciuman yang berubah panas saat telapak tangan Darek yang tiba-tiba berpindah ke salah satu p******a Tessa untuk meremas kedua gundukan dengan pelan hingga Tessa mendesah, melepaskan ciumannya. “Oh, Darek.” Tessa merasakan napasnya tersengal. “Aku telah melewatkan banyak waktu tanpa bercinta denganmu, Sayang,” bisik Darek saat ciumannya jatuh ke leher Tessa. Mencium di leher jenjang Tessa yang beraroma permen dari parfum yang di semprotkan Tessa usai mandi. “Darek, aku---” desahan Tessa berhenti saat mersakan pahanya disapu udara. Darek telah menarik ke atas rok pensil yang dikenakan Tessa hingga menampakkan kain segitiga berenda yang dikenakan Tessa. Darek meremas b****g Tessa hingga membuatnya sulit bernapas, Tessa menoleh untuk menatap Darek, membuatnya penasaran jika apa yang dilakukan suaminya memang benar, nyata dan bukan mimpi. “Bercintalah denganku, Baby,” ujar Darek sambil meremas b****g Tessa bersamaan dengan suara dering ponsel milik Darek yang ia simpan di dalam saku celana yang Darek kenakan. “Darek, aku…” Seolah mengabaikan panggilan pada ponselnya Darek kembali mencium Tessa, membungkamnya dengan ciuman yang lebih liar dibandingkan sebelumnya, mendorong tubuh Tessa hingga bersandar pada tepian meja dapur. “Darek, aku---” Deringan ponsel Darek tidak berhenti, ia masih terus menderu di dalam saku dan Tessa sangat tidak nyaman dengan itu. “Darek, ponselmu---” ucap Tessa di tengah ciumannya. “Abaikan. Aku ingin bercinta denganmu,” timpal Darek disusul dengan suara kain di robek. Darek menarik lepas  kain segitiga yang dikenakan Tessa. Jantung Tessa benar-benar terasa berhenti. Tessa terkejut hebat saat Darek mengangkat tubuhnya, mendekat pada meja makan untuk membaringkannya di atas meja makan yang telah kosong. Tanpa melepaskan ciumannya Darek melepaskan sabuk yang dikenakannya. Suara gemericik logam dan setelahnya terjangan Darek di tubuh Tessa. Tik tok tik tok… “Kau terlambat ke kantor, Darek.” Tessa menarik selimut yang menutupi tubuhnya sementara Darek berdiri di depan cermin sambil merapikan tampilannya. “Kau juga,” balas Darek tanpa menoleh. Darek Wagner: Aku harus membereskan sesuatu dengannya. Aku akan segera ke kantor sekarang. Love you, My Love. Isi pesan yang dikirimkan Darek untuk membalas pesan yang diterimanya satu jam yang lalu saat dirinya sedang bercinta dengan Tessa. “Kau akan pergi sekarang?” tanya Tessa yang membuat Darek terkejut, mengerjap dan menatap Tessa dari pantulan cermin di hadapannya. “Ya, maafkan aku karena… aku baru saja----” “Ya pergilah. Kita akan bertemu malam ini. Kau jadi untuk---” “Kau tak perlu membawa mobil,” sambar Darek sambil berbalik menghadap Tessa yang masih berbaring di balik selimut. “Aku akan menjemputmu di kantor,” sambung Darek. Ia melangkah mendekat ke arah tempat tidur, menghapus jarak antara dirinya dengan Tessa disusul dengan mendaratkan ciuman di puncak kepala Tessa. Perasaan yang dipenuhi suka cita bagi Tessa. “Terima kasih untuk pagi yang luar biasa, Sayang.” Darek mengatakannya sambil menatap langsung ke dalam mata Tessa. “Semoga harimu menyenangkan, Darek,” balas Tessa sambil tersenyum dan Darek juga tersenyum lalu ia beranjak pergi usai ponselnya kembali berdering, membuat keduanya terkekeh. “Mereka tak membiarkan aku untuk menikmati pagi bersama istriku,” celoteh Darek dan Tessa terkekeh pelan. “Bye, Honey.” Darek pamit dan menghilang di balik pintu kamar, meninggalkan Tessa yang masih terkejut, tak percaya dengan apa yang terjadi satu jam yang lalu. “Ya Tuhan,” desah Tessa. Ia menghempaskan tubuhnya, tidur telentang sambil menatap langit-langit kamar. Tessa tersenyum lebar, merasakan pipinya merona dan ia masih merasakan tubuhnya bergetar di bawah sentuhan suaminya, Darek Wagner. Tessa Wagner: Bantu aku mempersipkan liburanku bersama Darek, Astrid.     ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD