19

3258 Words
***KIARA*** Hari ini aku sudah masuk kerja Kembali setelah aku honeymoon dengan bang Zacki ke jogja. Beruntung Allah maha baik pas Honeymoon si merah tidak datang bertamu, pas kami pulang barulah dia datang berkunjung. “ Ki makasih ya oleh – olehnya!” ujar teman – temanku di ruangan. “ Iya sama – sama! Maaf ya Cuma bisa ngasih itu! Tangan aku Cuma 2 dan tangan bang Zacki juga Cuma 2 gak bisa ngangkat lebih banyak beban” jawabku. Karena ngerasa gak enak Cuma ngasih mereka masing – masing 1 box bakpia dan 1 kaleng gudeg. “ Yaelah Ki segini juga udah banyak kali! Lo mah orangnya gak enakan” ujar sifa dengan gaya bicaranya yang nyablak. Pulang kerja seperti biasa bang Zacki sudah menungguku di depan ruangan dengan gaya cool & calm nya sambil bersender ke dinding dan tersenyum manis begitu melihatku keluar dari pintu ruangan. “ Nungguin istrinya lahiran ya pak?” kataku pada bang Zacki karena berbaur dengan keluarga pasien bersalin. “ Istri akunya belum dikasih hamil sama Allah” sahutnya sambil mendekat kearahku. “ Mungkin Allah menyuruh kita buat pacaran dulu sebelum nanti sibuk dengan urusan baby dan gak sempat pacarana.” tembalku sambil ku rangkul lengan bang Zacki dan menariknya melangkah pulang. Hari ini aku dan bang Zacki pulang ke rumah Bunda, karena bunda mengajak kami makan malam Bersama, ayah, ibu dan adik – adikku juga ada. Mereka menginap di Rumah bunda dari kemarin. “ Assalamualaikum….” Ucapku dan bang Zacki pas masuk ke rumah bunda. “ Wa’alaikumsalam…” jawab semua yang ada disana. Suasana ramai sekali, ada kedua orang tua kak safira juga dan ada om tante bang Zacki dari bunda dan ayah bang Zacki beserta anak – anaknya yang tak lain sepupu bang Zacki. Semua berkumpul di halaman depan rumah yang disulap jadi tempat berbequan. Rencana berbequannya sih nanti malam ba’da isya tapi keluarga sudah pada kumpul dari tadi siang. Kami saling bertukar cerita satu sama lain tanpa ada cerita tentang orang lain diluar yang ada disini. Alias tidak ada cerita Gibah. Semua yang diceritain adalah cerita masa kanak – kanaknya anak – anak para ibu – ibu ini. Termasuk masa kanak – kanaknya bang Zacki dan Dr. Ray pun bunda cerita. Dan ibu ikut menceritakan masa kanak – kanakku pada semua yang ada disini. “ Aku gak percaya kamu waktu kecil tomboy!” bisik bang Zacki ke telingaku. “ Gak usah dipercaya bang, aku emang gak tomboy ko! Ibu aja yang menganggap aku seperti itu, secara aku diajak mainnya sama adik – adik ibu yang semuanya laki – laki.” Kataku sambil menolehkan kepalaku ke belakang, karena posisi bang Zacki ada di belakangku. Malam hari pun tiba dan semua sibuk memanggang daging, sosis, ada seafood juga. Pokoknya malam ini lupakan diet kolesterol karena semuanya mengandung kolestrol cukup tinggi. Sekali – sekali saat berkumpul seperti ini melupakan diet. Tapi aku memang gak diet, aku pemakan segala. Canda tawa kehangatan silaturahim beberapa keluarga ini harus terus dilanjutkan. Jangan terputus hanya sampai disni. Aku yang biasanya jarang bisa bercengkrama dengan orang tapi disini karena kehangatan keluarga ini aku bisa berbaur dan ngobrol bareng dengan mereka. Seperti sudah kenal lama dengan keluarga ini padahal baru 1,5 bulan aku menikah dengan bang Zacki. ¬_ _ Saat Idul adha tiba, semua keluarga dari bunda dan almarhum suaminya datang Kembali ke rumah bunda. Bang Zacki juga pergi menjemput ibu, ayah dan adik – adikku ke Bogor agar bisa ikut berkumpul di rumah bunda. Sedangkan aku yang baru pulang dinas malam masih belum bisa menyatu dengan yang lainnya. Setelah bersalaman aku duduk di sofa dan tertidur nyenyak tak terasa, jika bang Zacki tidak mengangkatku mungkin aku masih tertidur sampai dzuhur. “ Abang turunin…” pintaku saat aku tersadar dari tidur nyenyakku. Aku malu karena sepupu – sepupu bang Zacki seneng banget ngegodain aku. “ Udah sih bobo ja kalau masih ngantuk mah, aku pindahin ke kamar” sahut bang Zacki yang masih enggan menurunkan aku dari pangkuannya. “ Co Cwit banget sih ini pengantin baru!” “ Iya nih bikin kita jadi pengen nikah aja deh” ujar para sepupunya bang Zacki. “ Makanya sana lo cari cowok biar nikahin lo shil” tukas Dr. Ray “ Cowok mah banyak tapi blm ada yang sreg” tembal rena “ Jangan banyak milih lo nanti gak dapet – dapet! Pasrah aja serahin semuanya sama Allah” tambah bang Zacki. “ Kaya lo ya Zack! Yang pasrah di pilihin cewek sama tante sarah” cibir refa “ Berkat pasrah dan ikhlas jadi cinta deh” kata bang Zacki sembari mengecup pipi, kening, hidung dan bibirku yang masih dalam gendongannya. “ Ih… Abang malu! Udah turunin aku ah” pekikku sambil menahan kepala bang Zacki dengan kedua tanganku karena dia terus mengecup semua bagian wajahku. Semua yang ada disana tertawa lepas ngeliat kelakuan anak bungsu bunda yang tak lain dan tak bukan adalah suamiku tercinta Muhammad Zacki At – Thoriq dan melihat reaksiku yang terus berontak pada bang Zacki. “ Biarin sih dek, biar yang masih single pada ngebet pengen nikah.” Kata bang Zacki yang kini menurunkan aku dari gendongannya. “ Biasanya yang suka bertingkah kaya gini kamu Ray??? Kenapa sekarang Zacki ikut – ikutan kaya kamu sih Ray?” ujar tante Risa “ Aku turunkan kekonyolanku pada adikku tercinta tan, biar dia gak jadi Iceman terus.” Sahut Dr. Ray sambil menyuapi kak Safira ketupat. Kakak iparku ini emang so sweet perhatiannya sama istrinya memang mantap. “ Jangan dok! Jangan diturunkan sikap konyol Dokter ke bang Zacki! Aku lebih suka suamiku jadi Iceman. Cukup sikap hangatnya buat keluarga aja.” Kataku menolak jika bang Zacki berubah bersikap ramah ke semua orang bisa – bisa makin banyak cewek yang nempel dan ngincar dia.. oh… tidak… “ Kiara itu orangnya cemburuan kalau Zacki bersikap hangat sama semua orang nanti ada cewek yang menanggapi beda sama sikap Zacki dikiranya Zacki suka sama cewek itu dan anak ibu ini cengeng ntar bisa – bisa nangis – nangis terus 7 hari 7 malam” jelas ibu Panjang lebar yang berhasil membuat semua orang tertawa lepas dan membuatku tersipu malu. Heeh ibu ini ya… ***ZACKI*** Hari ini tepat 3 bulan aku menikah dengan Kiara dan aku berencana mengajak Kiara jalan – jalan. Tapi tak bisa ke jauh karena Kiara hanya punya jatah Libur 2 hari saja. Pagi ini Kiara lepas dinas dan aku sudah berada di depan Ruangannya menunggu dia keluar dengan senyuman termanisnya. Baju dan keperluan lainnya sudah aku bereskan semalam lepas mengantarkan Kiara kerja. Jadi kami tidak perlu pulang ke rumah dulu untuk Packing. “ Suamiku tercinta sudah menunggu.” Ucapnya sambil berlari kecil menghampiriku yang masih bersandar di dinding sebrang pintu ruangan Kiara. “ Banyak gak pasiennya?” tanyaku sambil merangkul bahu Kiara. “ Lumayan banyak bikin gak bisa istirahat barang sebentar” jawabnya, dan kulihat wajahnya yang terlihat kusut ngantuk dan terdapat lingkaran hitam samar disekitar matanya. Mungkin nanti kalau Allah ngasih aku dan Kiara anak, aku akan meminta Kiara untuk berhenti kerja. Karena aku tak tega melihat Kiara gak tidur sama sekali dalam 2 malam berturut – turut. Karena tidur siang tidak bisa menggantikan tidur malam selama apapun tidurnya. “ Nanti tidur di mobil ya! Meremin matanya biar gak pusing!” kataku sambil ku kecup puncak kepalanya. “ Aku laper loh… pengen makan ketroprak” pinta Kiara membuatku tersenyum karena biasanya Kiara tidak pernah minta sarapan apa yang ada dia Cuma bilang apa aja, terserah, semua aku mah doyan. “ Okelah… kita cari ketroprak dulu ya biar nanti istri abang yang manis ini bisa tidur nyenyak” ajakku sambil melepas rangkulanku di bahu Kiara lalu menggenggam tangan kirinya dan aku Tarik agar jalannya lebih dipercepat. ___ Setelah Sarapan aku terus melajukan mobilku keluar kota Jakarta menuju Bandung. Karena hari ini masih hari kerja, jadi jalanan cukup ramai oleh para pegawai yang hendak berangkat kerja. Setelah melewati area pabrik alhamdulillah perjalanan lancar. Kiara semenjak berangkat, tidur lelap dan sampai sekarang pun masih tertidur dengan lelap. Sekitar pukul 11.00 wib akhirnya kami sampai di lembang. Sebelum aku membawa Kiara ke hotel tempat kami menginap aku mau mengajaknya pergi makan siang dulu sambil refresing sebentar. “ Bang ini dimana?” tanya Kiara pas dia terbangun dari tidurnya. “ Di lembang jalan – jalan” jawabku sambil ku lirik Kiara. “ Abang ini kebiasaan kalau ngajak aku jalan suka dadakan gak pernah bilang.” Ujar Kiara dengan bibir dimajukan 2 cm. bikin gemes dan pengen mengecupnya selama mungkin. “ Kan kejutan dek, kalo bilang Namanya bukan kejutan!” sahutku sambil ku pinggirkan mobil dan kumatikan mesinnya. Aku sudah tidak tahan melihat bibir merajuk istriku ini aku anggurkan. Aku lepas seatbeltku juga punya Kiara dan aku pegang tekuk Kiara kemudian mulai kunikmati lembutnya bibir istriku. Setelah puas menikmati kelembutan bibir Kiara aku Kembali melajukan mobilku mencari rumah makan terdekat yang kiranya menggugah selera. Setelah menemukannya aku mengajak Kiara turun dan menikmati makan siang kami berdua. “ Bang… aku gerah! Pengen mandi” ujar Kiara yang tampak tidak nyaman dengan pakaiannya yang masih menggunakan seragam kerja. “ Iya nanti pas nyampe penginapan ya! Kita makan dulu!” kataku sambil ku elus lembut kepala Kiara dan kuberikan senyum hangatku. Saat kami sedang menikmati makanan yang kami pesan Adzan dhuhur berkumandang, seraya memanggil kami untuk segera melaksanakan kewajiban kami. Aku dan Kiara segera menghabiskan makanan yang kami pesan dan mencari masjid terdekat untuk menjalankan kewajiban. Ternyata disekitar masjid ada kamar mandi yang bisa dipakai untuk mandi oleh pengunjung. Kiara meminta ijin padaku untuk mandi disitu karena dia merasa tidak nyaman sholat dalam keadaan lengket dengan keringat. Akupun menungguinya mandi di depan kamar mandi karena ini adalah kamar mandi umum takut jika ada orang iseng main dobrak kamar mandi. Mungkin itu hanya kekhawatiranku saja, kalau Kiara bilang Abang mah lebay. “ Sudah segar sekarang?” tanyaku pada Kiara pada saat dia keluar dari kamar mandi. Dan Dia menganggukan kepalanya sambil tersenyum manis memperlihatkan gigi gingsulnya. Senyum Kiara seperti itu sudah menjadi candu bagiku. Rasanya ada yang kurang jika sehari saja tidak melihat senyum manis istriku ini. Seusai sholat Dzuhur kami melanjutkan Kembali perjalanan kami menuju penginapan yang letaknya benar – benar di hutan pinus. Cuaca sejuk daerah sini membuat tempat ini makin nyaman. Kamar – kamar disni terpisah satu sama lain, ini seperti pondok – pondok yang dibangun di tengah hutan pinus. Jarak parkiran dengan kamar – kamar lumayan jauh yang membuat Kiara kelelahan karena dia baru saja pulang dinas malam. Akupun berinisiatif menggendongnya dan menyerahkan barang bawaanku pada pelayan penginapan. Aku tidak mau melihat Kiara kelelahan dan malah menyebabkannya sakit, padahal tujuanku kesini adalah untuk refsehing. “ Abang malu sama si akangnya!” kata Kiara meronta minta diturunkan dari punggungku saat aku gendong dia. Dan pegawai penginapan yang mengantar kami hanya tersenyum geli melihat ulahku dan sikap Kiara. “ Maaf ya kang jangan ngiri” kataku menggoda pegawai penginapan tadi dan dia terkekeh. “ Si Aa nya so sweet dech sama si tetehnya!” ujarnya tambah terkekeh geli melihat kelakuan aku dan Kiara. Setelah sampai di dalam kamar inap yang menyerupai pondok kecil ini yang di dalamnya hanya terdapat kamar tidur, kamar mandi dan prentelan lainnya selayaknya kamar hotel saja. Aku meminta kiara untuk beristirahat agar dia gak drop kondisinya. Sementara itu aku Kembali ke mobil untuk mengambil perbekalan camilan capuluh dan air mineral yang sempat kami beli di minimarket sebelum kami menuju hotel. Pas Kembali ke kamar aku lihat Kiara sudah terlelap tidur, bibirku terkembang melihat sejuknya wajah istriku sedang terlelap. Kudekati dia dan ku elus lembut puncak kepalanya lalu ku kecup keningnya. ‘Maaf ya Kiaraku sayang, suamimu ini memang egois mengajakmu pergi keluar kota padahal kondisi kamu kurang fit abis begadang menemani pasien – pasienmu. Tapi kapan lagi aku habiskan waktu bersamamu sedangkan kamu libur hanya setelah dinas malam.’ Batinku. Tak terasa mataku ikut terpejam dan terlelap disamping istriku yang cantik dan manis ini. Sampai sebuah sentuhan diwajahku membuatku terbangun. Ku buka mataku perlahan – lahan sambil menyesuaikan dengan cahaya di sekitar, seulas senyum aku ukir Ketika mataku sudah terbuka sempurna melihat pemandangan indah di depanku. Wajah polos istriku yang sepertinya baru terbangun juga. “ Sudah ashar bang, Kita sholat yuk!” ajaknya sambil masih membelai lembut wajahku. Lalu kuraih tangan yang sedari tadi membelaiku dan kucium lembut punggung tangannya. “ Ayo… abang mandi dulu ya baru kita jama’ah” sahutku seraya bangun dari rebahanku. *** Sore harinya aku mengajak Kiara jalan – jalan di sekitar penginapan sambil menikmati udara sejuk di hutan pinus ini. “ Enak ya bang disini! Seger… gak kaya di Jakarta panas” Ujar Kiara tersenyum riang menikmati udara sejuk disini. “ Jangan minta pindah kesini ya! Karena Abang bingung gimana beli hutan pinus seluas ini” Kataku menggoda Kiara. “ Siapa yang mau minta pindah kesini Abang??? Aku masih betah ko tinggal di Jakarta.” Sahut Kiara. Keesokannya aku ajak Kiara ke tempat – tempat wisata di sekitar lembang. Untung hari ini bukan weekend jadi tempat wisata pun tidak begitu penuh dengan orang. Karena jujur aku kurang suka ke tempat yang terlalu penuh manusia. Setelah puas ke tempat – tempat wisata sekitar lembang, hari terakhirnya aku mengajak Kiara ke kota bandungnya. Setelah pagi – pagi sekali berkemas dan meninggalkan penginapan kami meluncur ke kota bandung. Hari ini aku ingin mengajak Kiara berpetualang menaiki wahana – wahana yang ada di Transtudio bandung. Tapi sebelumnya kami berhenti terlebih dahulu di sebuah tempat makan pinggir jalan untuk sarapan. “ Nanti mau beli oleh – oleh apa?” tanyaku pada Kiara yang lagi asyik menikmati lontong Karinya. “ Aku pengen bolen! Sama cemilan – cemilan khas sini ajalah ntar nyari” jawabnya. “ Oke nanti kita beli.” Sahutku Selesai sarapan perjalanan kami lanjutkan menuju transtudio bandung. Aku ajak Kiara berpetualang menikmati wahana – wahana yang ada disana. “ Bang jangan naik yang ekstrim! Aku gak mau” pekik Kiara menolak ajakanku saat aku menariknya ke wahana Racing Coaster. “ Kan ada Abang dek gak usah takut!” Rayuku sambil aku rangkul erat bahunya. “ Ih… aku tuh takut ketinggian bang! Aku gak mau naik gituan” tolak Kiara dengan mata berkaca – kaca dan raut wajah ketakutan. “ Yaudah jangan nangis dong!” bujukku sambil aku peluk tubuh langsing istriku dan ku elus kepalanya. Kemudian Kiara menatapku dalam “ Yaudah ayo naik” ujarnya tiba – tiba sambil menarik tanganku. Mungkin dia melihat raut kecewa di wajahku sehingga berubah pikiran dan setuju untuk naik wahana ektrim bersamaku. “ Gak usah dek! Kita cari yang lain aja” tolakku karena aku tak mau Kiara melakukannya karena terpaksa. “ Mumpung aku mau bang, kalau udah naik ini trus aku gak kuat jangan ngajak aku naik – naik yang ekstrim lagi ya!” pintanya. Dan aku tersenyum senang menyambut permintaan Kiara. Setelah mengantri sebentar akhirnya giliran kami tiba untuk menaiki wahana Yamaha racing coaster. Aku memilih kursi di tengah agar Kiara tidak begitu takut. Aku pandangi Kiara yang terlihat jelas wajah penuh ketakutannya. Jahat banget aku ya mengajak istriku yang takut akan ketinggian naik wahana ektrim? “ kalau takut teriak aja ya! Jangan di tahan!” ucapku sambil aku genggam erat tangan Kiara supaya mengurangi ketakutannya. Beberapa detik kemudian wahana ini mulai melaju membawa kami keluar ruangan mengikuti lintasan yang ada dengan kecepatan tinggi. Semua orang pada teriak pandanganku tak luput dari Kiara yang saat ini sedang memejamkan matanya dan sesekali teriak melepas ketakutannya. Wajahnya tampak memucat karena takut. Aku jadi merasa menyesal memintanya untuk menaiki wahana ekstrim ini. Setelah beberapa menit akhirnya permainan ini berakhir dan aku lihat kelegaan di wajah Kiara. Tangan dan kaki Kiara tampak bergetar dan ototnya seolah tak sanggup menggerakan tulang kakinya untuk melangkah. Aku rangkul tubuhnya, aku papah dia keluar dari wahana. Aku cari tempat untuk Kia duduk. “ Maafin abang ya! Udah bikin adek ketakutan” ucapku tulus dan merasa sangat menyesal karena membuat istriku pucat pasi tak berona karena ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat. Aku ambil air mineral di ranselku dan aku berikan pada Kiara agar dia sedikit tenang. “ Aku memang penakut bang! Aku gak bisa naik wahana – wahana yang menantang adrenalin.” Cakap Kiara sambil memelukku. “ Yaudah gak usah naik yang ekstrim lagi ya!” ku usap lembut punggungnya. “ aku mau naik Sky Piret itu” Kiara menunjuk 1 wahana dan aku langsung mengajaknya kesana. Mungkin aku harus mengalah dan membiarkan Kiara memilih sendiri wahana yang mau dinaiki. Toh tujuanku kesini ingin membuatnya senang. Bukan untuk membuatnya tertekan dan ketakutan. Setelah dari Sky Piret, dia menujuk wahan Jelajah sebagai tujuan kami selanjutnya. “ Tapi ini juga ada bagian ekstrimnya lo dek!” ujarku mengingatkan Kiara. “ Iya tapi gak se ekstrim yang tadi” sahutnya. Aku pun menuruti maunya Kiara yang antusias untuk menaiki wahana itu. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, karena sudah sore aku dan Kiara memutuskan untuk menyudahi petualangan kami di di transtrudio ini dan mengelilingi kota bandung mencari oleh – oleh untuk dibawa ke Jakarta. “ Mau ke Kartika sari?” tanyaku pada Kiara. “ Boleh bang!” jawab Kiara dengan senyum terukir di bibirnya. Berburu camilan merupakan hobi Kiara, karena dia senang sekali ngemil dan kadang aku suka melarangnya terlalu banyak makan camilan, bukannya takut dia gemuk tapi memang gak bagus juga mengkonsumsi banyak makanan mengandung karbo dan gula. “ Habis ini mau beli apa lagi?” tanyaku saat kami masuk ke dalam mobil setelah puas belanja di KS. “ Aku mau es krim duren tuh Bang!” pinta Kiara begitu melihat pedagang eskrim lewat. Aku turun dari mobil dan aku belikan istriku ini es krim durian yang dia mau. Memang kadang istriku ini kayak bocah. “ Makasih ya bang!” ucap Kiara saat aku serahkan satu cup es krim kesukaannya. Lalu dia mengecup pipiku. “ Iya sama – sama sayang…” sahutku dengan senyuman terkembang. Adzan magrib berkumandang, aku mengajak Kiara ke masjid Raya Bandung mumpung kami disini sekalianlah mampir untuk sholat. Baru setelah isya aku melanjutkan perjalanan kami pulang ke Jakarta. Di jalan sebelum masuk tol ada pusat oleh – oleh di pinggir jalan aku memberhentikan mobilku. Dan kebetulan di depannya ada pedagang batagor dan somay sekalianlah makan malam. “ Kamu mau apa dek?” tanyaku pada Kiara “ Somay aja Bang” jawabnya yang kemudian masuk ke dalam toko oleh – oleh. “ Abang beliin tempe sama oncom dek” pintaku memlih duduk di depan sambil menunggu pesanan somay dan batagor siap. Kiara menganggukan kepalanya. Selesai makan dan berbenja oleh – oleh lagi, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Aku sudah persiapan bawa bekal kopi yang tadi aku beli pas makan somay. Takut tiba – tiba mata ini ngantuk saat bawa mobil kan bahaya. “ Udah kamu tidur aja dek!” kataku menyuruh Kiara memejamkan matanya karena aku lihat dia sudah menguap terus. “ Nanti abang gak ada temennya kalau aku tidur.” Sahut Kiara yang seolah tak tega melihatku nyetir sendiri tak dia temani. “ Abang gak apa – apa! Kamu udah nguap – nguap terus tuh dari tadi, udah tidurin” pintaku. Bukan minta sih lebih ke menyuruhnya dan tidak mau dibantah. “ Yaudah… Aku bobo! Abang hati – hati nyetirnya ya! Gak usah ngebut! Kalau ngantuk berhenti dulu di rest area, jangan maksain.” cerocosnya. Mulai cerewetnya keluar. Tapi aku suka kalau dia seperti itu. Setelah Kiara terlelap, aku nyalakan sholawat untuk menemaniku menyetir. Sesekali aku sesap kopiku untuk penghilang rasa kantuk yang mulai menyerang setelah 1 jam perjalanan. Setelah 2 jam lebih mengendarai mobil akhirnya kami sampai di Apartment. Aku putuskan untuk menurunkan barang – barangku besok pagi saja, karena aku juga sudah sangat mengantuk dan lebih baik aku angkat Kiara ke dalam. Aku tak tega membangunkan Kiara yang sudah tertidur lelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD