5. Dicampakkan Oleh mommy

1395 Words
Mommy sudah sampai di rumah, Mommy harap kalian bahagia di sana untuk selamanya ya. Mommy sayang Grisel dan Fezya. Grisel yang terlihat kokoh, kini dia gemetaran kembali membaca demi kata pesan yang di tulis oleh Mommy nya. Tangisan itu pecah seketika, dia kini berpelukan dengan Fezya. Mommy nya benar meninggalkan dia di Indonesia lebih tepatnya mereka di buang. Hanya beberapa kata pada pesan tersebut tapi cukup mengoyak hati Grisel dan Fezya. Fezya tak bisa menerima kenyataan. Bagaimana bisa, seorang ibu nya sendiri ? Meninggalkan kedua buah hatinya di tempat asing, sebuah kota yang baru kemarin ia pijak. Kalimat itu terus berputar di benaknya. Tapi setiap hari, Fezya mencoba menghubungi Mommy nya dia masih percaya sama keajaiban itu benar ada. Dering demi dering terdengar nyaring di telinganya. Namun, selalu sama yang menjawab bukan suara Mommy nya yang sedang dia rindukan itu. Melainkan hanya suara operator yang ramah menyambutnya. "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan..." Kalimat itu mengukir kecewa di hati kecilnya. Fezya tak mengerti. Mengapa Mommy tak pernah menjawab? Apakah Mommy sedang sibuk sekali dengan pekerjaannya ? Atau mungkin, ponselnya rusak? atau Suaminya melarang untuk menghubungi kami jadi, Mommy butuh waktu untuk itu semua. Setiap pertanyaan itu menggantung tanpa jawaban, seiring berjalannya waktu kini membawa serta harapan dan kemudian menguburnya kembali. Fezya memilih menenangkan dirinya dikamar. Kepalanya terasa sangat sakit memikirkan semua ini dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Jarak yang semakin jauh antara Mommy nya. Menandai hubungan ini benar telah berakhir. *** "Mommy, Daddy... ! aku harus bagaimana?" bisikan itu melayang, nyaris tak terdengar. Setiap langkah dia rasakan terasa berat, setiap hembusan napasnya disesaki tanya yang tak berujung hari-harinya. Di titik ini, Grisel benar-benar kebingungan menentukan ujung dari perjalanan hidupnya ini. Jalan di depannya sudah bercabang seribu, masing-masing menawarkan bayangan masa depan yang tak jelas. Grisel merasa terlalu kecil untuk memilihnya sendiri tidak ada lagi tangan yang membimbingnya. Dadanya Grisel rasanya sesak, memikul beban yang seharusnya tak ada di pundaknya. "Apa yang harus Grisel lakukan, Mommy?" gumamnya lagi, kali ini lebih keras, berharap angin yang berembus padanya akan membawa pesannya ini menerbangkannya melintasi batas-batas hingga menuju ke Boston tepat di telinga orang tuanya. Grisel hanya bisa berharap ada sebuah petunjuk kecil, untuk menuntunnya keluar dari labirin kebingungan yang menyesakkan ini. "Masih tidak bisa menghubungi Mommy ?" Grisel menoleh dan dia menggeleng kepalanya kepada Neneknya. Nenek Ida ikut perihatin dan kecewa kepada anaknya Via. Grisel ikut bergabung dan duduk di kursi ruang tamu bersama neneknya. Ini sudah dua Minggu dia berada di Indonesia. Grisel sudah mulai beraktivitas seperti biasa di sekolah barunya. "Nenek tidak papa kami menetap disini ?" Grisel merasa tidak enak membebani Neneknya. Uang 5 juta yang di tinggalkan tidak bisa menjamin kebutuhan sehari-hari nya, ditambah untuk uang pengobatan adiknya. Nyatanya disini dia memiliki nenek yang sederhana bisa dikatakan kehidupan yang pas-pasan. "Lho kenapa bicara begitu tentu Nenek tidak masalah, seperti orang asing saja bicara seperti itu sama Nenek malahan Nenek senang akhirnya Nenek dan Kakek bisa bertemu dengan cucu-cucunya ini." "Nenek, aku tidak tahu apakah mendengarkan cerita dari Grisel ini Nenek akan berubah pikiran, Grisel tidak papa Nek. Nenek bebas menolak kami." Nenek Ida menautkan kedua alisnya. "Cerita apa Grisel ? jangan membuat Nenek khawatir." Grisel terlihat menarik Napasnya. "Nek, Fezya penyintas Tuberculosis sejak usianya 13 tahun, Nenek jangan khawatir Fezya sudah terlatih agar orang didekatnya tidak tertular." "Apa itu Tuberculosis? Nenek tidak tahu." " Tuberculosis, bakteri berukuran kecil yang Tuhan ciptakan ukurannya hanya 0,0004 cm bakteri ini sangat mematikan Nek. Dia menyerang paru-paru hingga membuat si penderita batuk berdarah itu yang paling parah, coba nenek lihat ini." Grisel memperlihatkan hasil rongsen Fezya sama Neneknya dan menunjukkan paru-paru yang sudah terinfeksi Bakteri Mycobacterium. "Ini bakterinya?" kecil sekali dan mematikan sekali ya. Astaghfirullah cucu ku kasian sekali. " Iya Nek, tapi Zya harus mengkonsumsi obat-obatan nya Nek setiap hari malah, agar bakteri ini tidak memakan Paru-paru Fezya. Tapi ujung-ujungnya nutrisi yang masuk ke tubuh Zya di curi juga sama si Bakteri ini Nek. Jadi Fezya harus kontrol enam bulan sekali untuk melihat kondisi Paru-paru Zya bagaimana perkembangannya." "Hah, Zya sakit paru-paru ?" ucap nenek Grisel terkejut mendengarkan cerita cucunya. " Ini Bakterinya nyerang paru-paru Zya, Nek. Fezya pernah tidak kontrol sekali Nek membuat Tubuh Fezya jadi kurus, karena bakteri ini dalam kondisi tidur pun dia memakan asupan gizi Fezya bahkan jika bakteri ini bangun dia akan merusak paru-paru Fezya membuat Fezya sesak, batuk, bahkan mengalami batuk berdarah. Bahkan parahnya nanti bakteri ini bisa menyebar menginfeksi otak, lambung bahkan mampu membuat si penderita menjadi cacat permanen." "Ya Tuhan Grisel kasian adik mu.." Nenek Ida sampai menangis mendengarkan tutur kata cucunya tersebut. "Maaf Nek, Grisel harus cerita fakta ini sama Nenek. Fezya harus menjalani terapi ini setiap enam bulan sekali Nek terputus saja obatnya Fezya harus ulang dari awal lagi itu yang Grisel takutkan." "Makanya enam bulan sekali Fezya harus melewati tahap demi tahap prosedur. Fezya perlu melakukan Rontgen, tes mantoux atau tes lainnya mengetahui bakteri ini masih ada atau tidak dalam tubuh Fezya." "Bagi Tuhan dengan mudah menghilangkan bakteri ini semudah menjentikkan jari bahkan lebih mudah dari itu. Kun fayakun ! jadi maka jadilah. Begitu ucapan yang sering muncul dalam Al Qur'an." "Tapi bagi manusia ? betapa lemahnya manusia menghadapi bakteri ini Nek, Fezya harus berjuang untuk bisa sembuh." "Astaghfirullah, mengerikan sekali. Dimana Fezya tertular penyakit ini La.?" "Iya Nek kami pun tidak menyangka, sangat mengerikan sekali. Nenek dan Kakek jangan sampai tertular tapi Fezya sangat tahu kondisinya sendiri. Kadang dia harus mengisolasi dirinya sendiri agar kita tidak tertular seperti dirinya maka nya kadang dia tidak full berinteraksi sama kita." Grisel menghela napas, Ingatannya melayang pada Fezya waktu dia tertular. " Fezya awalnya dia tertular dari teman sekelasnya Nek," katanya pelan, suaranya bergetar menahan genangan air mata. Tapi temannya Fezya meninggal karena bakterinya sudah menginfeksi otaknya. "Astaghfirullah, Nenek kasihan mendengarkan cerita mu ini Grisel, Berarti Fezya tidak sekolah lagi ya." Grisel menggeleng. "Fezya tidak bisa lagi sekolah dia cuma belajar di rumah, dia tidak diterima di sekolah mana pun mungkin mereka takut tertular Nek." "Grisel, apakah bisa disembuhkan penyakit Fezya ini ?" sangat jelas sekali Neneknya khawatir. "Fezya selalu mengikuti prosedur yang dikasih tahu dokternya Nek." "Apakah sudah pasti sembuh? jawabannya tentu belum, masih banyak faktor lainnya. Kesembuhan itu kita kembalikan lagi itu semua dari Tuhan. Kita hanya mampu memaksimalkan ikhtiar kita nek." "Laa haula wa laa quwwata illa billa," sungguh tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan-Nya." (H.R Muslim) "Benar kata Grisel semua atas izin yang kuasa. Ya sudah kita akan mengobati penyakit Fezya sama-sama." "Nek Grisel tidak tahu harus bilang apa sama Nenek, Grisel sangat berterima kasih sudah menerima kehadiran Grisel dan Fezya dirumah ini." "Udah nggak papa, rumah ini selalu menerima kalian." "Nek, Mommy dan Daddy sudah bercerai dan Mommy sudah menikah lagi. Asal Nenek tahu suami Mommy tidak suka dengan kami makanya Mommy mengantarkan kami ke Indonesia." Neneknya terlihat Shock mendengarkan pernyataan ku barusan. "Nek, Mommy dan Daddy tidak menyayangi kami. Dia tidak peduli penyakit Grisel lagi Nek, beberapa tahun ini Grisel terpaksa harus mengumpulkan uang dengan berkerja di restoran dengan mencuci piring, Grisel lakukan itu demi mengumpulkan uang untuk pengobatan Fezya. Grisel lakukan setiap hari Nek sehabis pulang sekolah, aku sudah mencoba mencari perkejaan lain tapi di tolak, cuma perkejaan itu yang bisa Grisel lakukan di Boston." Neneknya langsung memeluk cucunya tersebut ternyata cucunya jauh menderita dengan kehidupannya disini dia kira anak dan cucunya bahagia dan senang hidup di Amerika tapi nyatanya cucunya sangat menderita ulah anaknya sendiri. Tega sekali Via menelantarkan anaknya sendiri begini. " Nenek benar tidak menyangka Mommy kalian tega sekali melakukan itu sama kalian. Tapi mulai dari sekarang kalian akan bersama Nenek jangan khawatir Nenek akan menjaga Grisel dan Fezya." Grisel membalas pelukan dari Neneknya, seketika ikatan di leher Grisel terlepas begitu saja. Dia sangat bersyukur Neneknya sangat menerima kehadirannya di sini. Dia akan pikiran langkah selanjutnya nanti. Fezya mendengarkan ucapan Kakaknya dari tadi dia mengigit jarinya sendiri agar suara tangisan ini tidak terdengar keluar. Dia sangat berhutang nyawa kepada kakaknya, ternyata Kakaknya melakukan itu hanya untuk dirinya sendiri. Dan di luar sana Kakek nya juga mendengarkan pembicaraan cucu dan istrinya tersebut. Dia sangat patah hati mendengarkan ucapan dari mulut cucunya tersebut. Ya Tuhan kenapa harus cucunya mengalaminya. Grisel berjanji pada dirinya sendiri, mulai saat ini dia akan menjaga Fezya tanpa peduli dia akan menginjak beling sekali pun, demi mengumpulkan uang untuk pengobatan Fezya untuk adiknya tercinta. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD