Milan 11.00 Carolina duduk melamun memandang kosong keluar jendela kamarnya. Entah sudah berapa lama tenggelam dalam lamunan sampai-sampai tak menghiraukan panggilan Ester. “Lina sayang, sedang memikirkan apa?” Tanya Ester sembari merangkum pipi Carolina penuh sayang. Air mata sudah menggenang di pelupuk tanpa bisa di hentikan. Menatap sayu neneknya sambil mengulas senyum yang terkesan di paksakan. “Hei, ada apa? Kenapa kau menangis sayang?” Mengedikkan bahunya. “Tiba-tiba saja Lina teringat daddy, grandma.” Bohong Carolina. “Oh sayangku, kemarilah!” Merengkuh tubuh ringkih ke dalam pelukan. Berada dalam pelukan sang nenek semakin tak dapat menghentikan air mata yang kian mengalir deras. Ingatannya berputar pada malam p*********n itu. Kenapa kau tega melakukan ini padaku Will? Ke

