Chapter 2

1086 Words
Geraldo POV Begitu tiba di kantor, hal pertama yang aku lakukan adalah pergi ke lantai 10 gedung ini. Tempat ruangan asisten berada, sekaligus tempat Takuto-ku tercinta mangkal. Dengan riang gembira, aku keluar dari lift dan langsung berjalan ke arah ruang kepala asisten. Ruang kerja my lovely honey. Akan tetapi, sekali lagi aku harus merasa kecewa lantaran ruangan itu kosong. Akhirnya dengan malas, aku menyeret kakiku memasuki ruang wakil kepala asisten, ruang kerjaku. Aku wakil asisten pertama Dean, sebelumnya Takuto tidak pernah punya wakil. Karena botty idamanku itu, terlalu perfect dan cekatan dalam bekerja, tapi sehebat apa pun my love, tetap saja dia bakal kelabakan jika harus mengurus semua pekerjaan Dean si botty jal – maksudku botty imut pemalas itu. Sebelum aku menutup ruang kerjaku, Kenny memunculkan sosoknya. Dengan senyuman mengambang, ia berjalan mendekatiku dan menyapa dengan sopan. Nama aslinya adalah Kenneth, sewaktu ia kecil, Kenny dibeli Dean dari pasar gelap dan dilatih menjadi asisten si botty jala – eh, salah! Botty imut itu maksudku. Posisi Kenny berada di bawahku dan Takuto. "Selamat pagi, Tuan Muda, Greg!" sapa Kenny, seraya melambaikan tangannya padaku. "Pagi Kenny, di mana Takuto?" balasku. Sekalian menanyakan di mana cintaku itu berada. "Tuan muda Takuto baru saja berangkat ke pelabuhan, dan kebetulan sekali Tuan Muda Greg, saya diperintahkan untuk menyerahkan amplop ini kepadamu." Kenny menyerahkan sebuah amplop yang cukup besar, membuat bertanya-tanya, apa isinya. Dengan semangat, aku pun langsung menerima amplop itu. Membukanya dengan jantung berdebar-debar. Perlahan-lahan aku menarik keluar sebundel kertas putih itu. Oh my God!! Ini pasti surat cinta dari Takuto kekasih hatiku, manisnya! Dia pasti malu mengatakan cintanya langsung padaku, jadi mengirimkan amplop ini sebagai gantinya. Senyuman mengambang jelas di wajah tampanku yang memesona. Ya ampun ... isinya tebal sekali. Apakah Takuto-ku tercinta menuliskan seluruh isi hatinya di surat ini? Aku senang sekali! Harapanku melambung tinggi tanpa batas. Namun, dalam satu detik kebahagiaanku langsung lenyap. Kenyataan itu kejam!! BRAK!! Aku langsung melemparkan sebundel kertas HVS itu ke lantai dengan kasar, setelah membaca apa yang tertulis di situ. Isi amplop itu bukan surat cinta. Itu lembar job description yang berisikan rincian tugas-tugasku selama bekerja di kantor ini. Tingkahku membuat Kenny yang berdiri di hadapanku, terperanjat kaget. "Ada apa, Tuan Muda? Kenapa membuang job description itu?" Ia terlihat terkejut, bertanya dengan kebingungan. "Ini bukan surat cinta dari Takuto my lovely bunny. Ugh, hiks ... hiks ...," ucapku pilu, menjawab pertanyaan Kenny sambil terisak-isak. Aku langsung tersungkur di lantai saking terpuruknya. Kedua telapak tanganku, kini menyentuh dinginnya lantai ubin ini bersama dengan kedua lututku. Aku bahkan tampak seperti seekor anjing kecil imut yang baru saja diusir oleh majikannya. Kenny jadi gelagapan, berusaha menenangkanku. "Cup ... cup ... jangan menangis. Tenang ya, Tuan Muda Greg. Kamu tahukan, kalau Tuan Muda Takuto itu, memang mustahil membuat surat cinta? Itu bukan kebiasaannya." Kenny menghiburku, ia menepuk-nepuk kepalaku pelan, tapi aku tidak terhibur sedikit pun. "Hiks ... hueee ... Takuto my sweet heart tidak peduli padaku!!" Malah sebaliknya, aku makin sedih. Kini aku sudah duduk di sudut ruangan, sambil memeluk kedua lututku. "I-itu tidak benar, Tuan Muda Greg. Tuan Muda Takuto sangat menyayangimu," kata Kenny lagi, masih berusaha menghiburku. Aku pun berhenti menangis lebay. Menatap mata Kenny lekat-lekat, menunggu ia mengatakan kalau Takuto my princess sebenarnya mencintaiku. Karena Kenny belum juga mengatakan apa yang ingin aku dengar, aku lantas bertanya, "Benarkah itu, Kenny?" Dengan mata berkaca-kaca dan tatapan penuh harap. "Ya ... Tuan Muda Takuto pernah mengatakan kalau dia peduli dan menyayangimu seba – " Belum lagi Kenny selesai berucap, aku sudah bangkit berdiri dengan cengiran di wajahku. "Takuto peduli dan sayang padaku!! Yeah!!" Menjerit dengan riang sambil menari-nari. Hingga perkataan lanjutan dari Kenny kembali menghempaskan aku ke dasar neraka. "Sebagai seorang adik, Tuan Muda Greg." Kenny memberi senyuman tulus, dengan niat yang baik. Namun, itu percuma saja. Aku tetap kembali ke pojokan dan memeluk lututku sedih. Seketika itu juga, Kenny kembali panik mencoba menghiburku, tapi aku abaikan. Huh! Aku bukan adik Takuto my soulmate tahu! Hingga akhirnya waktu berlalu begitu saja. Tanpa terasa, hari sudah siang. Kenny yang lelah membujukku, akhirnya pergi mengerjakan pekerjaannya dari Dean yang mendadak menelepon. Palingan juga Dean suruh Kenny memesankan hotel untuk tujuan bulan madu ke sekian kalinya itu. Sedangkan Takuto kekasihku itu, masih belum pulang dari pelabuhan entah untuk apa. Tak lama, aku yang masih terpuruk di pojokan lantai 10 ini, dikejutkan oleh suara merdu dari surga. "Apa yang sedang kamu lakukan di sana, Greg?" Yap! Itu suara Takuto my angel. Aku langsung bangkit berdiri dengan senyuman merekah di wajahku. "Tidak sedang apa-apa, my love. Bagaimana pekerjaanmu sayang? Apakah kamu lelah? Mau aku pijat? Mau makan siang bersama denganku?" Tak lupa menawarkan beberapa opsi untuk menyenangkan my darling. "Tidak. Hentikan kekonyolanmu, Greg. Kerjakan tugas-tugasmu! Saya permisi dulu." Akan tetapi, my sweetie malah bersikap dingin! Dia menolak tawaranku dengan tegas dan cepat. Ditambah lagi, tanpa menunggu balasanku, Takuto langsung berjalan memasuki ruang kerjanya yang terletak bersebelahan dengan ruang kerjaku. Ia bahkan menguncinya segala. Tok ... tok ... tok .... Aku bergegas menggedor-gedor ruang kerja kekasihku itu dan berseru memanggil Takuto cintaku dari balik pintu. "Takuto sayang, buka pintunya dong!!" Sunyi. Dari dalam ruangan Takuto, tidak terdengar suara apa pun, tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku kembali memanggil my savior dengan penuh cinta. "My sweet honey!! Please buka pintunya sayang!!" "Ayo makan siang sama-sama cintaku!!" "Setidaknya biarkan aku memelukmu sekali saja Takuto my kitten.” "Takuto!! Jangan mengabaikan aku baby.." Setelah aku mengoceh sambil terus menggedor-gedor pintu selama setengah jam, akhirnya Takuto membukakan pintunya untukku. Aku langsung tersenyum senang berlari ke pelukannya, tapi Takuto langsung bergeser ke samping dengan wajah datarnya saat aku berlari menubruknya. BRUAK! "Aww!" Aku meringis saat terjatuh menabrak lantai yang keras. Mataku langsung menatap berkaca-kaca ke arah Takuto my darling yang hanya diam bersedekap di hadapanku. Ditambah lagi dengan tatapan dingin datar seraya mengancam itu. "Sudah saya katakan Greg, tolong hentikan semua kekonyolan itu dan kerjakan pekerjaanmu! Jika kamu tidak bisa serius, maka akan saya pindahkan kamu kembali ke tempat Sir Juan," ucap Takuto kejam, kelihatan super serius. Glup! Wajahku langsung memucat. Tersadar akan hal penting. Tidak!!! Aku tidak mau dipisahkan lagi dengan Takuto cintaku! Tanpa sadar aku menjerit dalam hati. "Jangan Takuto! Aku mohon!! Sir Juan itu sangat kejam dan tiran!!" Lalu memohon dengan putus asa, mencari-cari alasan. Aku tidak mau dikirim kembali ke pelatihan tiran tanpa kehangatan sentuhan Takuto-ku itu. "Baiklah. Jika demikian, kembali ke ruanganmu sekarang juga!" perintah Takuto tegas yang langsung aku turuti. Demi cintaku kepada pujaan hatiku itu, apa pun akan kulakukan. Bahkan wajah marah yang terlihat datar itu juga memikat hati.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD