Part 4 - I wish...

749 Words
MISSHA: Baiklah, disini lah aku berada sekarang, diruangan besar, lebar, tinggi, di penuhi oleh barang barang mahal, lapang sekali, sudah tigapuluh menit aku menunggu disini. Kemarin sore aku diberitahukan oleh seseorang yang mengharuskan aku datang ke Hamilton Corps pukul delapan pagi tepat tapi sampai sekarang tidak ada siapa-siapa diruangan ini, aku hanya disuruh menunggu dan menunggu . Baiklah, aku akan terus menunggu. Saat aku mulai menyesap caffein yang berada ditangan ku ini, tiba tiba ada suara pintu terbuka dan aku langsung melongo kearah bunyi. ALAARIC: Sekarang pukul delapan lewat lebih tiga puluh menitan, seharusnya aku sudah berada di kantor dari tigapuluh menit yang lalu, tapi tiba-tiba saat sarapan pagi tadi Mom and Dad mengatakan padaku bahwa aku adalah gay, yaampun anaknya seganteng diriku ini , mana mungkin aku gay??? Bahkan aku setiap hari mengincar perempuan di club dan aku baru saja merekrut si pramugari cantik yang sok nolak nolak aku untuk jadi sekretaris baru ku. Eh.. Dia sudah mengerti belum ya , bagaimana cara untuk menjadi sekretarisku yang baik? Ah seandainya dia belum mengerti , aku akan memberikan waktu khusus hari ini untuk dia belajar terdahulu dari Milen, dan... Yah aku memasuki ruangan ku, begitu aku memasuki ruangan ku , aku langsung terpaku dengan gadis mungil yang duduk di atas sofa mahalnya itu , "Lama menunggu?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku. "Menurutmu sir?" jawabnya dengan nada sengit dan sinis dan tatapannya pun seperti ingin memakan diriku. "Ah,ya baiklah . Maaf kan aku ya, telah telat tigapuluh menit duapuluh lima detik," Kataku dengan halus dan ramah sambil melihat jam rolex ku. Tapi Missha terlihat seperti bingung, apa ada yang salah? MISSHA:  Tadi aku tidak salah dengar? Alaaric meminta maaf? Kupikir dia orang yang sangat sombong, tapi dia bisa mengakui kesalahannya juga ternyata. "Ya sudah ,jadi apa yang harus aku lakukan sekarang sir?" Tanyaku dengan malas dengannya. "Apakah kau belum diberi petunjuk dari Milen ?" Tanya nya balik padaku. "Belum." Jawabku singkat ntah mengapa aku malas sekali , ya bagaimana aku tidak malas, pekerjaan yang akan kujalani itu bukan dipassion ku, astaga ... Apa salah dan dosaku Ya Lord.. "Baiklah , kalau begitu hari ini kau belajar saja dulu dengan Milen , aku sudah mengosongkan jadwal ku hari ini, agar aku berada dikantor dan tak begitu memberatkan Milen, jadi kau bisa keluar dan temui Milen sekarang." jelasnya padaku. Dan tanpa banyak bicara aku keluar dari ruangan mewah ini dan menemui kak Milen. Ahh, hari ini akan menjadi hari yang panjang... ... MILEN: Saat aku merapihkan schedule dan berkas yang harus ditanda tangani oleh Mr.Hamilton tiba-tiba ada yang mendekati mejaku dan langsung lah aku melirik ke arah orang itu. "Milen, .. " Suara wanita menjelma di telingaku Oh ternyata Missha .. "Kenapa Miss? Sepertinya sedih sekali dirimu?"tanyaku dengan bingung. "Aku .. Aku tadi disuruh kemari dengan Mr.Hamilton untuk belajar sebagai sekretarisnya Len.." Jawabnya dengan lemas. Astaga, aku lupa bahwa Missha akan diangkat sebagai sekretarisnya menggantikan jabatan ku ini, sebenarnya aku bingung.. Kenapa Mr.Hamilton ingin sekali Missha menjadi sekretarisnya tapi entahlah , orang kaya bebas bukan? "Ah kemarilah Miss, ini aku sedang merapihkan berkas dan menyiapkan schedule untuk besok serta hari kedepannya" Dan dia pun mendekat kepadaku dan duduk di depan mejaku. Sebenernya kadang aku duduk di ruangan CEO karna kata Mr.Hamilton agar lebih mudah dan cepat saat dibutuhkan tapi kadang aku di depan ruangan Mr.Hamilton untuk mengatur schedule dan merapihkan berkas, aku pun tak mengerti di sediakan dua tempat seperti ini, terkadang aku merasa menjadi orang penting saja, tapi aku merasa beruntung karna si Mr. Hamilton yang Moody, terkadang marah terkadang ramah , aku jadi merasa lebih aman sendiri di luar bila Mr.Hamilton sedang mengamuk. Dan aku pun mulai mengajari Missha apa saja yang harus dilakukannya sebagai sekretaris pribadi Mr.Hamilton. ... MISSHA: "Halo" "...." "Iya Vin," "....." "Aku baik baik saja, kau sendiri bagaimana?" "...." "Scheduleku sudah keluar kok untuk seminggu ," "...." "Oh seperti itu, ya sudah sampai jumpa kak.. Aku juga merindukanmu Vinca." Bip. Ah begitu pulang kerja kakak ku,Vinca menelefon menanyakan jadwal pramugari ku dan aku berbohong bila jadwal ku sebagai pramugari .. Aku belum cerita tentang aku jadi sekretaris.. Aku bingung mau berceritanya seperti apa??? Masa iya aku cerita bila tibatiba aku dipaksa agar menjadi sekretaris pribadi dari CEO Hamilton Corp agar kakak tidak dipecat dan di blacklist? Kenapa aku yang diminta? Kenapa dia menginginkan aku yang sebagai sekretaris yang bahkan sekretarisnya sendiri itu sudah ada, apa lagi kurangnya Milen? Aku merasa gila sekarang.. Apa mau dia? Ah entahlah aku lelah, lebih baik aku tidur saja , hari ini melelahkan.. Aku merasa ini semua aneh... Ku harap begitu aku bangun , ini semua hanyalah mimpi..  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD