Santi selesai mencuci muka. Wanita itu pun duduk di salah satu kursi makan rumah Sicilia. Ia mengambil sebuah piring kecil dan memasukkan beberapa buah bakwan ke dalamnya. Sebelum melumari bakwan itu dengan saus sambal yang sudah dibuat oleh Sicilia, Santi merobeknya dulu kecil-kecil. “Hhmm ... enak banget, Ci. Siapa yang sudah masak bakwan? Kamu?” Santi menyantap gorengan itu dengan sangat lahap. “Cici cuma bikin sambelnya aja, Kak. Bikin bakwannya itu mama.” “Hhmm ... pantas saja rasanya sangat enak. Kakak pikir kamu sudah bisa masak bakwan.” “Bisa sich bisa, Kak. Tapi belum bisa seenak buatan mama. Oiya, kata Ara kakak sakit lagi? katanya berdarah terus ya?” Sicilia mulai duduk di bangku berbeda seraya menatap kakaknya. “Iya ....” “Kita coba periksa ke dokter ya.” “Kamu kok itu

