CLG | CHAPTER 24

1184 Words
Dua jam setelah mengelilingi department store, akhirnya para wanita mendapati gaun dan perhiasan yang mereka ingin beli. Waktu yang sangat cepat untuk mereka karena biasanya 2 jam tidak akan cukup untuk para wanita berbelanja. Tapi mengingat bahwa sudah malam Maya, Jane, Ayumi dan Veronica hanya membeli apa yang mereka perlukan untuk hari ulang tahun Mikhail Group. Sedangkan untuk Iris dan Tiffany, mereka berdua tidak membeli apapun. Mereka kembali menuju Gavin dan Vincent. Gavin dan Vincent sudah memesan meja untuk mereka. Meja bundar yang tidak terlalu lebar, cukup untuk 8 orang dengan Gavin dan Vincent duduk berseberangan. Tiffany berjalan paling depan dan segera menuju meja Gavin dan Vincent. Ia hendak duduk di sebelah kiri Gavin, tapi Iris sudah dulu duduk di sebelah pria itu. Membuat Tiffany membeku di tempatnya. Sedangkan Iris, wanita itu duduk di sebelah Gavin dengan santai seolah itu merupakan hal yang wajar. Ketika Tiffany hendak berjalan dan ingin duduk di sebelah kanan Gavin, Ayumi sudah dulu mendaratkan bokongnya dengan polos di sana. Semua orang sudah duduk di kursi mereka masing-masing sedangkan Tiffany masih berdiri. Semuanya menatapnya dengan aneh. “Kau tidak ingin duduk?” Jane bertanya membuat Tiffany tersadar seperti orang bodoh. Iris mendongak. Ia memberikan senyuman hangat dan bersahabat kemudian menepuk kursi di sebelahnya yang kosong. “Ayo duduk di sini, Tiffany. Aku tidak mengizinkanmu duduk jauh dariku.” “Ya ....” Mengerjapkan matanya, Tiffany akhirnya duduk di kursi yang kosong yang hanya ada di sebelah Iris. Dan posisi mereka saat ini adalah Iris berada di antara Gavin dan Tiffany. Dan mereka membentuk lingkaran, mengelilingi meja bundar. Dua orang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Iris baru saja melihat menu makanan ketika Gavin berkata terlebih dulu, “Aku sudah memesan sushi favoritmu.” Sontak Iris menoleh. “Oh thanks.” Iris kembali melihat menu lainnya lagi. Ketika melihat makanan pedas, Gavin mendekati telinganya dan berkata pelan. “Jangan makan makanan pedas. Aku tidak ingin mendengar keluhanmu ditengah-tengah kegiatan kita malam ini.” Butuh waktu beberapa saat hingga Iris paham maksud dari perkataan Gavin. Pria itu .... Ingin melakukannya malam ini?! Sontak saja wajah Iris bersemu merah dan tegang. Bagaimana ini?! Merasakan ketegangan wanita di sebelahnya, Gavin tersenyum kecil. Tidak hanya cukup sampai di situ, Gavin mengelus tangan Iris dan kembali berbicara di telinga Iris dengan mesra. “Tenang saja. Malam ini aku akan melakukannya pelan-pelan. Santaikan tubuhmu, Sayang.” Jawaban yang diterima Gavin adalah cegukan Iris. Iris buru-buru meminum air putih di depannya. Ia bisa merasakan Gavin tertawa pelan membuatnya kesal. Ucapan Gavin pada Iris bisa didengar Tiffany yang duduk di sebelah Iris. Jemarinya di bawah meja mengepal dengan sangat erat hingga ia tidak sadar sudah meninggalkan bekas kuku di telapak tangannya. Mencoba menutupi kemarahannya, Tiffany mengambil gelas air putih dan meminumnya hingga habis. “Apa ini?” Veronica berdecak tidak suka ketika melihat tingkah laku Gavin dan Iris. “Hei, perhatikan tempat! Ini tempat umum. Masih banyak orang-orang tanpa pasangan di meja ini. Berhentilah mengumbar kemesraan!” Ayumi dan Jane tertawa. Gavin hanya tersenyum. Iris menatap tajam Veronica yang mana terlihat lucu. Tiffany mengalihkan wajahnya. Maya hanya melirik Iris dan Gavin sekilas sebelum kembali melihat menu. Dan Vincent, pria itu menatap Iris, lalu beralih ke Gavin yang juga sedang menatapnya. Menunggu makanan mereka datang, mereka saling mengobrol. Gavin tidak pernah melepaskan jemari halus Iris. Ia terus menggenggamnya dan mengusapnya dengan lembut. Iris mencoba untuk menarik tangannya, tapi ketika melirik Tiffany dari ekor matanya, ia berhenti berusaha. Tiffany terlihat kesal dan bisa meledak kapan saja jika ada yang menyentuhnya. Diam-diam Iris merasa bahagia. Ia membiarkan Gavin terus menggenggam tangannya di atas meja, seolah menunjukkan kasih sayang mereka kepada yang lain. “Kamu tidak berbelanja?” tanya Gavin yang menyadari bahwa Iris tidak membawa kantong belanjaan. Iris menggeleng pelan. “Aku tidak memiliki minat pada gaun di sini.” Gavin terdiam sejenak seraya mengusap pelan punggung tangan Iris. “Gaun untuk acara perusahaan?” Iris mengangguk. “Sebenarnya, kamu tidak perlu membeli gaun sendiri.” Iris sedikit memiringkan kepalanya dan menatap Gavin dengan kerutan halus di dahinya. Dan Gavin hanya memberinya senyum lembut. Jantung Iris berdebar kencang. Ia bisa merasakan wajahnya memanas hanya karena tatapan lembut pria itu. Oh tidak .... Jangan lagi. Ayolah, Iris! Ingatlah seperti apa sosok asli Gavin di belakangmu! Iris membatin ketika mengalihkan tatapannya. Memejamkan matanya, Iris kembali menjahit celah dinding yang ia buat. Fiuhh... hampir saja. Setelah menunggu beberapa waktu, makanan mereka akhirnya tiba. “Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun untuk Mikhail Group.” Vincent berkata seraya mengangkat gelas sampanye miliknya, semua di sana ikut mengangkat gelas mereka, tidak terkecuali Iris. Iris meminum sedikit kemudian meletakkan kembali gelas sampanye di meja dan mulai makan. Well, beruntunglah dia karena Gavin telah melepaskan tangannya. Namun baru beberapa saat ia bernafas lega, sebuah tangan tengah memeluk pinggangnya. Iris menegang. Sumpit yang ia pegang sidikit bergegar. Dia berbisik, “... Gavin.” “Hm?” Gavin mencondongkan tubuhnya mendekat dan memiringkan kepalanya. Astaga, ada apa dengan pria ini?! Kenapa dia sangat suka sekali berbicara sambil mendekati Iris?! Lalu kenapa pula dengan tangan nakalnya ini?! “Gavin, perhatikan tanganmu. Kita sedang di tempat umum.” Iris mengingatkan dia masih berbisik. Bukannya menjadi pria baik, Gavin malah semakin menjadi berengsek. Ia meremas lembut pinggang kecil Iris membuat sumpit di tangan wanita itu terlepas. Untung saja tidak menimbulkan suara sehingga teman-temannya masih fokus mengobrol. “Kamu harus terbiasa, Sayang.” Gavin berbisik ketika mencium pelipis Iris. Iris memejamkan matanya. Mencoba menahan amarah. Menghembuskan nafas perlahan, Iris menepis tangan Gavin dengan lembut. Dan kali ini Gavin bekerja sama, menarik tangannya kembali dari pinggang kecil Iris. Namun, Gavin membawa tangannya beristirahat di paha Iris membuat Iris menegang lagi. “G—Gav ....” “Makan yang banyak.” Gavin tersenyum lembut seraya memberikan beberapa potongan beef dari piringnya. Iris menatap Gavin sangat kompleks. Sebenarnya apa yang sedang direncanakan pria di sebelahnya? Apakah Gavin tidak jijik menyentuhnya? Untung saja Gavin hanya meletakkan tangannya begitu saja. Jika pria itu berbuat jauh, Iris tidak bisa bersabar lagi. Mungkin dia akan menamparnya di depan orang-orang banyak. Tiffany merasa panas ketika melihat kontak fisik yang Gavin dan Iris lakukan. Ia menggenggam sendok di tangannya dengan erat hingga meninggalkan bekas di telapak tangannya. Menggigit bibirnya keras, Tiffany tersenyum menatap Iris. “Iris, aku sudah mendengar tentang merk terbaru perusahaan ayahmu. Itu produk kecantikan, benar?” Iris menoleh cepat. Berharap jika berbicara dengan dedemit kecil di sampingnya ini bisa tidak merasakan sentuhan Gavin. “Ya, benar.” “Bagaimana prosesnya? Apakah ada kendala?” “Yah, sejauh ini berjalan dengan sangat lancar. Kemungkinan terbaiknya beberapa minggu lagi sudah bisa bekerja.” “Itu mengagumkan .... Kau pasti sibuk akhir-akhir ini.” Iris menghela nafas. “Ya, kau benar. Semenjak aku memegang proyek ini, tiap aku pulang ke rumah, aku akan segera mengantuk karena lelah. Bertemu bantal sebentar saja aku sudah tidur.” Tiffany diam-diam tersenyum lega dalam hati. Artinya Gavin dan Iris sama sekali belum melakukannya. Tapi bagaimana dengan tadi pagi ....? Mereka tidak mungkin melakukannya kan? Mungkin saja Tiffany hanya salah paham. Ergh! Memikirkan tadi pagi di mana Iris berjongkok di antara kaki Gavin kembali membangkitkan kekesalannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD