“Dan, aku?”
Mereka bertiga menoleh menatap Veronica yang berputar di depan mereka.
“Kau harus membeli ini!" Iris mendesah dan yang lainnya mengangguk setuju.
“Iris, kau belum memilih pakaian untukmu. Ayo, aku akan menemanimu mencari pakaian yang kau suka.” Jane menarik Iris membuat Tiffany kesal. Ia mulai kehilangan kesabarannya.
Sedari tadi Tiffany sudah mencoba meminta saran Iris tapi yang lain selalu menahan Iris untuk mereka.
“Iris, aku ingin bertanya—”
“Oh my goodness .... Ini sangat cantik!” Jane menunjukkan patung yang memakai gaun V-Neck bertali spaghetti berwarna merah cerah menyentuh lantai dengan satu belahan panjang di kaki kirinya.
Iris melihatnya. Dengan mata berbinar ia menatap gaun tersebut dengan kagum.
“Gaun cantik yang paling cepat laku di Prancis. Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam terjual, hanya tersisa 2 potong. Gaun ini datang dari Prancis hanya satu di Indonesia. Tidak ada di toko lain. Dan pabrik di sana hanya memasarkan gaun ini sangat sedikit. Ini adalah stok terakhir mereka yang sangat susah kami bawa kemari.” Pelayan tersebut bersikap profesional dengan semangat menawarkan produknya.
“Aku yakin kau akan terlihat seksi. Ayo coba!” Jane memaksanya sebelum Iris bisa memilih.
Lima belas menit kemudian, Iris keluar dan mendapati pandangan kagum semua temannya. Iris terlihat bingung. Kenapa mereka terdiam?
“Apakah ada yang salah?” Iris menatap cermin di belakang lalu membeku.
“Girl, you look so hot!”
“I think you are stunning ....”
Wajah Iris bersemu. Ia tersenyum. “Benarkah?”
Mereka mengangguk dan memuji kecantikkan Iris. Tidak seperti Tiffany yang berdiri di belakang dengan perasaan iri, cemburu, dan kesal. Tidak .... Iris tidak boleh menggunakan gaun itu di acara ulang tahun perusahaan nanti. Dia tidak ingin Iris menjadi pusat perhatian dan menarik perhatian orang-orang. Tahun ini seharusnya dia kembali menarik perhatian semua orang nanti.
“Iris, gaun itu terlihat tidak cocok dengan kepribadianmu!” Tiffany berkata dengan lantang. Membuat yang lain memandangnya tidak suka. “Maksudku, kau akan lebih terlihat cantik jika menggunakan gaun berwarna gelap. Akan terlihat elegan dibandingkan gaun ini. Juga, gaun ini sangat terbuka. Hanya jalang yang akan memakai gaun seperti.”
Iris kembali melihat dirinya di cermin sebelum menghela nafas dalam. Dengan sedih ia berkata, “Kau benar, Tiffany.” Iris menatap pelayan di sebelah. “Dengan sangat menyesal aku tidak mengambil gaun ini.”
Pelayan itu hanya menundukkan kepalanya dan tersenyum.
Iris dituntun pelayan menuju kamar ganti lagi dan melepaskan gaun tersebut.
Selama membantu Iris melepaskan gaun merah tersebut, pelayan itu mendesah pelan. “Padahal Anda terlihat cantik dengan gaun ini. Seolah ada aura berani di dalam tubuh Anda yang keluar begitu saja.”
Iris diam-diam tersenyum. Pelayan tersebut sepertinya sedang berusaha untuk yang terakhir kalinya menjual gaun ini.
Iris termenung ketika memikirkan kembali wajah bengis Tiffany. Semenjak ia keluar dari kamar ganti, ia selalu diam-diam mencuri pandang ke arah Tiffany. Ia ingin meneliti wajah wanita itu dan rupanya hasilnya cukup memuaskan. Tiffany sangat membencinya ketika ia terlihat lebih menarik dari pada dirinya.
Menghembuskan nafas pelan, Iris berkata pelan, “Sepertinya aku akan membeli gaun ini.”
Setelah mendengar ucapan Iris, pelayan itu tersenyum lebar. “Saya akan membuat pesanan Anda, Nyonya Muda Mikhail.”
Iris tersenyum ketika melihat pelayan itu di cermin. “Tapi ada satu syarat.”
“Apapun itu, kami akan mencoba yang terbaik melakukannya.”
Mendengar itu, Iris tersenyum penuh misterius.
Setelah mengenakan kembali pakaiannya, Iris keluar dari kamar ganti. Teman-temannya sudah menunggu di luar.
“Kau akan membelinya?” tanya Jane.
Dengan murung Iris menggeleng. “Aku tidak terlalu suka dengan gaunnya. Sepertinya tidak cocok untukku.”
“Omong kosong! Kau terlihat menakjubkan dengan gaun itu!” cerca Maya yang mendapatkan anggukan lainnya, terkecuali Tiffany. Wanita itu sangat serius mendengar perkataan Iris.
Iris menghembuskan nafasnya. “Aku akan cari di toko lain saja.”
“Tapi, bukankah toko ini merupakan toko yang terbaik mengenai gaun pesta?” Ayumi bergumam.
“Sangat disayangkan, bukan?” Iris tersenyum. “Ayo kita pergi ke toko lain!”
Setelah dari toko tersebut, para wanita pergi ke satu toko ke toko lainnya. Mencoba satu baju ke baju lainnya. Dan ketika keluar, tangan mereka penuh dengan tas belanjaan. Selama itu juga, tidak ada yang mengajak Tiffany mengobrol bahkan sekedar meminta saran. Semuanya akan pergi ke Iris, meminta sarannya. Sedangkan Tiffany, ia akan memilih pakaiannya sendiri dengan kesal.
***
“Rupanya rumor tentang Pak Gavin yang menyayangi adiknya memang benar.” Vincent membuka suara ketika para wanita sudah jauh dari pandangan mereka.
“Tiffany merupakan satu-satunya adikku.” Gavin berkata pelan.
Vincent tersenyum. “Dia wanita yang cantik dan cerdas. Apakah dia sudah memiliki kekasih?”
“Kenapa? Kau menyukai adikku?”
Vincent tertawa pelan. “Bukan itu maksud saya. Sepertinya Anda salah sangka. Teman saya yang bekerja di perusahaan Anda menyukai Tiffany. Sedangkan saya memiliki seseorang di hati saya.”
Meminum kopinya, Gavin bergumam. “Aku tidak peduli dengan orang yang kau sukai.”
Vincent menatap Gavin dengan seringai kecil. “Jika saya mengatakan bahwa saya menyukai orang yang Anda nikahi, apakah Anda akan peduli?”
Wajah Gavin tampak suram. Cangkir kopi Gavin berhenti di udara. Ia menegang. Tiba-tiba saja ia mengeluarkan aura dingin. Setelah beberapa saat menjernihkan pikirannya, ia meletakkan cangkir kopi tersebut dengan tenang di meja. Menatap Vincent, Gavin berkata dengan datar. “Aku tidak tahu kalau istriku bisa menarik perhatian hewan liar.”
“Kita orang yang sama, Pak Gavin. Anda menyukai istri Anda karena dia bisa menarik perhatian Anda. Begitu juga saya, saya menyukainya karena tanpa dia sadari menarik perhatian saya. Kita sama-sama hewan liar, benar?” Vincent tertawa seolah Gavin sedang mengatakan lelucon. Setelah puas tertawa, ia kembali ke sikap tenangnya. “Well, apalagi untuk seorang wanita yang tidak lagi menyukai kekasih atau suaminya dapat dengan mudah menarik perhatian pria lain.”
“Tolong kondisikan mulut Anda, Pak Vincent. Saya bisa membuat Anda menyesal setelah hari ini jika masih membicarakan istri saya.” Gavin berkata dengan dingin dan pelan. Walaupun Vincent tidak menyebutkan nama Iris, tapi kata seorang wanita yang ia sebutkan sudah pasti merujuk ke Iris, istrinya.
“Tapi, saya tertarik dengan Iris Rianna, istri Anda, Pak Gavin.” Vincent bersuara sambil menyeringai.
Dan pegangan Gavin di cangkir semakin erat.