Mengenakan baby doll tipis berwarna putih selutut, Tiffany berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Rambut panjangnya yang hitam terurai di belakang tubuhnya. Sesekali ia akan melirik ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat kemudian menggigit kuku panjangnya yang terawat. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya suara pintu terbuka membuat Tiffany secara refleks menolehkan kepala ke sumber suara. Dia melihat Gavin berdiri dengan pintu yang sudah ditutup rapat oleh pria itu. Dia segera berlari kecil mendekati Gavin. Ketika Tiffany melihat wajah dingin Gavin langkah kakinya segera berhenti. Jarak mereka saat ini hanya tinggal beberapa langkah lagi. Melihat Gavin yang tidak lagi tersenyum padanya membuat Tiffany gemetar. “G-Gavin...” “Kamu bilang ada hal yang perlu dibicarakan. Apa it

