1

548 Words
Qisti anak dari pasangan Firman Hariyanto dan Ara choon-He, Papanya warga negara Indonesia dan Mamanya warga Negara Korea Selatan, Mamanya masuk Islam saat akan di nikahkan oleh Papanya Qisti. “Mama sama Papa berangkat dulu ya Sayang ya, kamu baik-baik di rumah sama Bibi, jangan pergi jauh-jauh, Mama akan pulang 2 hari ke depan,” ucap Ara pada Qisti yang sekarang sudah duduk di bangku kelas 2 SMA. “Mama sama Papa selalu pergi, Qisti bosan di rumah,” rengek Qisti. “Kalau Mama sama Papa pulang dari luar kota, Mama sama Papa akan mengajak kamu jalan-jalan ke mana saja yang kamu mau,” jawab wanita paruh baya itu yang masih terlihat cantik di usia hampir 4 kepala. “Janji ya.” “Iya Sayang, Mama janji.” Jawab Ara. “Papa sama Mama pergi dulu Sayang ya,” ucap Papanya juga sambil mengelus kepala Qisti. “Iya Pa,” jawab Qisti. Dia menetap punggung ke dua orang tuanya yang sedang menarik koper mereka, ada rasa sedih melihat mereka pergi, walaupun Qisti tahu, perginya mereka Cuma beberapa hari saja. “Da Sayang ...,” Ara melambaikan tangannya ke arah Qisti, dan Qisti membalasnya dengan rasa malas. “Benar-benar weekend yang membosankan,” ucap Qisti sambil merebahkan dirinya di sofa depan TV. “Qisti ... Qisti ...,” Yenni, teman baiknya Qisti di perumahan mereka tinggal, datang ke rumah Qisti. “Eh Yen, ada apa?” tanya Qisti yang melihat Yenni sudah siap dengan baju olahraga di tubuhnya. “Lari pagi yuk,” ajaknya sambil melakukan beberapa gerakan kecil di depan pintu Qisti. “Hmm ...,” Qisti seperti malas untuk ikutan. “Udah jangan banyak mikir, kita larinya ke arah lapangan, ini kan hari libur, pasti banyak cowok-cowok keren yang sedang olahraga di sana,” ucap Yenni sambil tertawa. “Genit amat ini cewek!” ejek Qisti. “Haha ... cepatan sana pakai celana sport, keburu siang ini,” ucap Yenni dengan mendorong kecil tubuh Qisti agar segera mengganti bajunya. Qisti pergi ke kamar mengganti pakaiannya dengan pakaian sport, kemudian keluar menemui Yenni. Mereka berlari kecil-kecilan hingga telah sampai di lapangan yang di maksud oleh Yenni. “Tengok Qis, banyak kali cowok ganteng,” ucap Yenni pada Qisti. “Nikmatilah.” Jawaban yang datar Qisti tak menggoyahkan tatapan mata Yenni yang sedang menatap seorang lelaki berbadan atletis yang melakukan beberapa gerakan dasar olahraga. Qisti terus berlari-lari di tempat untuk menggerakkan tubuhnya, setelah lelah melakukan olahraga, Qisti mengajak Yenni untuk pulang. “Yen, pulang yuk, sudah lelah aku,” ucap Qisti pada Yenni. “Ya sudah yuk.” Mereka berjalan santai melewati jalan yang penuh dengan pepohonan rindang. Tiba-tiba sebuah mobil lewat dengan agak cepat, dan “Sritt,” mobil itu mengerem mendadak karna ada jalan berlubang di depan, tapi remnya tidak berhasil dengan sempurna, akhirnya lumpur yang tergenang di jalan rusak itu menciprat ke kaki Qisti. “Eh Mas, kalau bawa mobil hati-hati dong, teman saya kena cipratan lumpur ni!” teriak Yenni pada mobil yang terus melaju tanpa berhenti untuk sekedar ucap maaf. “Betul-betul gak ada etika itu orang!” lanjut Yenni lagi karna kesal. “Sudah tidak usah marah-marah lagi, lagian orangnya juga sudah pergi jauh.” “Iya, geram saja lihatnya.” Qisti berhenti di pinggiran jalan untuk membersihkan lumpur di celana dan betisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD