Sejak kejadian pagi itu, hubungan suami istri tersebut kembali harmonis. Sikap Ibra juga berubah hangat kembali. Suasana rumah juga berbeda. Bangunan megah tiga lantai tersebut kini kembali terasa nyaman. Sebelumnya rumah tersebut terasa sepi dan dingin, seakan mencerminkan hati pemiliknya.
Lena, kepala asisten rumah tangga tampak merasa senang dengan keharmonisan majikannya yang telah terjalin kembali. Menurutnya, jika tidak ada yang mau mengalah atau membuang egonya pasti sulit untuk menghidupkan harmonisasi dalam sebuah rumah tangga.
“Bella bawa mobil sendiri aja, ya, karena nanti pulang telat,” ucap Bella pada suaminya ketika sarapan.
Memang sejak kehangatan kembali menyelimuti pernikahan sepasang suami istri itu, Ibra terlihat kembali mengantar Bella bekerja. Bahkan, pria itu juga menambah satu orang lagi pengawal untuk menjaga keselamatan istrinya. Dia melakukan itu tanpa sepengetahuan Bella. Selama ini yang wanita itu tahu, ada satu orang yang selalu menjaganya karena ditugaskan oleh suaminya.
Ibra yang mendengar ucapan istrinya seketika memicingkan kedua matanya. Entah kenapa pria itu tidak suka mendengar istrinya lebih memilih berangkat sendiri daripada dia antar. Dia menatap lekat tepat ke manik mata indah sang istri. Bahkan, tatapan tajamnya seakan menghunus sampai ke dalam jantung lawan bicaranya.
Bella yang ditatap seperti itu oleh suaminya, seketika langsung mengembangkan senyumnya. Bahkan, wanita itu membalas tatapan tajam suaminya dengan tatapan puppy eyes-nya. Dia berharap suaminya bisa luluh melalui tatapannya.
Sebenarnya wanita itu hanya tidak ingin merepotkan suaminya. Dirinya tidak ingin dibilang sebagai istri yang tak tahu diri dengan membuat suaminya harus bolak-balik menjemputnya sepulang dari menghadiri acara seminar. Dia bisa merasakan kelelahan sang suami karena harus mengurus perusahaan. Bagaimana dirinya bisa tega menambah beban suaminya tersebut dengan meminta untuk menjemputnya.
“Kenapa? Kasih alasan yang bisa Mas terima,” pinta Ibra bernada tegas.
Lelaki itu juga tidak ingin dibilang sebagai suami yang suka memaksa, meskipun pada kenyataannya memang-lah demikian. Dia hanya ingin tahu alasan istrinya lebih memilih berangkat sendiri daripada diantar oleh-nya.
“Bella nggak pingin Mas kecapekan bolak-balik harus jemput, kalau sekalian Mas pulang kerja sih nggak masalah, apa lagi tempatnya cukup jauh dari kantor Mas,” ucap wanita itu mencoba menjelaskan dengan perlahan agar suaminya bisa mengerti.
Lelaki yang berstatus sebagai suami sahnya itu pun langsung terlihat mendengus setelah mendengar penuturan dari istri cantiknya. Pagi-pagi istrinya sudah memancing emosinya, menurutnya.
“Sekarang dengerin Mas baik-baik! Selama ini kamu anggap Mas ini apa mu?” tanya Ibra kembali bernada tegas.
Melihat suaminya terlihat serius, seketika membuat nyali Bella langsung ciut. Jika sudah begini, suaminya tidak main-main dengan ucapannya. Namun, wanita itu mencoba untuk menenangkan hatinya.
“Ya … Suami Bella-lah, Mas ini aneh,” jawab Bella mencoba untuk membuat situasi mencair kembali.
“Trus … tugas seorang suami itu apa?” tanya Ibra kembali tanpa mengalihkan tatapannya pada sang istri.
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh suaminya, seketika membuat lidah Bella terasa kelu. Bahkan, wanita itu juga kesulitan untuk menelan salivanya. Pertanyaan dari suaminya seakan menamparnya.
“Bertanggung jawab atas istrinya tanpa terkecuali,” jawab Bella dengan suara lirihnya.
Usaha Bella untuk membuat situasi mencair tampaknya sia-sia. Suaminya masih tetap mencecarnya dengan pertanyaan. Di dalam benaknya, wanita itu ingin ada seseorang yang dapat menolongnya dari situasi yang menurutnya cukup mencekam ini.
“Nah … itu tahu,” jawab Ibra sambil menyeruput kopi hitamnya.
“Tapi Bella han …,” timpal Bella yang kemudian dipotong oleh ucapan sang suami.
“Mas nggak terima bantahan, paham Isabella Ishak!” ucap Ibra dengan tegas.
Mendengar ucapan suaminya, seketika membuat Bella menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Wanita itu sangat paham, jika suaminya sudah memanggil dirinya dengan nama lengkap, berarti suasana hati laki-laki itu sedang tidak baik atau dia sudah berada dalam mood yang buruk. Lebih baik dirinya memilih diam agar tidak semakin memancing emosi suaminya.
Melihat istrinya menurut seperti ini, seketika membuat Ibra menyunggingkan senyumannya. Dia suka dengan sikap penurut dari istri cantiknya.
“Good girl,” ucap suaminya dengan mengacak puncak kepala wanita yang menjadi istri sahnya tersebut.
“Mas …!” protes Bella.
Rambut hitam berkilaunya yang sudah disisir dengan rapi tampak terlihat berantakan akibat ulah suaminya. Wanita itu terpaksa harus merapikannya lagi setelah sarapannya selesai.
Ibra yang melihat istrinya kesal malah semakin melebarkan senyumannya. Bahkan, kali ini deretan gigi putihnya yang tertata rapi terlihat menawan. Lelaki itu suka melihat bibir istrinya yang terlihat mengerucut seperti sekarang ini.
“Rambut Bella jadi berantakan, loh,” sungut wanita itu dengan memberikan tatapan yang tampak tidak bersahabat.
Melihat istrinya masih saja terlihat kesal, semakin membuat Ibra memperlihatkan cengirannya. Lelaki itu seakan melihat sosok Bella yang sering diceritakan oleh Dirga dulu sewaktu keduanya masih menempuh Pendidikan di Jerman.
“Biasanya juga berantakan, malah Mas dengar kamu juga mendesah nikmat,” ucap Ibra dengan setengah berbisik sambil mendekatkan bibirnya ke telinga sang istri.
“Mas …!” ucap Bella sambil mendelikkan bola matanya.
Wanita itu tidak pernah menduga jika suaminya akan semesum ini. Detik kemudian, tampak wanita itu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Dia takut jika ada yang mendengar ucapan vulgar yang keluar dari mulut suaminya.
Melihat sikap istrinya yang terlihat khawatir, seketika membuat pria itu terkekeh. Menurutnya, sikap permepuan dengan segala kelembutannya itu benar-benar sangat menggemaskan.
“Haha … tenang aja, nggak akan ada yang denger. Mereka masih sayang dengan pekerjaannya, jadi nggak akan ada yang berani komentar.
Kalau pun ada, Mas pasti akan memecatnya,” ucap Ibra dengan santainya.
Pria itu yakin, meskipun ada yang mendengar ucapannya, pasti tidak akan ada yang berani untuk berkomentar. Semua pegawai yang bekerja di kediamannya masih sayang dengan pekerjaannya. Di mana lagi mereka bekerja dengan memperoleh bayaran tinggi selain di rumahnya. Apa lagi ada Lena yang bisa disebut juga sebagai kaki tangannya dalam mengurus segala sesuatu yang ada di kediamannya.
Melihat suaminya mulai terlihat sombong, seketika Bella mencebikkan bibirnya. Wanita itu tidak berkomentar apa pun untuk menanggapi ucapan suaminya. Akhirnya sepasang suami istri itu meneruskan sarapannya sebelum berangkat ke kantor.
Keduanya berangkat dalam satu mobil yang dikemudikan oleh Seno. Seperti biasanya, lelaki berkacamata itu akan datang ke kediaman atasan yang sekaligus sahabatnya terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor sama-sama.
Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka kendarai tampak sudah berada di parkiran lobi Himalaya & Co. Dan seperti biasanya sebelum boss-nya menyuruhnya untuk turun, Seno akan turun terlebih dahulu karena ingin memberikan waktu pada sepasang suami istri yang duduk di belakangnya.
“Bella turun dulu ya, Mas,” pamit Bella pada suaminya.
Namun, dengan tiba-tiba, suaminya langsung menarik pinggang rampingnya. Pria itu juga menarik tubuh Bella agar menempel pada tubuh kekarnya. Tanpa berkata-kata, pria itu langsung melumat bibir ranum milik sang istri. Bibir yang selalu menjadi candunya. Bibir ranum yang selalu bisa membuatnya b*******h.
Untuk beberapa saat, sepasang suami istri itu tampak menikmati ciuman tersebut. Sensasi berciuman di dalam mobil membuat adrenalin Ibra tampak terpacu. Bahkan, lelaki itu seakan tidak mau berhenti menyesap bibir yang polesan lipstiknya sudah terlihat sudah hilang akibat ulahnya.
Tanpa disadari, napas keduanya juga terlihat memburu. Akhirnya Ibra menyudahi ciumannya karena ada sesuatu yang sudah mendesak ingin segera dikeluarkan. Pria itu masih cukup waras untuk mengontrol hasratnya yang mendadak muncul ke permukaan.
Kedua dahi mereka pun tampak saling menempel dengan napas yang masih terlihat memburu. Keduanya mencoba mengatur napasnya agar bisa normal kembali.
“Nanti siang Mas jemput, kita makan siang bareng,” ucap Ibra setelah napasnya mulai tenang.
Bella hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan dari suaminya. Wanita itu kemudian membersihkan noda lipstik yang menempel di bibir suaminya. Setelah selesai dengan suaminya, ia pun juga membersihkan noda lipstik yang tampak belepotan di bibirnya setelah mengambil kaca kecil dari dalam tasnya. Tak lupa wanita itu juga kembali mengoleskan lipstik yang selalu dia bawa. Dia tidak ingin penampilannya akan menjadi pembicaraan karyawan di kantornya.
Karena suaminya seakan tidak tahu tempat, maka dari itu dirinya selalu membawa lipstik di dalam tasnya. Bahkan, bukan hanya itu saja, wanita itu juga membawa sebagian makeup-nya di dalam pouch yang selalu ada di dalam tasnya. Dia harus selalu membawa makeup-nya untuk dia pergunakan retouch ketika akan tampil di atas podium ataupun panggung ketika membawakan materi seminar. Bukan hanya itu saja, wanita itu juga menggunakannya karena tuntutan pekerjaannya. Di saat dirinya bertemu dengan rekan bisnis perusahaannya, dia di tuntut untuk tampil sempurna.
Setelah selesai merapikan makeup-nya , Bella bergegas keluar dari mobil mewah berwarna hitam tersebut. Tampak wanita itu membalas sapaan Seno yang berjalan mendekati mobil.
Ibra terlihat sedang menatap punggung istri cantiknya hingga menghilang di balik pintu lobi. Tampak jemari pria tampan itu sedang menyentuh bibir bawahnya dengan disertai senyuman. Masih terasa dengan begitu jelas rasa manis dari bibir istrinya. Bahkan, pria itu tidak menyadari jika asistennya telah kembali dan duduk di belakang kemudi.
Seno yang melihat atasannya tampak seperti orang yang sedang kasmaran hanya bisa menyunggingkan senyuman. Sebagai seorang sahabat yang sekaligus juga asisten, dirinya tentu merasa senang jika melihat keharmonisan di dalam rumah tangga sahabatnya.
Jika atasannya dalam suasana hati yang baik, pasti dirinya juga akan merasa tenang untuk bekerja selama seharian. Namun, jika atasannya sudah dalam suasana hati yang buruk, maka bisa di pastikan selama seharian dirinya akan menghadapi teror dari sang atasan.