PART 4

681 Words
Malam ini tepat malam kesepuluh Kiara dirawat di rumah sakit ini. Dan keadaanya masih sama, Kiara masih belum membuka matanya meskipun keadaanya semakin hari semakin membaik. Malam ini hujan turun sangat deras disertai kilatan petir tak kunjung redam. Langkahku pelan membelah sepinya lorong rumah sakit malam ini. Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam ketika mataku tak sengaja bertatapan dengan Kevin. Setelah pembicaraan terakhirku dengannya aku belum melihatnya lagi. Entah untuk memeriksa Kiara atau sekedar berkunjung kekamarnya. Malam ini dia tak mengenakan jas dokternya, dia berpakaian normal dimataku. Mengenakan celana jeans dan kaos berwarna navy yang tertutup oleh jaket kulitnya. Dia terdiam sesaat dan berjalan menghampiriku. "Lama tak jumpa Alex, terimakasih telah menjaga Kiara selama aku pergi", serunya padaku. "Dari mana saja kau? Kau mau melihat Kiara?",tanya ku padanya. Kevin menggelangkan kepalanya seranya menjawab, "tidak, aku hanya mampir mengambil beberapa dokumen untuk seminar besok. Mungkin aku akan melihatnya besok setelah aku selesai dengan acaraku." "Kau terlihat sangat sibuk, tapi apapun alasanmu semoga lancar untuk seminarmu besok pagi. Aku harus segera kembali kekamar Kiara, hati-hati dijalan cuaca sedang tidak bersahabat", jawabku sembari melangkah pergi menuju ke kamar Kiara lagi. Hujan tak kunjung henti ketika Kevin mulai membelah jalan kota malam ini. Tujuannya bukan tempat tinggalnya sendiri,melainkan apartemen Kiara saat ini. Tepat pukul satu pagi Kevin sampai di apartement Kiara, perlahan tangannya terangkat memasukkan kode pin yang sudah ia hafal diluar kepalanya. Sudah hampir dua minggu tempat ini kosong tak berpenghuni. Kevin melangkahkan kakinya kearah kamar Kiara, menyalakan lampu meja sebagai penerang untuknya. Hampir sepuluh menit lebih Kevin hanya terdiam tertunduk dipinggir ranjang Kiara. Beberapa kali ia menghela nafas dan mencoba menenangkan segala kegelisahan yang dirasakannya. Matanya tak pernah lepas dari laci meja dihadapannya. Mencoba menyakinkan dirinya sendiri, Kevin memberanikan diri membuka laci itu kembali. Matanya menatap sendu semua isi yang ada dilaci itu. Kevin mengambil sebuah buku diary yang terkunci rapat sebuah gembok kecil. Dia mencoba memutar beberapa kali memastikan angka itu benar, dan dugaannya benar. Kuncinya masih sama. Perlahan Kevin membuka lembaran demi lembaran diary itu dan membacanya kembali. Tangannya bergetar tak mampu untuk membuka kembali lembaran berikutnya atau lebih tepatnya lembaran terakhir pada diary ini. Benteng pertahanan Kevin hancur seketika, dadanya bergemuruh sesak tak tertahan dan air mata nya terjatuh terus menerus tanpa henti sama sekali. Dan untuk malam ini Kevin membiarkannya, meluapkan semua yang dia tahan selama ini. Membiarkan semua sesak didadanya meluap bersama hujan yang menemani sepinya malam ini. Suara alarm yang tak kunjung berhenti dari layar handphone itu mengusik seseorang yang masih tertidur pulas dikamar ini. Suara erangan kecil keluar dari mulutnya,matanya masih terpejam tapi tangannya bergerak mencari sesuatu yang telah mengganggu tidurnya kali ini. Akhirnya suara itu pun terhenti, tapi Kevin masih saja belum mau membuka matanya meskipun sebenarnya dia sudah terjaga. "Dasar bodoh,kenapa aku bisa tertidur disini", bisiknya lirih. Padangan Kevin tepat tertuju pada jam kecil yang tergantung manis didinding kamar ini. Jarum menujukkan tepat pukul lima masih ada dua jam lagi sebelum dia berangkat seminar pagi ini. Dia tak habis pikir kenapa bisa tertidur lagi diapartement ini setelah sepuluh tahun lamanya. "Benar-benar bodoh. Maafkan aku Kiara, sepertinya aku kembali kehilangan kendali lagi. Kenapa juga kau masih menyimpannya? Kau sejenak membuatku berfikir bahwa kau masih membuka jalan untukku kembali." Langkah kaki Kevin seolah membelah sunyinya lorong bangunan ini. Setelah selesai dengan acara seminarnya Kevin tidak langsung kembali ke rumah sakit. Dan disinilah dia berada, langkahnya terhenti tepat disalah satu pintu terakhir yang ada dibangunan ini. Tangannya sedikit bergetar ketika memutar kunci pintu tersebut. Beberapa kain putih masih setia menutupi semua perabotan sama seperti dulu ketika dia terakhir menginjakkan kaki disini. Kamar ini sangat besih walaupun hampir sepuluh tahun tidak dipergunakan lagi. Beberapa foto yang terpanjang didinding tertutup dengan sempurna oleh selembar kain itu. Tatapan Kevin terhenti tepat di salah foto yang letakknya tak jauh dari jendela Kamar ini. Dengan pelan tangannya terulur untuk menarik kain tersebut, dilihatnya wajah seorang perempuan yang tersenyum manis berbalut gaun biru yang menjuntai indah menutupi sampai kemata kakinya. Senyum itu seakan memperlihatkan betapa bahagianya dia saat itu.Kevin berusaha tersenyum tapi yang terjadi malah sebaliknya. Sebuah senyum getir yang diikuti isakan kecil yang berubah menjadi sebuah teriakkan yang sangat menyanyat hati. ***** Siapa Kevin sebenarnya???? next dichapter selanjutnya......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD