bc

FINE

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
others
family
arranged marriage
doctor
drama
lonely
office lady
like
intro-logo
Blurb

"Aku tidak akan bertanya apa pun tentang masalah ini. Aku akan menunggumu ketika kau siap untuk bercerita padaku. Tetapi aku mohon padaku, selama waktu menunggu itu jangan pernah berbohong padaku. Jangan katakan kau baik-baik saja ketika kau ternyata sedang tidak baik. Jangan menampilkan senyum palsumu dihadapanku. Jangan bertingkah seperti itu. Itu sangat menyakitkan untukku. Menangislah jika kau merasa tidak baik. Menangislah dihadapanku. Aku tidak akan bertanya apapun. Cukup menangislah padaku. Hanya dihadapanku".....

chap-preview
Free preview
PART 1
Senyum itu tak pernah hilang dari wajah cantiknya. Seakan ia tak pernah bosan menampilkannya sama sekali. Setiap hari ia akan selalu tersenyum bahkan saat ia dalam masalahpun senyumnya tak pernah hilang sama sekali. Aku sungguh heran apakah dia tidak pernah menangis? Apakah ia selalu bahagia? Apakah ia tidak pernah sakit? Keingintahuanku tentang dirinya semakin bertambah besar. Apakah dia sekuat itu? atau apakah dia selama ini hanya bersandiwara. Bersandiwara dengan menutupi semua kelemahannya dengan selalu menunjukkan senyum indahnya? Kiara namanya, orang pertama yang menyapaku dikantor ketika aku pertama kali masuk kerja. Divisi kita berbeda tapi dia dengan baik hatinya menyapaku dan memberi tahuku dimana letak kantorku berada. Ketika tak ada seorang pun yang peduli dengan kebingungannku tiba-tiba dia datang menghampiriku. Lima tahun sudah aku bekerja dikantor ini, dan dalam waktu itu aku selalu menjadi pengagum rahasianya tanpa ia tahu sama sekali. Suara dering telepon dimeja Hendry seketika membangunkanku dari lamunan singkatku. Aku terperanjat dan seketika kulihat jarum jam ditanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore,dan kulihat keluar jendela langit yang biasanya menampilkan sunset terindah tertutup awan mendung pentang disertai hujan yang turun semakin deras. Aku hanya menghela nafas ketika teringat aku lupa membawa mantel hujan. Akhirnya kulangkahkan kaki ku kearah kantin kantor untuk memesan kopi sembari menunggu hujan hingga reda. " Kau belum pulang?", tiba-tiba aku terlonjak dan hampir menumpahkan kopiku ketika Kiara bertanya padaku. "Upsss..maaf. aku mengangetkanmu", kekeh Kiara sembari tersenyum padaku. "It's ok. Aku lupa membawa mantel hujan. Dan mobilku berada dibengkel. Jadi aku memakai motor hari ini. Tapi aku lupa memeriksa isi jok motorku karena tadi pagi aku sedikit terlambat", jawabku. Kiara hanya tersenyum dan terus berjalan disampingku. Sesekali kulihat ia memeriksa handphonenya dan mengetik sesuatu. Tiba-tiba kurasakan lenganku ditarik oleh nya. Dia terus menarikku sampai dimeja paling ujung kantin ini. Dan menyuruhku duduk dihadapannya. "Aku akan menemanimu",seru Kiara kepadaku. " Kau tidak pulang? Aku merasa kau sudah punya janji hari ini" "Apa maksudmu? Aku tidak ada janji sama sekali", jawab Kiara "Dari tadi kau sibuk dengan handphonemu,dan aku beberapa kali mendengar deringan dari saku celanamu. Tetapi kau tidak menjawabnya. Jadi ku pikir kau sudah ada janji sebelumnya" Kiara hanya terdiam dan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya sebagai tanda jawaban dari pertanyaanku. Dia tetap berkata bahwa tidak ada janji sama sekali. Dan benar-benar ingin menemaniku sampai hujan reda. Akhirnya aku dan Kiara terjebak disudut kantin kantor ini, ditemani secangkir kopi dan suara hujan yang tak kunjung berhenti sampai malam menghampiri. Mendengar cerita Kiara yang tak kunjung henti membuatku tak percaya apa ini nyata atau hanya sekedar ilusi saja. Beberapa kali kucoba mencubit lenganku yang berada dibawah meja untuk menyakinkan diriku sendiri bahwa ini nyata. Bahwa sekarang Kiara benar-benar berada didepanku dengan senyum indah yang membuat hatiku tak hentinya berdebar-debar. Sekitar pukul Sembilan malam hujan mulai berhenti. Kiara sudah tidak ada disampingku lagi. Setelah Kiara menemaniku sampai parkiran ia berpamitan denganku. Aku menawarkan tumpangan tapi ia menolak dan ingin berjalan kaki saja mengingat apartemennya tak jauh dari kantor. Sudah lebih dari lima belas menit Kiara pergi, dan menurut perhitunganku ia sudah sampai diapartemennya. Aku mulai membelah jalanan malam kota ini dengan sambutan hawa dingin yang menusuk tubuhku. Bahkan menggunakan jaketpun dinginnya masih menembus kedalam dadaku. Pandanganku tak sengaja melihat seorang gadis yang tak asing dimataku. Tak sengaja ia menoleh kesamping untuk menyeberang jalan dan tepat saat itu kulihat wajahnya. Dia adalah Kiara. Kupelankan laju motorku dan mulai mengikutinya dari arah belakang. Kiara terus berjalan dan berhenti disebuah taman yang berada ditengah kota. Taman itu biasanya ramai, tapi malam ini sangat sepi mengingat hujan yang menghujur kota sampai malam. Kumatikan mesin motorku dan perlahan kulangkahkan kakiku dan berhenti tak jauh dari tempat Kiara sedang duduk. Dapat kulihat dengan jelas Kiara mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Kedua bola mataku membesar seketika. Kulihat kepulan asab putih keluar dari mulutnya. Aku seketika terdiam, banyak pertanyaan muncul dipikiranku. Sejak kapan Kiara merokok, sejak kapan. Dan lagi aku dikejutkan akan hal yang membuatku terdiam kaku. Dia, kehilangan senyumnya. Senyum itu tergantikan oleh air mata yang terus menerus mengalir dikedua pipinya tanpa henti. Langkahku terhenti ketika mataku menatap seorang lelaki yang berjalan kearahnya. Lelaki itu berdiri tepat dihadapannya dengan diam. Kedua tangannya tersimpan kedalam saku celananya. Dia menghela nafas dengan berat dan akhirnya duduk disamping Kiara. Segera saja ia menarik kepala Kiara untuk bensandar dibahunya. Aku pun terkejut untuk kesekian kalinya, kala Kiara tak menolak sama sekali sikap lelaki itu. Hawa dingin semakin menusuk sampai tulang terdalam. Kueratkan jaketku mencoba menghalau hawa dingin ini. Tepat pukul satu pagi dan kulihat Kiara masih tetap tak beranjak dari taman itu. Sekalipun lelaki yang menemaninya tadi sudah menghilang entah kemana. Dia sama sekali tak beranjak. Aku terperanjat ketika kulihat Kiara berjalan pergi meninggalkan taman ini. Dengan hati-hati aku mengikutinya sembari menuntun sepeda motorku. Aku pun mengehala nafas lega ketika Kiara berhenti tepat didepan apartemennya. Aku pun mulai beranjak pergi ketika ia sudah benar-benar masuk ke dalam apartemantnya. Suara deru motor dan kepulan asab kendaraan bermotor serta pemandangan anak-anak sekolah mengayuh sepeda mereka menjadi santapan hampir disetiap pagiku. Tak sampai tiga puluh menit aku sampai dikantorku. Dan aku berniat untuk menemui Kiara terlebih dahulu. Kulangkahkan kakiku menuju devisi keuangan,tempat dimana Kiara bekerja. Tapi aku tak melihat dia sama sekali,selain kudengar kabar bahwa dia absen hari ini. Kucoba menghubunginya beberapa kali tapi tak pernah ada hasilnya. Hampir seharian aku mencoba menghubunginya tapi nihil tak ada jawaban sama sekali. Nomornya lagi-lagi tidak aktif. Aku segera berlari kearah mobilku berada dan segera meluncur ke apartemen Kiara. Aku segera berlari setelah sampai didepan kamarnya kucoba menekan bel beberapa kali. Tapi lagi-lagi tak ada jawaban sama sekali. Kuulangi beberapa kalipun sama saja tak ada hasilnya. NEXT...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LAUT DALAM 21+

read
299.6K
bc

Because Alana ( 21+)

read
364.2K
bc

Surgeon Story

read
267.3K
bc

Daddy Bumi, I Love You

read
36.0K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
58.9K
bc

Aira

read
93.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook