Bab 1

1573 Words
Di sebuah teras di salah satu perumahan asri pinggir kota, seorang lelaki paruh baya tengah menikmati sore dengan rintik hujan, ditemani secangkir teh dan gorengan panas dimejanya tak lupa koran pagi tadi dengan kacamata baca bertengger di atas hidungnya. Sesekali tangannya mengambil cangkir teh dan menyeruputnya ringan. Jemarinya membolak balikkan lembaran koran. Sesekali kerutan dikeningnya terlihat. Dari jauh terdengar riuh rendah tawa anak kecil. Mata awasnya melirik asal suara. Senyum tipis terlukis diwajahnya. “Darimana Ya?” Tanyanya begitu seorang gadis kecil juga anak laki-laki memasuki teras rumah “Habis dari lapangan Yah, biasa main sama temen-temen” jawabnya dengan sedikit membersihkan sisa lumpur dibajunya juga melepaskan sandal karet yang bercampur tanah juga kerikil di bawahnya Dari dalam rumah sebuah bayangan mendekati pintu di sebelah Ayah Raya duduk. “Raya, jam berapa ini baru pulang?? Main hujan-hujanan lagi” omel sebuah suara memecah sore hujan “Hehehe, Ibun. Ini tadi main sama Bang Arya sama temen-temen lain juga pokoknya seru!!” jawabnya polos tak mengindahkan tatapan garang yang di tujukan padanya “Aduhhh, kamu ini !!” kata Ibun sambil menghela napas lirih, matanya melihat Arya berdiri di samping Raya “Arya ayo segera pulang tadi mamahmu nyariin loh. Dan kamu Raya ayo mandi sana nanti masuk angin” perintah ibun “Iya, tante. Kalau begitu Raya, abang pulang dulu ya besok main lagi” ucap Arya yang bersiap melangkah menuju rumahnya di sebrang rumah Raya “Oke Bang, siap” Jawab Raya dengan cengirannya Segera bocah berusia 7 tahun tersebut lari menuju rumahnya yang berada di seberang rumah Raya. -- Riuh rendah terdengar lagi menambah semarak kegaduhan menjelang siang. Panas terik dari sang surya tak menghalangi mereka baku tembak dan meledakkan gedung. Derap langkah kaki yang terbungkus sepatu beradu Sepuluh menit sebelumnya, “Kami melaporkan dari tempat kejadian telah terjadi pengeboman pada pos polisi di depan sebuah kedai kopi di Jalan Thamrin. Menurut saksi mata sebelum kejadian ada dua orang yang mencurigakan lalu-lalang di sekitar TKP” Kamera menyorot sekitar tempat kejadian berikut kerumunan warga sekitar yang menyaksikan sterilisasi pos polisi yang masih memercikkan api. Juga terlihat bangunan kecil yang terbakar menyisakan abu juga warna tembok yang menghitam Terlihat tim pemadam kebakaran juga tengah bersiaga dan mencoba memadamkan api agar tidak meluas. Banyak tim seragam oranye cerah menyemprotkan air ke pos polisi yang terbakar. Terik panas tak menyurutkan semangat mereka untuk memadamkan api. Warga sekitarpun tak ubahnya semut yang bergerumbul di sekitar madu. Seakan ingin tahu apa yang telah dan sedang terjadi. Juga, tak ketinggalan sekumpulan wartawan dari berbagai media cetak juga elektronik ikut memeriahkan suasana menjelang siang yang terik ini. Beberapa petugas mulai mengamankan area dari beberapa warga yang mendekat juga menutup jalan sekitar sementara waktu. Dengan memblokade jalan yang sudah diberlakukan mulai terjadinya kebakaran, terlihat dari arah Thamrin, dan keempat ruas jalan lain. . . “Huh, panas banget Bang, gila. Minum es kopi gak nendang lagi” keluh Raya sambil menyeka keringat yang terus menetes di sekitar dahi juga lehernya “Huh, bener nih. Udah abis aja es gue” timpal Gio merasakan hal yang sama dengan Raya “Habis ini balik ke kantor buat laporan, terus rebahan bentar enak nih bang?” saran Raya sambil mengipasi wajahnya dengan kipas kecil. Rambutnya sudah lepek terkena keringat belum lagi bau matahari. “Rebahan gimana? Gue harus gantiin Bang Sapta ngliput di Bundaran Hotel Indonesia" jawab Gio dengan menyeka keringat di dahinya “Lah, lembur dong? Bini loe kan hamil tua Bang” heran Raya “Yah, nyari tambahan lah Ray. Biaya lahiran gak dikit” jawab Gio “Iya juga sih. Yah udahlah lanjut dah Bang. Tapi, ikut ke kantor kan laporan dulu?” tanya Raya “Jelas lah, loe balik mau naik apaan Neng?” katanya setengah meledek Raya Yang di ledek hanya manyun dengan mengaduk es kopinya yang tinggal bongkahan es batu dan sedikit cairan hitam di dasar gelas plastiknya. “Eh Ray, gue laper nih makan dulu yuk tuh ada mie ayam” katanya sambil menunjuk gerobak mie ayam di depan mereka “Wih, mantep. Ayoo lah Bang” Mereka berdua berdiri dari duduknya dan segera menuju ke sebuah gerobak mie ayam. Namun, belum sampai di depan gerobak mie ayam, mereka dikagetkan dengan suara ledakan dari dalam gedung. DUAAARRRR DAKKK BRUAKKKK “Aaaaaaaa…..” Refleks Raya siaga dan menoleh pada Gio, seolah melemparkan kode lewat tatapan mata “Bang, ada bom susulan deh?” ujar Raya “Hooh, ayo lihat kesana sama ngliput sekalian” ajak Gio yang sudah berjalan menuju mobil guna mengambil kameranya Baru saja akan melangkah untuk mengambil kamera dan peralatan lain di mobil. Gawai Gio bergetar ringan. “Eh Ray, bentar ada telpon nih” seru Gio menghentikan langkah Raya “…” “Ya pak, kami masih di sekitar TKP” jawab Gio sambil melihat Raya didepannya “…” “Baik, laksanakan” tutup Gio sambil memasukkan gawainya kembali ke saku celana “Siapa Bang?” Tanya Raya sambil memperbaiki tampilannya sebelum meliput lagi “Pak Abi, suruh kita ngliput live” Seketika Raya menoleh dan mengangkat sebelah alisnya, tanda bertanya “Hee, buluk gini gue Bang” keluh Raya sambil berkaca di pouch bedaknya “Masih cantik elahh Ray, ayokk buru” seret Gio -- Sesampai di rumah, Arya dikejutkan dengan keadaan rumah yang telah ramai dengan orang berseragam putih dan mengangkut barang-barang dari dalam rumahnya. Wajah polosnya seolah bertanya. Segera langkahnya memasuki rumah. Saat melihat mamahnya yang sedang berdiri di depan telepon rumah, segera ia hampiri dan menarik daster mamahnya pelan, meminta perhatian “Mah, kok barang-barang rumah di bawa sama om-om itu” tanya Arya masih dengan menarik daster bagian bawah mamahnya Rita, sang mamah yang merasakan dasternya ada yang menarik, membuyarkan atensinya pada si penarik. Menoleh ke bawah dan menemukan putra bungsunya yang menarik dasternya dari bawah “Loh Ar, kok baru pulang kamu? Basah gini lagi, ayo segera mandi” perintahnya saat melihat baju basah putranya Seketika Arya memberengut kesal, pertanyaannya belum di jawab malah sang mamah menyuruhnya mandi. “Jawab dulu pertanyaan Arya, Mah” Sang mamah hanya tersenyum, berjongkok menyamakan tinggi sang anak “Kita mau pindah rumah Ar, papahmu pindah tugas. Nah, kakakmu udah beres-beres di kamar dan sekarang tugasmu mandi dulu terus bantu kakakmu ya” jawab Rita penuh pengertian Wajah polos Arya memancarkan kecewa. Pasalnya, Arya baru setahun tinggal di kompleks ini dan baru mempunyai teman beberapa bulan belakangan Kepalanya menunduk sedih Rita yang melihat perubahan mimik muka Arya, mengerutkan keningnya “Kenapa Ar?” tanya Rita sembari mengusap wajah putranya “Arya betah di sini Mah, ada Raya dan temen-temen yang lain” jawab Arya lirih Rita yang mendengar jawaban Arya hanya mengelus pelan rambut basah Arya. Ia paham apa yang ditakutkan anaknya. Hal ini sering terjadi, namun baru kali ini ia enggan untuk di ajak pindah dan menyatakan langsung keengganannya itu. “Kan masih ada kakak, Ar” jawab suara dari arah tangga Seketika Arya menoleh dan mendapati kakaknya turun dari lantai dua, dan menghampirinya “Nanti kalau sudah pindah dan Arya kangen temen-temen di sini, kakak antarkan kesini ya” tawar sang kakak Sontak binar ceria di wajah Arya kembali, mengharapkan hal yang di katakan Kakaknya “Bener ya kak?” tatap Arya kepada Kakakny adengan bingar harapan Sang kakak hanya mengangguk dan tersenyum, “Iya, udah sekarang ikut kakak mandi yuk. Kamu basah gini nanti masuk angin loh” ajak sang kakak -- Di saat tengah siaran langsung, Raya dan Gio juga beberapa kru lapangan lainnya. Dengan Raya yang melaporkan kejadian yang terjadi di depan sebuah garis kuning polisi yang terbentang Namun, Raya merasa ini liputan langsung dan area untuk siaran langsung kurang memuaskan dirinya. Dia berinisiatif untuk masuk ke area agar latar siaran beritanya semakin bagus “Ray, mau kemana?” Tanya Gio saat melihat Raya mencoba melewati palangan juga garis polisi “Ayo lebih dekat Bang, biar makin bagus liputannya” ajak Raya nekat “Udah sampai sini aja, tuh banyak palangan Ray. Pak Abi nyuruhnya kita ngliput bentar habis gini udah ada yang ngegantiin, suruh balik ini” ucap Gio yang panik melihat aksi Raya “Bentaran ini, ayo dikit lagi Bang. Masuk dikit lagi gak apa-apa” eyel Raya tanpa mengindahkan ucapan Gio Gio yang sudah berada di depan palangan polisi hanya menghela napas pelan. Menatap punggung Raya yang memasuki area darurat diikuti beberapa kru yang sudah ikut masuk membuntuti Raya “Kepala batu emang loe Ray” gerutu Gio Sampai di depan gedung dan melewati palangan, akhirnya Gio ikut masuk “Udah sampai sini aja, buru siaran ayo mumpung belum di usir ini” saran Gio dengan was-was Saat tengah memulai siaran langsungnya, Raya dan tim dikejutkan dengan suara berat dari balik punggung Raya “Sedang apa disini?” Seketika tubuh Raya menegang, menoleh perlahan dan seketika menghembuskan nafas perlahan setelah tahu yang mengagetkannya adalah seorang polisi “Eh pak polisi, ” cengir Raya Gio yang melihat mereka sudah didatangi polisi hanya komat-kamit dan segera menghampiri Raya juga polisi tersebut “Sedang apa ini? Kan sudah ada palangan sebagai batas aman. Tahu kan di sini masih ada baku tembak?” cerca sang polisi “Loh pak, kami di sini hanya sebentar dan memang sedang meliput. Sebentar ini pak” elak Raya tidak mau kalah “Salah masih ngeyel Anda. Segera keluar sana!!” perintahnya tegas dengan tekanan di tiap katanya “Alah nanggung pak ini” kata Raya sambil lalu “Segera keluar dari area ini atau saya lumpuhkan Anda” todong pak polisi Raya tak mengindahkan larangan sang polisi, matanya memutar malas dan hendak melangkah saat suara desingan peluru mengarah padanya. DORRRR “AWAS RAY” teriak Gio bersamaan dengan kru lain yang terkesip melihat sebuah peluru melesat menuju mereka Hening beberapa saat Raya merasa ada yang tengah memeluknya, kontan kelopak mata Raya membuka perlahan dan terlihat polisi yang tadi tengah beradu mulut dengannya, menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk dirinya. Mata Raya membelalak melihat darah bersarang dipunggung orang yang memeluknya “Astaga!!” pekik Raya kaget . . . Holaaa Masa revisi yaa Tetap nikmati ceritanya Jangan lupa tap love dan follow akun ku Bedankt :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD