Bagian Tiga

2353 Words
Arne menatap dirinya di depan cermin. Dia menghela napas panjang. Dia sangat takut untuk melangkah keluar dari istana nya ini. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Semua anggota kerajaan sudah menunggu nya di ruangan khusus anggota kerajaan. Arne berusaha untuk meyakinkan dirinya. Jika tidak akan ada yang terjadi kepadanya nantinya. Dia mencoba untuk tersenyum. Dan menghela napas panjang. Arne pun berjalan keluar dari kamarnya. Dia mendapati beberapa pelayan yang sudah membawa beberapa tas. Tas itu lah yang berisi kan beberapa pakaiannya yang akan dia pakai nanti. Tas itu tidak terlalu banyak. Hanya ada dua tas. Dan itu hanya berisikan tiga baju nya. Dia memang tidak berencana untuk berlama-lama di kerjaan Syden. Niatnya setelah mengantar hadiah itu dia akan langsung kembali ke Cayson. "Ayo kita ke Balai Istana." Perintah Arne. Para pelayan pun mematuhi ucapan Arne. Mereka semua berjalan menuju Balai Utama kerajaan. Balai itu merupakan Balai khusus untuk anggota kerajaan. Tidak beberapa lama kemudian mereka sampai di depan balai utama. Arne mencoba untuk menenangkan perasaan gugup nya. Dia melangkahkan kaki nya ke dalam Balai dan mulai berjalan menuju tempat semua anggota kerajaan berkumpul. Arne dapat melihat Ayahnya sudah duduk di ujung balai. Tepat di depannya. Setelah sampai, Arne menundukkan kepalanya. Memberi hormat kepada sang Raja. "Kau sudah siap, Putri ku?" Tanya sang Raja. Arne menganggukkan kepalanya. "Sudah ayah. Aku sudah siap." Balasnya. Senyuman tipis dia berikan kepada sang Ayah. "Kau sangat cantik. Kerajaan Syden pasti akan tersihir oleh kecantikan mu." Puji Raja kepada Arne. Arne yang mendengar itu hanya bisa tersenyum. "Ayah.. aku akan melakukan perintah mu ini. Tapi aku mempunyai satu syarat. Dan kau harus memenuhi persyaratan ini ayah." Ucap Arne. "Apa yang kau katakan Putri? Kau mengajukan syarat kepada Raja?" Ratu langsung berkata dengan suara lantangnya. Arne yang melihat itu diam. Raja mengangkat tangannya. Mengisyaratkan Ratu untuk diam. Ratu yang melihat itu langsung diam dan menenangkan dirinya. "Baik. Apa persyaratan mu?" Tanya Raja kepada Arne. Arne yang mendengar itu tersenyum tipis. "Aku mau.. setelah aku mengantarkan hadiah ke kerajaan Syden dan aku kembali lagi ke sini, aku tidak mau lagi ada hubungannya dengan kerjaan itu. Jangan melibatkan ku lagi. Aku tidak mau ada hubungan lagi dengan Syden. Hanya itu persyaratan ku." "Baik. Aku terima." Ucap Raja. "Aku akan memegang ucapan mu, Ayah." Arne tersenyum. Setidaknya dia sedikit merasa aman. Dia tidak akan lagi merasa cemas akan semua hal yang terjadi nantinya. Karena sekarang ayahnya sudah berjanji kepadanya. "Kalau begitu aku akan pergi. Aku akan pulang secepat mungkin." Ucap Arne. Dia pun memberi hormat kepada Raja yang ada di depannya. Setelah itu dia berjalan menuju lapangan kerajaan. --- Setelah sampai di lapangan kerajaan Arne dapat melihat Areez dan Arthur sudah berada di sana. Dan juga Sargon. Untuk perjalanan kali ini, Arne sedikit merasa tenang. Setidaknya ada Sargon yang akan menjaganya nanti. Karena dia percaya Sargon akan menjaganya dengan baik. Arne berjalan mendekat ke arah Areez dan Arthur. "Kakak!" Panggilnya. Areez dan Arthur pun menoleh dan tersenyum melihat Arne. "Kau sudah siap untuk berangkat?" Tanya Areez kepada Arne. "Tentu saja. Aku akan pulang secepatnya. Setalah mengantarkan hadiah itu, aku akan langsung pulang. Ibu bilang aku tidak boleh bertemu dengan Putra mahkota Darian. Jadi aku akan langsung pulang dan menikmati waktu ku di sini." Tutur Arne. Areez yang mendengar itu tersenyum. Tangan kanannya mengarah ke arah kepala Arne. Areez mengelus lembut rambut Arne. Arne yang menerima perlakuan seperti itu sedikit terkejut. Dia sangat ingin menjauhkan tangan Areez dari rambutnya, tapi ketika dia melihat senyum Arthur, dia tidak jadi melakukannya. Arne hanya diam dan tersenyum tipis kepada Areez. "Aku akan menunggu mu, Arne." Ucap Areez lembut. Arne hanya bisa tersenyum tipis. Setelah itu dia menatap ke arah Arthur. Tetapi Arthur tidak mengatakan apapun. Melihat itu Aren menatap kesal Arthur. "Kau tidak akan mengatakan apapun kepada ku?" Tanya nya kepada Arthur. "Tidak. Aku tidak terlalu menunggu mu pulang." Balas Arthur. Arne yang mendengar itu semakin kesal kepada Arthur. "Kakak seperti apa kau ini?!" Arthur yang mendengar itu tertawa. Detik berikutnya dia memegang tangan Arne dan membawanya ke depannya. "Sudah lha.. sudah waktunya kau pergi. Sargon! Kau harus menjaga adik ku yang paling aku sayangi ini." Ucap Arthur kepada Sargon. Sargon pun dengan sigap menundukkan kepalanya. "Baik pangeran. Akan saya lakukan." Arne tersenyum tipis melihat itu. "Kalau begitu aku pergi dulu. Aku pamit kak." Arne pun menunduk kan dirinya kepada kedua kakaknya. Setelah itu dia berjalan menuju kereta kudanya. Setelah semuanya sudah siap, Arne menghela napas panjang. "Jalan!" Perintah nya. Setelah itu kereta kuda itu berjalan. Diikuti beberapa pengawal yang berjalan di depan. --- "Sally apa kau bawa kue kesukaan ku?" Tanya Arne kepada Sally. Sally yang mendengar itu langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Arne pun ikut tersenyum. Detik berikutnya Sally mengeluarkan kota kue dan membukanya. Terdapat beberapa jenis kue kesukaan Arne. Arne yang melihat itu langsung tersenyum dan mengambil satu kue dari kota tersebut. Dengan lahap dia memakan kue tersebut. "Kau sangat pintar sekali Sally. Di perjalanan seperti ini, memang seharusnya ada cemilan yang menemani." Tutur Arne. Dia masih melanjutkan memakan kuenya. Setelah kuenya yang dia makan habis, Arne kembali mengambil kue dari dalam kotak itu. Tapi kali ini, dia mengambil dua kue. Dia memegang kue tersebut di tangan kiri dan kanan tangannya. Bahkan Arne tidak menyadari jika kereta kuda meluknya sudah berhenti berjalan. Dia masih asik memakan kue kesukaan dirinya itu. Hingga Sargon datang dan membuka pintu kecil dari tempat Arne berada. Arne langsung terkejut melihat kedatangan Sargon. Kulitnya yang masih penuh dengan makanan dan juga kedua tangannya yang memegang makanan itu, langsung dia letakkan di dalam kota kue tadi. Dia pun langsung mengunyah pelan kue yang ada di mulutnya. "Maaf kan aku Putri. Aku hanya mau memberi tahu jika kita bisa istirahat terlebih dahulu. Ada pemandangan yang indah di luar. " Ucap Sargon. Arne pun menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Kita harus istirahat." Ucapnya. Dia pun turun dibantu oleh Sargon. Angin menyambut Arne ketika ia turun. Semilir angin membuat rambut Arne sedikit berantakan. Arne pun mulai berjalan menuju sungai yang ada di depannya. Air sungai yang jernih itu membius Arne untuk mendekat kepadanya. Setelah sampai di pinggir sungai tersebut Arne melepaskan sepatunya dan merendamkan kedua kaki nya di dalam air tersebut. Dia sangat menikmati dinginnya air yang megenai kaki nya. Tidak beberapa lama, Sargon datang menghampiri Arne. "Putri apa yang kau lakukan disini? Kau bisa sakit jika seperti itu." Ucap Sargon kepada Arne. Arne pun menoleh ke arah Sargon. Dia tersenyum tipis. Detik berikutnya dia menepuk tempat kosong di sebelahnya. Menyuruh Sargon untuk duduk di sampingnya. Sargon pun menurut. Dia duduk di samping Arne. "Lepaskan sepatu mu. Kau akan merasakan betapa enaknya seperti ini. Ayo cepat." Perintah Arne. Sargon pun menuruti perintah Arne. Dia membuka sepatu nya dan meletakkan kakinya di sungai tersebut. "Bagaimana? Enak kan? Aku sudah bilang kepada mu. Sungai di sini lebih dingin daripada sungai di Kerajaan." Ucap Arne sambil tersenyum. Pandangan Arne menyusuri keadaan sekitar. Dan seketika pandangannya terpaku kepada satu pohon kesukaannya. "Sargon kau lihat pohon itu?" Tunjuk Arne kepada Sargon. Sargon pun langsung melihat ke arah yang Arne tunjuk. "Aku dapat melihatnya Putri. Buah nya sudah banyak yang matang. Itu kelihatan sangat enak." "Benar kan? Itu kelihatan sangat enak. Ayo kita ambil!" Tutur Arne. "Ambil? Tapi bagaimana jika pohon itu ada yang punya?" "Kau ini. Kau tidak lihat pengawal yang lain? Mereka kelihatan sangat lelah. Mereka memerlukan buah yang segar. Apa kau masih memikirkan hal itu? Lagian ini di lingkungan yang luas. Mana mungkin ada yang memiliki itu. Sudah ayo cepak kita ambil!" Tutur Arne. Arne pun mulai mengeluarkan kakinya dari air sungai. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sally yang sedang berdiri di belakangnya. "Sally kau membawa sapu tangan kan?" Tanya nya. Sally yang mengerti maksud Arne pun langsung berjalan mendekati Arne dan mengeluarkan sapu tangan milik nya. Dia berjongkok di depan Arne dan mengelap kaki Arne. Setelah tidak basah lagi, Arne pun memaki sepatunya. Sargon melihat itu juga langsung memakai sepatu miliknya. Setelah selesai mereka berdua berjalan menuju pohon yang banyak buah tersebut. "Wah.. banyak sekali buahnya. Sally apa kau ingin memakannya?" Tanya Arne kepada Sally yang ada di belakang nya. "Tentu saja Putri. Buahnya kelihatan sangat segar." Jawab Sally. "Cepat lah Sargon. Ambil semuanya. Perjalan kita masih panjang. Sally kau ambil kain atau tempat untuk memasukkan buah ini." Perintah Arne. "Baik Putri." Sally pun berjalan menuju kereta kuda mereka.dan mencari tempat untuk memasukkan buah-buah tersebut. Dia menemukan sebuah kotak yang cukup besar. Sally pun mengambil kotak tersebut dan kembali menuju Arne dan Sargon. "Iya sebelah situ." Ucap Arne. Sargon telah berada di atas pohon dan sedang memetik beberapa buah. Sedangkan Arne dia hanya menunjuk buah mana yang akan di petik dengan semangat. -- Arne sedari tadi hanya diam. Setelah mereka menitik buah tadi, dan melanjutkan perjalanan, Arne hanya diam saja. Perjalanan semakin dekat ke kerajaan Syden. Dia sangat takut memasuki kerajaan Syden. Perasaan khawatir selalu ada di pikirannya. Sally yang menyadari itu pun hanya bisa diam. Dia tidak berani untuk berbicara kepada Putri Arne. Karena dia tau jika dia mengajak bicara Arne akan mungkin saja Arne akan semakin banyak pikiran dan semakin khawatir. Dia tidak mau itu terjadi. Jadi sedari tadi Sally hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. "Sally.. apakah kita sudah dekat dengan kerajaan Syden?" Tanya Arne kepada Sally. Sally pun langsung mengintip ke dari jendela. "Sepertinya kita masih jauh Putri. Dan juga ini mulai semakin gelap. Aku rasa kita harus beristirahat terlebih dahulu." Jawab Sally. "Benarkah?" Arne pun langsung mengintip ke luar dari jendela. "Kau benar Sally. Tapi aku rasa jika kita harus berhenti Sargon pasti akan memberitahu ku. Mungkin belum waktunya untuk berhenti. Kita tunggu saja. " Ucap Arne. "Putri.. maaf apabila aku lancang. Tapi kenapa anda terlihat sangat khawatir?" Tanya Sally dengan hati-hati. "Aku sangat khawatir jika aku bertemu dengan Putra mahkota kerajaan Syden. Ibu berkata padaku untuk tidak bertemu dengannya. Tapi bagaimana pun perasaan ini tidak bisa aku bohongi. Aku sangat cemas. Bagaimana jika kami bertemu." Tutur Arne. Mendengar perkataan Arne Sally tersenyum tipis. "Seharunya anda tidak perlu menghawatirkan itu Putri. Bukankah itu bagus? Jika kalian bertemu. Mungkin dia akan menyukai mu. Dan anda akan menjadi istri nya. Anda akan menjadi seorang Ratu." Ucap Sally. Arne hanya diam. Dia tidak menjawab ataupun menyela perkataan Sally. Pikiran Arne terus terpaku dengan kata Ratu. Apa yang akan terjadi jika dirinya menjadi seorang Ratu? Apakah dia akan membebaskan ibunya dari Kerajaan Cayson. Arne yang masih berpikir tentang semua itu, sedikit terkejut ketika mendengar seseorang mengetuk pintu kereta kudanya. Sally pun langsung membuka pintu kereta tersebut dan mendapati Sargon yang berada di depan pintu. "Maaf Putri aku tidak bermaksud menganggu. Hari sudah menjelang malam. Dan aku sudah menemukan tempat yang bagus untuk membangun tenda. Jika kau mengijinkan akan kami bangun sekarang." Tutur Sargon kepada Arne. "Baiklah. Kita perlu istirahat. Jadi kapan kita akan sampai di kerajaan Syden?" Tanya Arne kepada Sargon. "Jika kita melanjutkan perjalanan di pagi hari, kemungkinan kita akan sampai siang hari Putri." Jawab Sargon. Arne menganggukkan kepalanya. Tanda mengerti. "Baiklah. Siapkan tendanya." "Baik Putri." Setelah itu Sargon memerintahkan kepada pengawal lainnya untuk membangun sebuah tenda. Arne pun turun dari kereta dan berjalan menikmati pemandangan diikuti oleh Sally di belakangnya. Arne berjalan menuju ke pohon terdekat. Dia hanya berdiri dan memandangi hamparan rumput. Tidak beberapa lama kemudian, Sargon datang mendekat ke arah Arne. Dia menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Arne. "Maaf Putri.. tenda nya sudah siap. Lebih baik Putri pergi untuk istirahat." Ucap Sargon. "Sally bereskan barang-barang ku. Kau bisa istirahat duluan. Aku akan menyusul." Perintah Arne kepada Sally. "Baik Putri." Jawab Sally. Sally pun berjalan menjauh dari Arne. Dia berjalan menuju ke arah tenda. "Kau lebih baik juga masuk Putri." Ujar Sargon. Arne menoleh sebentar ke arah Sargon. Detik berikutnya dia kembali menatap ke arah hamparan rumput. "Kalau kau mau istirahat, pergilah. Aku masih ingin berada disini." Tutur Arne. Sargon menghela napas panjang. Detik berikutnya dia duduk di atas rumput tepat di samping Arne. "Kalau begitu aku juga tidak akan istirahat. Aku akan menemani mu Putri. Kau bebas menikmati waktu mu. Aku tidak akan mengganggu." Ucap Sargon. Arne tersenyum tipis mendengar perkataan Sargon. "Aku sangat ingin hidup sebagai petani atau apapun itu kecuali menjadi seorang Putri." "Bukankah menjadi seorang Putri sangat baik? Banyak orang di luar sana yang ingin menjadi sama seperti mu Putri. Tapi kau malah sebaliknya." Tutur Sargon. Mendengar itu Arne tersenyum miring. "Menurut ku menjadi seorang Putri adalah kutukan. Ku rasa aku melakukan kesalahan di kehidupan sebelum ku. Makannya aku dikutuk menjadi seorang Putri." "Putri.. bagaimana mu--" Arne langsung memotong ucapan Sargon. "Kau tau Sargon, semua kehidupan sudah di atur oleh mereka. Aku sangat yakin jika mereka sedang memikirkan satu hal lagi." "Satu hal?" "Iya. Dengan siapa aku akan menikah. Mereka pasti akan menentukannya. Aku tidak mau itu terjadi. Tapi sekali lagi, aku hanyalah seorang Putri. Aku tidak mempunyai kuasa apapun untuk melawan. Terlebih lagi aku lahir dari seorang selir. Aku tidak tau jika itu salah satu kesalahan juga." "Tidak ada yang salah menjadi anak seorang selir, Putri." "Itu menurut mu. Kau tau kenapa Arthur sangat membenci ibu? Itu karena dia lahir dari rahim seorang selir. Dia selalu saja mengatakan itu kepada ku. Dia juga selalu bilang jika hidupnya di istana hanyalah karena kasihan dari Ratu. Dan aku selalu memikirkan semua itu. Dia selalu bilang kepadaku. Aku harus menjadi seorang Ratu. Sehingga aku bisa menyelamatkan nya dan ibu. Hanya dengan cara itu." "Tapi kau tau Sargon, aku tidak mau menjadi seorang Ratu. Kerjaan sangat berat untukku. Aku hanya mau menjadi rakyat biasa dan menikmati hidup ku. Tidak lebih. Tapi ku rasa itu tidak akan terjadi. Aku akan tetap menjadi seperti ini." Sargon langsung berdiri dari duduk nya. Dia menatap ke arah Arne. Dan detik berikutnya dia langsung memeluk Arne. Arne yang menerima perlakuan tersebut sedikit terkejut. Tapi detik berikutnya dia membalas pelukan Sargon. Arne merasa sangat nyaman berada di dalam pelukan Sargon. "Pasti semua ini sangat berat bagi mu Putri. Aku dapat memahaminya. Tapi kau hanya bisa bersabar. Jika kau sudah tidak tahan dengan semuanya, ceritakan kepada ku. Aku siap mendengar semua keluh kesah mu. Datanglah kepada ku kapan pun kau mau Putri." Arne melepaskan pelukan tersebut. Dia menatap Sargon dalam. "Benarkah itu? Aku bisa kapan saja menemui mu?" Tanya Arne memastikan. "Tentu saja." ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD