bc

Menjelang Senja

book_age16+
102
FOLLOW
1K
READ
mystery
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Sebuah mitos di sebuah Desa bernama Tanjung Sepuh, membuat para warga setempat tak berani keluar ketika senja menjelang, karena konon katanya jika ada yang keluar saat menjelang senja, maka akan bertemu dengan sosok gadis yang di sebut sebut sebagai hantu menjelang senja, semua warga percaya jika melihat sosok itu maka akan mendapatkan teror dari mahluk tak kasat mata.

Saka yang merupakan warga baru yang pindah dari kota, tak tahu menahu mengenai itu, hingga ia sendiri yang mengalami teror demi teror, yang menuntun rasa penasarannya.

Mampukah Saka menguak misteri gadis menjelang senja?

chap-preview
Free preview
kepergian Arsenal Wilson
Banyak orang-orang berdatangan menggunakan pakaian serba hitam memasuki rumah besar kediaman Wilson, Saka yang baru saja pulang dari sekolah merasa heran melihat banyak orang di rumahnya. "Lah kenapa banyak orang? Ada acara apa? Mamah, Papah kok gak bilang?" Monolog Saka ketika turun dari motor besarnya. Saka berjalan dari bagasi menuju pintu utama, suara tangisan terdengar di telinganya, suara mamah nya yang meraung-raung semakin terdengar nyaring, firasat Saka mulai tidak enak, mata Saka menangkap sekelebat bendera putih terpasang di depan rumah. "Papah!" Saka langsung berlari memasuki rumahnya, dan benar firasatnya tadi, kini papahnya terbaring dengan kain batik yang menutupi seluruh tubuhnya, di samping ada mamah yang menangis sambil memeluk papahnya yang sudah tak bernafas. Nafas Saka tercekat melihat pemandangan di hadapannya ini, perlahan Saka menghampiri mamahnya. Greb. "Mah hiks..Papah kenapa Mah? Hikss." Ucap Saka setelah memeluk sang mamah, mamah Saka semakin menjadi tangisnya setelah di peluk oleh Saka, orang yang menyaksikan itu sangat merasa sedih. "Pah hiks ken-kenapa Pah hiks bangun Pah, jangan tinggalkan kami hiks~" Saka mencoba menenangkan sang mamah yang masih menangis meraung sambil berbicara. "Mah udah ya, kita biarkan Papah beristirahat dengan tenang ya? Kasian Papah Mah," ucap Saka lembut. "Enggak Saka, Papah kamu masih ada, dia cuma tidur, dia pasti kecapekan aja cari uang, nanti dia bangun kok Saka." Saka merasa teriris mendengar ucapan pilu dari mamahnya, begitu pun dengan orang-orang yang menyaksikan mereka. Setelah di rasa sang mamah sudah lebih baik, proses pemakaman di lanjutkan sampai selesai, kini papahnya sudah di kebumikan, mamah sejak tadi hanya diam seperti tak bernyawa, tatapan matanya kosong. Saka dan keluarganya membawa mamah pulang ke rumah, para pelayat yang lain pun sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Kini mereka telah sampai di kediaman Wilson, mamah Saka masih sama, para keluarga pun kebingungan, alhasil mereka membiarkan saja dulu, mungkin dia masih shock, begitu perkiraan keluarga. Satu Minggu sudah setelah kepergian Arsenal Wilson papahnya Saka, keadaan mamahnya bukannya membaik, kini malah makin buruk, keluarga-keluarga mereka pun sudah pulang ke kediaman masing-masing. Saka baru tau ternyata papahnya meninggal karena kecelakaan tunggal ketika hendak pulang ke rumah. Saka mengerti pasti papahnya itu banyak pikiran karena perusahaannya mengalami penurunan. Sekarang hanya ada Saka dan mamahnya serta pembantu nya di rumah besar itu, kehidupan Saka yang sebelum papahnya meninggal telah mengalami kesulitan kini semakin sulit, Saka pun bertekad untuk menggantikan posisi papahnya di kantor. "Mah Saka pamit ke sekolah dulu ya?" Pamit Saka pada mamahnya yang duduk di sofa dengan tatapan kosongnya. Saka mengambil tangan mamahnya lalu menciumnya. "Saka berangkat Mah, Assalamualaikum." Tak ada sahutan dari sang mamah. Saka tersenyum miris melihat kehidupannya yang begitu miris saat ini, tak pernah terbayangkan akan hidup seperti ini, kehidupan yang dulunya bahagia, serba berkecukupan bahkan berlimpah harta kini menjadi sebaliknya. Bahkan sekarang rumah besar itu kosong melompong, karena hampir semua perabotan rumah telah di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saka telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju kelas. "Saka," panggil gadis cantik berambut panjang, Saka menoleh ke sumber suara, "Kenapa Sye?" Tanya Saka pada gadis cantik bernama Syelin itu. Syelin tersenyum manis. "Nggak, emm itu, cuma mau barengan ke kelas doang," ucap Syelin malu-malu. Saka mengulum senyumnya melihat tingkah gadis itu yang begitu sangat imut di matanya. "Iya Yuk! " ajak Saka. Syelin dan Saka merupakan teman sekelas, Syelin sejak kelas satu memang telah menyukai Saka, namun Saka tak pernah menyadarinya, Syelin sendiri pun tak pernah mengungkapkan perasaannya. Hari demi hari berlalu Saka sudah duduk di kursi perusahaan menggantikan posisi sang papah, ia selalu pergi ke kantor setelah pulang dari sekolah, ia bersyukur papahnya dulu pernah mengajarinya berbisnis, yang berguna untuk saat ini, bermodalkan tekad dan ilmu seadanya ia berusaha mengembangkan perusahaan yang mengalami penurunan. "Tuan Saka," panggil pak Dedi seketaris papahnya di kantor. "Om Dedi kan saya sudah bilang, panggil saya Saka saja," ucap Saka yang risih dengan panggilan untuk dirinya. Dedi tertawa mendengar ucapan Saka. "Iya iya Saka, Om cuma bercanda kok." "Oh iya Saka, Alhamdulillah, perusahaan kita mengalami perkembangan." Saka tersenyum senang mendengarnya. "Alhamdulillah Om Dedi, kedepannya kita harus lebih keras lagi, agar perusahaan ini bisa stabil kembali!" "Iya Saka, Saka sekarang sudah jam sepuluh malam, sudah waktunya kita pulang, kamu juga harus istirahat untuk esok harinya, karena harus sekolah." Ucap pak Dedi sopan, Saka mengangguk mengiyakan. "Iya Om, mari kita pulang." Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Begitulah kegiatan Saka hari-hari, Saka dan Om Dedi setiap hari harus bekerja lembur, kerana jika mengikuti jam profesional kerja tidak akan cukup, Saka pulang sekolah jam tiga sore sedangkan jam pulang kantor jam lima sore. Jadi Saka harus lembur di temani oleh sekretaris sekaligus sahabat papahnya itu. * * * "Assalamualaikum Mah," ucap saka setelah masuk kerumahnya dan melihat mamahnya yang masih duduk di sofa ruang tamu di jam yang cukup larut. Tak ada sahutan dari sang mamah, "Mamah kok belum tidur Mah? Udah malam, ayok tidur Mah," ajak Saka seraya menuntun mamahnya menuju kamar, awalnya mamah sempat memberontak namun akhirnya menurut. Sesampainya di kamar Saka membaringkan mamahnya di ranjang king size milik kedua orangtuanya, Saka tersenyum miris melihat kondisi mamahnya yang semakin memburuk, ia tak tega sebenarnya meninggalkan mamahnya berhari-hari di rumah sendiri, namun ia tak ada pilihan lain, untung saja ada bi Atik yang merawat dan menjaga mamahnya ketika Saka tak di rumah, bi Atik merupakan salah satu pembantu di rumah Saka, bi Atik sangat setia, ia tidak memutuskan berhenti bekerja seperti pembantu yang lain setelah mengetahui keluarga Wilson mengalami kebangkrutan, ia tetap berada di rumah itu walaupun gajinya di potong. Hari telah berganti hari, perusahaan semakin membaik, perusahaan yang mengalami penurunan kini mulai mekar kembali, hari ini merupakan hari kelulusannya di SMA Tanjung Harapan Bangsa. Hari ini merupakan hari menyedihkan buat Saka, di hari kelulusannya ia tak di dampingi oleh orang tuanya, sedangkan murid lain di dampingi orang tua mereka masing-masing. Dengan senyum kepedihan ia menatap semua temannya yang bersama dengan orang tuanya. "Andai Papah masih ada, dan Mamah gak seperti sekarang ini, mungkin ini menjadi hari terbahagia ku, tapi nyatanya sekarang, ini hari buruk bagi ku, harus berada di antara kebahagiaan mereka dengan luka begitu dalam di hatiku." Monolog lelaki berparas tampan itu. Puk. Satu tepukan di bahu Saka membuatnya menengok.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook