BAB 4

1429 Words
Sepasang pria dan wanita berjalan memasuki ballroom hotel tempat berlangsungnya acara Reuni SMA Pelita Buana. Mereka tampak serasi mengenakan pakaian dan gaun dengan warna senada. Tangan sang wanita menggandeng mesra lengan sang pria yang berjalan di sebelahnya. Mereka menghentikan langkah ketika melihat dua orang wanita yang mereka kenal. "Tasya. Amel," panggil sang wanita. Tasya dan Amel yang mendengar nama mereka dipanggil menoleh. "Hai, Lang, Fan," sapa Amel, tersenyum menatap sepasang pria dan wanita yang memanggil namanya tadi. Tasya tersenyum tipis memandang dua orang di hadapannya. Galang dan Fani. Sepasang pria dan wanita yang pernah mengkhianati Tasya di masa SMA dulu. Mantan kekasih dan mantan sahabat yang selama ini dihindari olehnya. Walaupun Tasya telah memaafkan perbuatan keduanya, tapi dia belum bisa melupakan kejadian yang menggemparkan seluruh siswa SMA Pelita Buana. "Hai, Mel," ucap Fani, balas tersenyum. "Hai, Sya. Baru kali ini gue lihat elo datang ke acara Reuni SMA kita," ujarnya beralih memandang Tasya. "Ya. Tahun ini gue ingin datang dan menyaksikan acara Reuni SMA kita," ujar Tasya, beralasan. Dia tidak mungkin memberi tahu mereka alasan sebenarnya datang ke acara Reuni SMA ini karena paksaan Amel. "Baguslah kalau begitu. Sesekali lo harus datang dan menyapa teman-teman lama lo, Sya," kata Fani, menimpali. "Iya. Lo benar, Fan. Sudah lama gue nggak menyapa kalian semua," ujar Tasya, mengangguk setuju. "Lo datang sendiri, Sya? Mana pasangan lo?" tanya Fani, memandang ke sekitar mereka. Tasya terdiam mendapat pertanyaan seperti itu. "Lo udah punya pacar, kan, Sya? Atau gosip yang beredar itu benar kalau elo belum move on dari Galang?" tanya Fani, memicingkan sebelah mata. Tasya merapatkan bibir menahan kesal. Rasanya dia ingin berteriak kalau gosip itu tidak benar sama sekali. Tasya sudah lama move on dari Galang. Selama ini dia belum memiliki pacar karena masih trauma akan pengkhianatan yang dilakukan Galang dan Fani dulu. Namun, Tasya yakin tidak akan ada orang yang percaya jika dia mengatakan hal ini. "Sayang, jangan bicara seperti itu. Hubungan kami sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu, tentu saja Tasya sudah move on dari aku," bela Galang, yang sejak tadi hanya diam mendengar percakapan Tasya dan Fani. Tasya menaikkan alis mendengar pembelaan Galang, sementara Fani memasang ekspresi wajah tidak suka. Semenjak hubungan Tasya dan Galang berakhir karena pengkhianatannya dengan Fani, baru kali ini Tasya mendengar Galang membelanya. Apalagi di hadapan sang kekasih. "Galang benar, Fan. Mana mungkin Tasya belum move on dari dia?" kata Amel, menimpali. "Banyak laki-laki yang lebih tampan dari Galang yang bisa Tasya dapatkan. Iya, kan, Sya?" tambahnya memandang Tasya sambil mengedipkan mata. Tasya melotot ke arah Amel karena ucapannya yang melantur. "Benarkah? Apa itu artinya sekarang lo udah punya pacar, Sya?" tanya Fani, menatap Tasya dengan raut wajah penasaran. "Iya. Gue udah punya pacar, Fan," dusta Tasya, dengan nada kalimat yang dibuat semeyakinkan mungkin. "Lalu di mana pacar lo itu, Sya? Lo nggak mengajaknya datang ke acara ini?" tanya Fani lagi. "Yah .... Dia masih ada urusan, jadi belum bisa datang ke sini," dusta Tasya. Lagi. Dalam hati Tasya merutuki diri sendiri karena telah berbohong mengenai status dirinya yang sekarang telah memiliki pacar. Tasya tidak tahu harus menjawab apa lagi jika Fani meminta dia untuk mengenalkan sang kekasih kepada mereka. "Berarti dia akan datang ke sini dong? Kalau begitu nanti lo harus kenalin pacar lo sama kita, Sya," pinta Fani, tersenyum penuh arti. Tasya menelan ludah susah payah. Akhirnya dia termakan ucapannya sendiri. Saat ini Tasya tidak memiliki pacar dan tak ada laki-laki yang akan datang ke acara Reuni SMA ini untuk ia kenalkan sebagai sang kekasih. Kini Tasya bingung harus menjawab apa. Dia tidak bisa menarik ucapannya lagi. Fani akan semakin mengejek dan merendahkan dirinya jika ia ketahuan berbohong. "I-iya. Gue akan mengenalkannya kepada kalian jika dia datang ke sini," ujar Tasya, akhirnya. Tasya bisa beralasan kalau pacarnya tidak jadi datang ke acara Reuni SMA karena masih ada urusan yang harus diselesaikan jika Fani bertanya lagi. Dia tak peduli jika nanti Fani memandangnya dengan tatapan mata meremehkan karena setelah acara ini berakhir, Tasya tidak akan bertemu lagi dengan mantan sahabatnya ini. Tasya bertemu pandang dengan Galang. Setelah sepuluh tahun berlalu, baru kali ini dia bertemu lagi dengan Galang. Tasya harus mengakui ketampanan wajah Galang yang sejak dulu tidak memudar. Bahkan sekarang ketampanan Galang semakin bertambah seiring dengan pertambahan usianya. Dulu, Tasya sangat memuja ketampanan wajah Galang. Dia begitu bahagia ketika bisa dekat dengan salah satu laki-laki populer di SMA Pelita Buana. Dan ketika Galang menyatakan cinta kepada Tasya, tanpa pikir panjang dia langsung menerimanya. Selama Tasya berpacaran dengan Galang, mereka berdua jarang terlibat pertengkaran. Galang selalu memperlakukan Tasya dengan baik dan mereka sering pergi bersama. Tasya pikir hubungan mereka yang sudah terjalin selama satu tahun baik-baik saja. Namun ternyata, Galang mengkhianati Tasya dengan menjalin hubungan dengan Fani di belakangnya. Tasya sakit hati dan langsung memutuskan hubungan mereka tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Galang. oOo Hingar bingar musik memenuhi seluruh ballroom hotel ketika Damar tiba di sana. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan kedua sahabatnya. Sebelum memasuki hotel, Damar sudah menelepon Geri untuk menanyakan keberadaan mereka. Geri bilang mereka sudah di dalam ballroom hotel dan berkumpul bersama teman-teman lama mereka. Banyaknya orang yang berada di dalam ballroom hotel membuat Damar kesulitan untuk menemukan Alfin dan Geri. Dia mulai berjalan menerobos kerumunan orang sambil menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari kedua sahabatnya. "Damar." Panggilan dari seseorang menghentikan langkah Damar di tengah ruangan. Damar menoleh ke sebelah kanan di mana sumber suara itu berasal. Dia melihat Geri melambaikan tangan ke arahnya. Damar berjalan ke arah Geri yang sedang berkumpul bersama Alfin serta beberapa pria dan wanita. Dia mengenali beberapa orang itu sebagai teman-teman mereka saat bersekolah di SMA Pelita Buana. "Lo lama banget, Mar. Acara udah mulai sejak tadi," hardik Alfin, begitu Damar tiba di hadapan mereka. "Sorry, Fin. Jalanan macet," ujar Damar, memberi tahu alasan keterlambatannya. "Gue pikir tahun ini lo nggak akan datang lagi ke acara Reuni SMA kita, Mar," ucap salah seorang pria yang Damar ingat bernama Bayu. "Yah ... maunya begitu. Tapi dua orang di sebelah gue ini memberikan ancaman kalau gue sampai nggak datang ke acara Reuni SMA tahun ini," ungkap Damar, melirik kedua sahabatnya. Alfin dan Geri yang menyadari maksud ucapan Damar membelalakkan mata, terkejut. Mereka menatap Damar dengan sorot mata tak terima. "Apa? Bukankah itu kenyataannya?" ujar Damar, memandang Alfin dan Geri, bergantian. "Iya, karena elo nggak akan pernah mau datang ke acara ini kalau nggak diancam lebih dulu, Mar," kata Alfin, menimpali. Damar menarik bibirnya ke atas sebagai tanda tak suka. Dia menyadari yang diucapkan Alfin itu benar. Namun, Damar tak mau mengakui hal itu di depan teman-teman mereka. "Apa pun itu, gue senang melihat lo datang ke acara ini, Mar," kata seorang wanita yang berdiri tak jauh dari tempat Damar berdiri. "Thanks, Mir," ucap Damar, tersenyum tipis menatap Mira. "Lo datang sendiri malam ini, Mar?" tanya Bayu, menoleh ke arah belakang tubuh Damar. "Lo nggak bawa pacar lo, Mar?" tanyanya kemudian menatap Damar. Damar terdiam. Rasanya gengsi kalau dia harus menjawab datang sendiri ke acara Reuni SMA Pelita Buana. Damar pasti akan menjadi bahan ejekan teman-temannya karena dia tahu teman-teman yang datang ke sini membawa pasangan semua. "Alfin dan Geri jadi panitia acara malam hari ini, jadi gue tahu mereka nggak mungkin membawa pasangan masing-masing. Tapi elo yang hanya tamu undangan biasa, pasti membawa pasangan lo ke sini, kan?" tanya Bayu, menatap Damar dengan raut wajah penasaran. "I-iya. Gue bawa pasangan gue datang ke acara ini," ujar Damar, berdusta. Alfin dan Geri melotot mendengar perkataan Damar. Mereka tampak terkejut mendengar Damar membawa pasangan untuk datang ke Acara Reuni SMA ini. Alfin dan Geri jelas tahu kalau Damar belum memiliki pacar saat ini. "Yah .... Gue patah hati dong. Gue pikir lo masih sendiri, Mar," ujar salah seorang wanita di antara mereka. "Nggak usah lebay, Fer. Lo juga udah nggak sendiri. Ingat baby lo yang ada di rumah," kata Geri, menatap sang wanita yang bernama Fera. "Ya ampun, Ger .... Kenapa harus lo ingatkan, sih? Malam ini gue ingin menikmati kesendirian gue, selagi nggak ada suami dan anak gue," timpal Fera, merengut kesal. Semua orang di sekitar mereka tertawa mendengar perkataan Fera. "Jadi, Mar, lo nggak berniat mengenalkan pasangan lo kepada kita semua?" tanya Bayu, kembali ke topik pembicaraan. Sepertinya dia begitu penasaran dengan sosok wanita yang menjadi pasangan Damar malam ini. "Iya. Nanti gue kenalkan pada kalian semua," ujar Damar, akhirnya. Nanti dia akan mencari alasan supaya tidak perlu mengenalkan seorang wanita yang menjadi pasangannya kepada mereka semua. Alfin dan Geri saling berpandangan. Mereka menatap Damar dengan sorot mata penuh tanya. Namun, Damar hanya menggelengkan kepala sebagai isyarat agar kedua sahabatnya menutup mulut mereka. oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD