bc

Young Marriage

book_age16+
827
FOLLOW
8.0K
READ
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Gue pikir nikah sama lo adalah bencana terbesar yang tuhan berikan buat gue, ternyata gue salah. Lo, baik dulu ataupun sekarang, masih berhasil menjungkir balikkan dunia gue.

Copyright ©2014 Nabila Hanum

chap-preview
Free preview
Bagian Satu
Kira-kira ada dua puluhan soal lagi yang belum terjawab. Nabila melirik lembar jawaban matematikanya dengan frustasi, hanya tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel panjang yang menjadi akhir ujian melelahkan ini berbunyi. Menghela nafas pasrah, Nabila memperbaiki kuncir rambutnya, badannya dicondongkan ke depan, bibirnya bergerak-gerak memmbisikkan sesuatu. "Pssst, Manyun!" Pelan sekali, perempuan dengan potongan rambut bob serta kacamata tebal yang duduk di depan Nabila menoleh sambil memperbaiki kacamatanya yang melorot. "Apa?" "Pinjam lembar jawaban!" bisik Nabila sambil memantau keadaan sekitar. Cengiran yang timbul di bibirnya membuat perempuan lain meenggeleng geli.  Sebenarnya Nabila sedang cari mati. Jelas saja, guru yang mengawas ujian di ruangannya siang ini adalah si Kiler Gatot Kaca. Pak Gatot tidak segan-segan merobek lembar jawaban siswa saat ketahuan menyontek. Bahkan anak kepala sekolah sekalipun di garapnya saat ketahuan menyembunyikan kunci jawaban. Gendis, perempuan tadi celingak-celinguk, memastikan kondisi aman untuk mengoper lembar jawabannya ke arah Nabila. Dia tersenyum aneh sambil mendesah lega saat melihat Pak Gatot tengah fokus ke android-nya. Aman! Dengan jurus seribu bayangan, Gendis memberikan lembar jawabannya ke arah Nabila yang di sambut dengan suka cita oleh sahabatnya, Nabila seperti berkaca-kaca, Gendis menoyor kepalanya, mereka terkikik. "B,B,A,A,C,D,E,A,B...." Tangannya dengan cepat menyalin jawaban yang tertera di lembar jawaban Gendis ke lembar jawabannya yang kosong, sambil matanya sesekali memperhatikan cewek itu­­—yang sedang pura-pura mencari di buramnya. Nabila terkekeh, Gendis semakin meningkat perangainya. Dulu, sebelum bertemu dengannya Gendis adalah kutu buku, pendiam, dan sering di bully. Namun semenjak accident terkunci bareng dalam toilet mereka jadi dekat dan Gendis mulai menampakan aura yang sebenarnya. Sekarang ketimbang dipanggil dengan ‘Gendis’, dia lebih pantas di sebut sebagai Gendeng! I've creating a monster, batin Nabila. Gendis adalah salah satu sahabat, teman seperjuangan Nabila. Sebenarnya yang berjuang itu cuman Gendis doang dan Nabila tinggal nyalin aja. Tapi, walaupun begitu  Nabila tidak dapat dianggap tidak berguna, karena dialah sebenarnya yang paling berperan di dalam persahabatan mereka. Ibaratnya, Nabila ini adalah ketan pada Onde-onde. Pelengkap. Setelah memastikan semua bulatan di lembar jawabannya memiliki bulat hitam Nabila tersenyum sumringah. Ujian Pra-UN Matematika-nya kelar juga, tinggal satu mata pelajaran lagi. Bahasa Inggris. Madu. Bagian 'pengembalian' lembar jawaban ini lebih mudah dari 'pengoperannya'. Nabila hanya perlu menjatuhkan lembar jawaban Gendis, lalu berdehem dan mengatakan dengan suara sedikit keras kalau lembar jawaban perempuan itu terjatuh. Gendis, dengan sedikit bumbu 'sandiwara kagetnya' akan mengambil lembar jawabannya yang sebenarnya tidak pernah jatuh secara tidak sengaja itu. Lalu, mengucapkan terimakasih kepada Nabila, yang dibalas dengan cekikan kecil sambil menjulingkan mata. Pada akhirnya lembar jawaban sampai dengan selamat ke tangan Gendis. Nabila kembali melirik jam di pergelangan tangannya, masih adasisa waktu sekitar 5 menit lagi. Biasanya saat-saat seperti inilah dia akan mengalami kebosanan akut, karena tidak ada lagi yang bisa di lakukannya, mengerjakan soal pun tidak akan berpengaruh banyak, karena dia benar-benar tidak mengerti. Perhatian Nabila teralihkan kepada seseorang yang duduk di sudut kelas. Cowok itu terfokus kepada lembar jawabannya, berbeda dengan Nabila yang memilih untuk melakukan aktifitas lain-selain lembar jawaban didepannya. Cowok manis dengan mata sipit seperti bulan sabit saat tertawa itu selalu sukses membuat jantung Nabila dangdutan. Membuat dia sesak seperti kehabisan pasokan oksigen. Apalagi saat ini, keningnya berkerut seperti memikirkan sesuatu, dia semakin menarik di mata Nabila. Ahh, itu pasti soal nomor 32, atau 25 atau 7 atau 34, 36, 37, 38, 40, 28, 27, 5, 3, Bah! Batin Nabila kelonjotan sendiri. Walaupun sudah hampir minggu putus dari Garal, Nabila masih belum bisa melupakan Jerapah-nya. Cowok jakung, tiang listrik, tinggi menjulang kesayangannya itu selalu mengisi benak Nabila. Wajar saja, dua setengah tahun bersama, dan mereka harus putus karena Nabila beralasan ingin menjadi lebih baik untuk Garal, membuat Nabila ataupun Garal uring-uringan selama satu minggu ini. Walaupun Garal lebih kalem dibandingkan Nabila yang kayak kena korban angin p****g beliung-di hari pertama mereka putus. Mungkin alasan mengapa mereka putus terdengar Absurd. Garal memang termasuk cowok berprestasi di sekolah. Namanya selalu berada di urutan teratas saat pengumuman sekolah. Beasiswa berebut menghampirinya. Akademik maupun non Akademik, semuanya digandrungi. Beda banget sama Nabila yang petakilan, satu-satunya pelajaran yang paling dikuasai nya adalah Bahasa. Nabila memang tidak bisa di sebut bodoh, dia hanya 'bodoh' saat pelajaran berhitung. Namun pelajaran lain, Nabila termasuk siswa yang 'bisa'. Hal itu membuat Nabila malu dan minder menjadi kekasih Garal. Padahal Garal ga pernah mempermasalahkan itu, dia sayang dan cinta banget sama Nabila, baginya, bersama dengan Nabila yang selalu membuat mood-nya membaik sudah lebih dari cukup. Tapi, bagi Nabila nggak! Baginya keselarasan itu penting. Walaupun hanya dalam pacaran. Nabila tau, belum tentu Garal yang akan jadi pendamping hidupnya kelak—maunya sih iyaaa, banget malah—tapi dia tetap ingin jadi yang terbaik untuk Garal kenang kelak. Puncaknya waktu Garal mendapat beasiswa untuk berkuliah di Amerika, tapi Garal menolak. Orang-orang bilang, alasannya tentu saja karena Nabila. Nabila tidak mungkin bisa jauh dari Garal, apalagi mengimbanginya untuk berkuliah di sana juga, padahal bukan itu alasannya. Nabila sedih banget pas tau Garal menolak beasiswa itu, di tambah bumbu-bumbu kebencian dari fansclub Garal di dunia maya—ya Demi Tuhan, cowok itu setidaknya punya selusin cewe-cewek yang mengidolakannya—Akhirnya, hari itu Nabila memutuskan untuk Putus 'sementara' dari Garal dan membuktikan kalau dia bisa mengimbangi Garal. Dia akan kuliah di manapun Garal berada. Bukan, 'Garal akan kuliah dimanapun ia berada'. "Kamfretoo.." Nabila mendesis saat ketahuan sedang mempehatikan Garal dengan mupeng-nya.  Garal tersenyum geli dan melirik Nabila yang menggigiti ujung pensilnya gugup. Anying lah, si Garal bisa besar kepala! batin Nabila. Keki. "Ssst, Bil!" Tiba-tiba, seseorang berbisik dari arah belakang Nabila. "Apa?" balasnya sambil berbisik, sedikit menyender kebelakang. "Garal manggil tuh!" Jantung Nabila langsung dangdutan. Berdehem pelan, dia menoleh ke arah Garal dan hampir aja menangis mewek, kalau saja dia tidak ingat kalau mereka sedang 'putus sementara'. 'Cinta Kamu, Serigala sayang. Awuuuuuuu!' Tulis Garal di kertas buramnya. Tidak lupa emot bintang titik dua, alias emot cium yang bertebaran, plus lope lope alay-nya. 'Serigala' panggilan sayang Garal untuk Nabila. Karena menurutnya Nabila itu buas seperti Serigala. Nabila mencebikkan bibir bawahnya lucu. "Garallindo Gifandra, Nabila Asrina! Kalau mau pacaran, di luar sana!" Otomatis perhatian seluruh siswa teralih pada Garal dan Nabila yang tertunduk malu. Sedetik kemudian Ciye-ciyean dan eaaaak-eaaakan pun menggema di dalam ruangan. Anjir! Pak Gatot rese banget dah! Nabila membenamkan wajanya di meja, sementara wajah dan kupingnya memanas karena malu. "Ciyeeeee, Serigala sayang Ciyeee!" Goda Alvin yang duduk di depan Garal, dia mengangkat kertas buram Garal tinggi-tinggi, sambil ciyee-ciyeean. Alvin selalu menjadi pemandu sorak dikeadaan seperti ini. "Sudah-sudah! Kumpulkan lembar jawaban kalian sekarang!" perintah Pak Gatot, sambil menggebrak papan tulis dengan kayu rotannya. "Yaaaaaaaaaaah," "Pak Belum atuh Pak!" "Bah, bagaimana ini. Kertas ku masih kosong setengah!" "Iishh, gimana sich. Barbie kan belum selesai!Nyebelliiin " Seketika, godaan teruntuk Garal dan Nabila berganti dengan gerutuan dari seluruh penjuru kelas. Nabila cekikikan, dengan santainya dia melenggang ke depan tepat setelah bel panjang berbunyi. Pak Gatot tersenyum senang, seolah bahagia sekali melihat siswa-siswinya stress karena lembar jawaban yang belum terisi. "Huaaaaaaaaaaaah!" Nabila mendesah lega sambil merentangkan tangannya. Rasanya seperti baru saja keluar dari neraka, lega banget! Sedikit berjinjit Nabila menajamkan matanya, mencari dua orang temannya yang lain di tengah manusia yang tumpah ruah, memadati koridor lantai dua ini. Matanya kemudian menangkap sosok Livi dan Kelly tengah berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya. Dari pintu di depannya, Nabila menemukan Gendis dan Raju yang gepeng karena terjepit diantara siswa lain yang berebut keluar melalui pintu.  Perempuan itu tertawa keras saat melihat wajah Kelly yang memerah dan rambut blonde-nya awut-awutan. Produk asing negara tetangga itu mendumel kesal. "Gosh! That teacher really gonna kill us!" gerutunya saat baru saja mendarat di depan Nabila. "As! As!  rili rili mbah mu! Bahasa Indonesia dong, otak gue mumet nih, masak dengerin lo ngomong gue musti transletin ke Bahasa Indonesia dulu, nasib baik ada gugel translete, ini? Jaringan berhianat pula!" gerutu Livi sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding. Sedetik kemudian dia merosot kelantai dengan kaki terlunjur ke depan. Diikuti oleh keempat temannya yang lain. Mereka mendesah secara harmoni dan terkaget saat ada satu desahan lain yang keluar nada. Otomatis mereka berlima menoleh ke sumber desahan tersebut dan menemukan mahluk asing di samping Raju. "Garal?" Desis Nabila. Garal menoleh dan tersenyum kecut. "Mm, Jadi sekarang Garal? Ga Jerapah lagi? Dulu aja-" Garal mulai menyerocos sambil manyun-manyun. "Setop!" potong Nabila malu. Pipinya merona melihat Garal yang tersenyum jahil kepadanya. "Kamu ngapain di sini?" Garal cemberut, "Emang aku ga boleh gabung sama kamu lagi ya? Wolfie?" bibirnya mencebik lucu. Seketika membuat Raju muntah, Livi  bintitan.Kelly pingsan di tempat dan Gendis lost conection. Efeknya ga nahan! "Y-ya, ngga gitu juga." Nabila menggaruk tengkuknya gugup. Tiba-tiba Garal berdiri dan menjulur kan tangannya ke arah Nabila. "Ikut yuk!"ajaknya sambil tersenyum manis. "Kemana?” tanya Nabila linglung. Bagaimana tidak, mahluk beda kelamin yang berdiri didepannya ini adalah orang yang paling di sukainya terhitung semenjak dia mengerti pacaran itu apa. "Kemana yang enggak sih kalo sama kamu ?" Garal menggoda dengan smirk andalannya. Lagipula siapa pula yang bisa menolak pesona Garal, walaupun terkadang gombalannya eceh banget, Garal punya sisi yang tidak bisa ditolak oleh cewek-cewek. "Garal!" Nabila bergumam, seolah terlihat malas dengan perangai Garal, padahal sedang bersusah payah menenangkan debaran jantungnya yang kurang ajar cepat. "Bentar kok, percaya aja sama aku!" ucap Garal meyakinkan. Nabila menatap tangan Garal ragu, berlaih pada wajah yang tersenyum manis. Cewek itu kemudian mendesah pasrah dan menggapai tangan Garal, membuat si cowok tersenyum manis. "Yuk!" ucapnya semangat, bibirnya terkembang dari samping-kesamping. "Gurls, gue duluan yah!" ucap Nabila kepada temannya. Keempatnya termasuk Raju mengangguk, sebelum akhirnya Raju tersadar dan berhenti melambai. "Gurls? Berarti gue?" Sudahlah yah! *** "Ngeliatin apa sih!"  Nabila bergerak risih ditempatnya, bibirnya mengerecut sebal karena sedari tadi Garal menatapnya tanpa berkedip seolah Nabila adalah mahluk terindah sehingga dia tidak bisa mengalihkan pandangannya lagi. "Kamu." ucap Garal gamblang, membuat Nabila seketika merona malu karena godaannya. Garal tersenyum senang melihat gadisnya merona, Cute. "Receh banget ya ampun, Ral!" Nabila melirik Garal yang tengah tersenyum ke arahnya. Cowok itu menopang wajahnya dengan satu tangan lalu menengadah menatap Nabila yang duduk tak nyaman. "Garal, bikin risih ih!" Garal tertegun sebentar, bibirnya mengercucut tidak suka saat Nabila memanggilnya seperti itu. Biasanya kan Nabila akan memanggilnya ‘Jerapaaaah’ dengan nada manja yang membuatnya mencak-mencak karena gemas. "Ih, Nabila ga asik." balas Garal seketika membuat Nabila merasakan hal yang sama saat Garal memanggilnya seperti itu. "Kita ngapain sih kesini?" Nabila mengalihkan topik pembicaraan saat suasana canggung menyelimuti mereka berdua. Pertanyaannya membuat Garal kembali tersenyum sumringah, dia yang tadi tengah menunduk untuk menatap Nabila sekarang menegakkan tubuhnya. Ditariknya tangan Nabila ke genggaman dan mengenggamnya erat. "Jalan yuk!" ajak Garal semangat sehingga air liurnya bermuncratan ke wajah Nabila. Nabila menghapus air liur Garal yang memuncrat di wajahnya lalu menatap cowok yang tersenyum bloon itu dengan kesal. "Ga usah pake kuah berapa, Mas ?" tanyanya keki, Garal nyengir sambil membuat tanda V dengan telunjuk dan jari tengahnya, Nabila mendengus, padahal sedari tadi dia menahan tangannya untuk mecubiti pipi tembem Garal-nya. "Mau yaaaa?" tanya Garal lagi, kali ini lebih manis. "Kemana?" "Rahasia sih." Garal tersenyum aneh sambil menaik-turunkan alisnya menggoda. "Ya udah, ga usah aja perginya!"  Nabila bangkit dari duduknya dan hendak melangkah namun Garal menahan. "Yeee, jangan ngambek dong Wolfie," ucapnya sok imut. Seketika mata Nabila berkedut lagi, gemas sekali dengan cowok didepannya. "Bentar aja kok, yaaa? Kita kan udah lama ga jalan bareng." Garal memandang Nabila penuh harap. Tatapan mata sok polosnya selalu menjadi andalan cowok berlesung pipi ini. Tidak terhitung berapa kali Nabila dikelabui oleh tipu muslihat Garal, seperti saat ini. Nabila menatap mata memikat itu sekali lagi, lalu helaan nafas pelannya terdengar, dia mengangguk malas. "Oke!" jawabnya ogah-ogahan, padahal mau. Garal tersenyum sumringah lalu mendaratkan kecupan kilat dipipi Nabila. Di saat Nabila hendak protes, suara deheman membuat mereka seketika menoleh dan mendapati seorang cowok dibelakang sana. Cowok tinggi bermata elang itu menatapnya dengan senyum tipis. Rahangnya tegas dan hidungnya mancung. Ganteng, apalagi mata cowok itu bewarna hitam dengan alis tebal seolah menegaskan ketampanan yang dimilikinya. Tatapan cowok itu beralih dari Nabila ke arah Garal, lalu Nabila sempat terpesona melihat cowok itu tertawa. Astaga cute, Nabila dapat melihat lesung pipi dan gigi kelincinya. "Mojok di sini, ga modal banget lo!"  Ejek cowok itu yang membuat Nabila bergidik sebentar karena dia seperti mengenal suara ini. Dia terdiam lama, sampai akhirnya mendengar belaan Garal yang terdengar sewot. "Biarin, dari pada lo, ga punya cewek. Tampang keren tapi Jomblo, dudududu." Balas Garal tak terima. Cowok itu meninju pelan d**a Garal lalu tersenyum kembali ke arah Nabila. "Halo!" sapanya ramah. Nabila terdiam lagi saat wajah itu semakin jelas di liang pandangnya. Tersenyum malu Nabila membalas sapaannya "Halo." "Kenalin dong, Sob. Ini cewek gue!" ucap Garal. Nabila mendelik, sedangkan cowok bergigi kelinci itu tertawa lagi "Azillo." Cowok itu menjulurkan tangannya. Nabila menatapnya ragu, lalu melirik Garal sekilas. "Gue ga gigit kok." canda Zilo sambil tersenyum lagi. Akhirnya Nabila menjabat tangan itu dan tersenyum manis. "Nabila."        

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

I Love You Dad

read
283.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.2K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Everything

read
278.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook