Prolog
Aku tidak menyangka sama sekali harus merasakan ini semua. Dikhianati oleh sahabat sekaligus suamiku sendiri. Entah dosa apa yang sudah aku perbuat. Sampai-sampai aku harus merasakan rasa sakit ini.
*****
“Mil, ayo ikut aku sebentar,” ucap salah satu sahabatku yang bernama Tari.
“Memang kamu mau mengajakku kemana?” tanyaku pada Tari. Tari tetap menarikku tanpa dia bicara sepatah katapun. Aku cuma bisa mengikuti langkah Tari. Tari masuk ke dalam mobilnya. Dan aku pun ikut duduk di sebelah Tari.
“Kita mau kemana?” tanyaku penasaran. Tari menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Nanti kamu tahu sendiri, Mil. Aku cuma ingin memberitahumu kebenaran yang seharusnya dari dulu kamu ketahui,” ucap Tari. Aku cuma bisa diam tanpa berbicara sepatah katapun. Aku percaya pada sahabatku yang satu ini. Pasti dia mempunyai alasan yang kuat untuk tidak memberitahuku terlebih dulu. Aku mencoba menerka-nerka. Apa yang sebenarnya terjadi.
“Kamu harus kuat nanti, Mil. Aku percaya kalau kamu pasti bisa melewati semua ini. Dan perlu kamu tahu, kalau aku akan selalu ada di sampingmu,” ucap Tari. Aku semakin bingung dengan perkataan yang diucapkan Tari dari tadi kepadaku. Aku cuma bisa berharap semoga tidak ada hal yang serius yang akan terjadi.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Kamila. Tari menatap sahabatnya dengan iba. Kamila yang ditatap Tari dengan tatapan seperti itu, semakin banyak pertanyaan dibenaknya.