6. Rencana Perjodohan

1115 Words
Angger sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Ardhito karena wanita itu sudah cukup sembuh dari luka-lukanya itu. Jika biasanya pasien-pasien lain akan merasa senang saat diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya, maka sebaliknya yang dirasakan oleh Angger. Angger merasa sangat sedih sekali karena kalau sampai ia pulang, maka ia tidak bisa bertemu lagi dengan Ardhito. Ardhito belum tahu kalau Angger jatuh cinta pada pria itu, pria itu harus tahu terlebih dahulu baru Angger ingin pulang. Namun, saat ingin mengatakan semua yang ia rasa, tiba-tiba terbersit rasa malu di hatinya karena Ardhito adalah orang yang menolongnya. Yang jelas pria itu tahu alasan dirinya bisa terluka seperti ini. "Aku nggak mau pulang, aku masih mau di sini. Papa sama Mama nggak lihat kalau luka aku ini masih belum sepenuhnya sembuh? Masih harus banyak pemeriksaan yang dilakukan," ujar Angger langsung menolak saat kedua orang tuanya berkemas dan mengajaknya pulang ke rumah. "Kamu ini kenapa aneh? Orang kalau diajak pulang dari rumah sakit pasti kesenangan, lah kamu?" tanya Mama Lili tidak habis pikir dengan kelakuan putrinya itu. Entah apa yang membuat Angger betah berada di sini, karena setahu mereka Angger itu paling benci dengan hal yang berhubungan dengan rumah sakit terutama jarum suntik. Namun, tiba-tiba saja wanita itu malah tidak mau pulang. "Ya karena aku belum sepenuhnya sembuh, Ma." Angger beralasan itu, padahal kenyataannya ia sudah cukup sehat dari masa sakitnya. Ia berlama-lama di sini karena ingin terus bersama dengan Ardhito, Angger tidak mau memberitahu hal ini pada kedua orang tuanya karena wanita itu merasa malu. Ia yang habis berniat bunuh diri masa iya secepat itu jatuh cinta pada seseorang? Bisa-bisanya nanti keinginannya itu tidak direstui lagi. "Dokter tadi udah bilang kalau kamu sudah diperbolehkan pulang, itu artinya kamu sudah sembuh, Gesti," ujar Papa Anton. "Yang ngerasa kalau aku udah sembuh atau belum ya diri aku sendiri, Ma, bukannya dokter. Mereka nggak tahu apa yang aku rasain, ini luka aku kadang suka sakit atau perih. Perlu diobati terus ini, kalau nggak diobati memangnya Papa dan Mama mau kalua aku nggak sembuh-sembuh?" tanya Angger. Papa Anton dan Mama Lili saling pandang, nampak memikirkan kata-kata Angger barusan. "Kita tetap harus pulang, dokter juga sudah memberi izin. Nanti kalau kamu merasa sakit atau apa, kita bisa kembali lagi ke rumah sakit. Ayo, jangan keras kepala, habis ini Papa ada meeting dengan klien." Angger cemberut, ternyata tidak semudah itu membuat Papa dan Mamanya yakin. "Tapi, Pa—" "Nggak ada tapi-tapian, setelah ini kamu harus mau diperkenalkan dengan anaknya teman Papa." Mata Angger sontak membulat mendengarnya. "Pa! Angger udah nolak ya masalah perjodohan itu, kenapa sekarang malah dibahas lagi!?" teriak Angger histeris. Wanita itu benar-benar tidak mau dijodohkan, ia maunya Ardhito bukannya pria lainnya walaupun misal profesi orang itu sama seperti Ardhito. "Kamu katanya pengen punya suami dokter, itu teman Papa ada anaknya yang jadi dokter. Nanti Papa kenalkan, dia akan main ke rumah saat kita sampai. Katanya sekalian mejenguk kamu," ujar Papa Anton tak mempedulikan protesan dari Angger. "Papa, aku nggak pernah setuju!" teriak Angger kesal. "Ma, ayo ajak Gesti pulang. Papa tunggu di parkiran ya, pusing Papa lama-lama dengar teriakan anak itu," ucap Papa Anton menatap istrinya. "Iya, Pa." Setelah itu Papa Anton pun akhirnya pergi dari hadapan Angger dan Mama Lili sambil mengangkat tas berisi barang Angger selama di rumah sakit ini. "Ma, aku nggak mau dijodohin. Aku masih bisa cari pasangan sendiri," ujar Angger pada mamanya. "Udah, nurut aja sama Papa kamu. Papa kamu itu mau yang terbaik untuk kamu, Papa mau ada yang menjaga kamu saat Papa dan Mama pergi nantinya. Kamu yang nurut ya," balas Mama Lili. "Tapi, Ma—" "Jangan terus menolak niat baik Papa, dicoba dulu. Kalau memang kamu nggak cocok sama orangnya, kamu masih bisa nolak." Angger menghela napasnya, wanita itu akhirnya diam setelah mendengar perkataan mamanya itu. Apa yang dikatakan papanya tadi benar-benar terealisasikan, beberapa saat setelah tiba di rumah mendadak ada seorang pria yang memakai kemeja rapi datang bertamu ke rumah. Papa Anton tidak ada di rumah karena beberapa menit yang lalu ia pergi untuk menghadiri meeting, hingga tinggallah Angger dan Mama Lili serta Bi Darmi yang merupakan ART di rumah ini. Angger dipaksa untuk duduk di hadapan pria yang baru ia ketahui bernama Bagin. Pria itu terlihat sangat ramah sekali, beberapa kali ia bertanya mengenai Angger dan saat Angger menjawab, respon dari pria itu benar-benar di luar ekspektasi. Andai saja Angger belum jatuh cinta pada Ardhito, mungkin saja ia akan sedikit tertarik pada pria yang dikenalkan orang tuanya ini karena dapat ia lihat kalau Bagin adalah pria yang baik. Pria itu memiliki wajah tampan dan perawakan yang tinggi, membuat siapa saja yang ingin dijodohkan olehnya mungkin tidak akan menolak. Ditambah pekerjaannya sebagai dokter spesialis bedah membuatnya semakin terlihat banyak kelebihannya. Bagin juga terlihat dewasa, sesuai dengan umurnya yang hampir menginjak kepala tiga. Namun, sayangnya hal itu tidak membuat Angger tertarik, hatinya sudah terpaku pada Ardhito. Tidak ada yang bisa menggantikan Ardhito meskipun pria itu lebih tampan ataupun lebih hebat sekalipun. "Kenapa kamu mau menerima perjodohan ini?" Setelah berbincang-bincang, akhirnya Angger to the point langsung menanyakan itu membuat mata Bagin langsung menatap sepenuhnya ke arah Angger. "Ya, karena saya sedang mencari pasangan. Sesimpel itu memang," jawab Bagin sambil mengangkat bahunya acuh. Bagin adalah orang yang supel, pria itu nampak terbiasa berbicara dengan orang baru tanpa kaku. "Bukan karena desakan orang tua yang ingin melihat kamu segera menikah?" tanya Angger lagi membuat Bagin tertawa. "Kebanyakan orang lain menikah memang karena itu, tapi kalau saya tidak. Saya justru malah ingin dicarikan calon istri karena menurut saya, usia seperti saya ini sudah cocok untuk berumah tangga," jawab Bagin. "Kalau begitu kenapa kamu tidak mencari sendiri saja? Maksudnya tidak dengan melalui perjodohan ini. Saya yakin kalau akan ada banyak perempuan yang mau menikah dengan kamu, ya melihat kamu yang cukup tampan dan mapan. Tidak mungkin 'kan ada wanita yang menolak?" tanya Angger. "Termasuk kamu yng tidak akan menolak saya?" tanya balik Bagin membuat Osi yang tidak makan apa-apa itu tiba-tiba saja tersedak. "Pengecualian untuk saya!" ujar Angger langsung. "Langsung saja saya katakan bahwa saya tidak tertarik dengan perjodohan ini. Saya tidak ingin melanjutkannya karena menurut saya sangat konyol sekali di zaman sekarang ini menikah karena dijodohkan. Lagipula ada seorang pria yang sudah membuat saya tertarik, akan tidak baik jika kita tetap melanjutkan sedangkan perasaan saya sudah dicuri oleh orang lain. Maaf kalau ini membuat kamu merasa sedikit sedih, tapi itulah kenyataannya," ucap Angger panjang lebar. "Kamu berhak menyukai siapapun itu, saya sama sekali tidak masalah. Tapi apa boleh saya berjuang sekali saja? Barangkali kamu berubah pikiran dan ingin menerima perjodohan ini? Karena saat ini saya sudah tertarik pada kamu walau hanya satu kali ini kita bertemu," balas Bagin yang membuat Angger melongo ketika mendengar perkataannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD