Bab 66

1647 Words
34 Hari Sebelum Persidangan Feli tertawa pelan ketika melihat Caleb ketakutan saat dia membawa pria itu ke taman bermain di malam hari. Sebenarnya Feli sudah lama ingin datang lagi ke tempat ini bersama dengan Ken. Ketika siang hari, taman ini sangat ramai dengan anak-anak kecil yang akan berlarian sambil bermain bersama dengan teman-temannya. Feli suka melihat tawa anak kecil yang begitu menggemaskan. Mereka terlihat seperti tidak memiliki beban. Hari ini Feli datang ke kantor Ken bukan tanpa sebab. Ada satu masalah yang membuat Feli merasa kehilangan akalnya. Bagi Feli, satu-satunya orang yang bisa dia ajak bicara mengenai masalah ini adalah Ken. Feli tidak tahu lagi kenapa selalu saja ada masalah yang terjadi ketika mendekati hari pernikahannya. Pertama masalah Rosaline yang tidak ingin Feli dan Ken menikah lebih dulu. Lalu sekarang.. Ah, Feli bisa gila kalau kembali mengingat masalah ini. Sayangnya, ketika Feli masuk ke dalam ruangan Ken, pria itu terlihat sangat kelelahan. Feli tidak bisa menceritakan apa yang mengganggu pikirannya selama seharian ini. Ken sepertinya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Melihat bagaimana raut wajah kekasihnya itu, Feli merasa tidak tega. Pada akhirnya, Feli hanya bisa diam tanpa menceritakan sebuah masalah besar yang dia percayai akan mengguncang hubungan mereka berdua. Sekarang yang bisa Feli lakukan adalah sedikit menghibur hatinya sendiri dengan mengajak Caleb datang ke taman bermain ini. “Kak, jangan takut. Feli tidak akan meninggalkan Kak Caleb!” Kata Feli sambil menggandeng tangan Caleb. Sekalipun mengidap sindrom autisme, Caleb sering kali tetap bertindak selayaknya seorang Kakak. Feli tahu kalau sebenarnya pria itu tetap ingin berlaku normal sebagai Kakak. “Fel-Feli tidak boleh ke sini. Jang-jangan ke sini! Ini gelap, Feli!” Feli tertawa dengan pelan ketika mendengar suara Caleb yang sepertinya benar-benar ketakutan. Tidak, Feli tidak berniat membuat Caleb ketakutan dan menyiksa pria itu, justru sebaliknya, Feli ingin membuat Caleb jadi lebih berani seperti yang pernah dia lakukan ketika Caleb menangis ketakutan saat melihat seekor anjing. Saat itu mereka sedang berjalan di kompleks depan rumah Ken, Caleb berjalan di depan dan pria itu langsung menangis ketakutan saat melihat seekor anjing kecil yang juga sedang berjalan-jalan dengan pemiliknya. Ken berusaha menenangkan Caleb yang menangis dan meraung seperti seorang anak kecil, tapi sebaliknya, Feli malah membawa anjing kecil itu mendekat agar Caleb tahu bahwa anjing kecil yang akan bisa melukai pria itu. Pada akhirnya Caleb jadi menyukai anjing, pria itu bahkan sampai membeli seekor anak anjing dengan uang tabungannya. Sayang sekali anjing itu mati beberapa bulan yang lalu. Lalu Feli memutuskan untuk membelikan sepasang anjing betina dan jantan untuk kado ulang tahun Caleb beberapa minggu yang lalu. Sekarang Feli ingin melakukan hal yang sama. Caleb tidak bisa terus menerus terjebak dalam rasa takutnya sendiri. Selama ini Rosaline dan Ken selalu berusaha menjauhkan Caleb dari hal yang ditakuti oleh pria itu. Tapi bagi Feli, ketakutan tidak bisa dihindari. Ketakutan harus dihadapi dengan kekuatan kita agar kita tidak lagi merasa takut. Feli ingin Caleb mengerti akan hal itu. “Tidak apa-apa, Kak Caleb. Jangan khawatir, di sini ada Feli. Ingat ketika kita bertemu dengan anak anjing di depan kompleks rumah?” Tanya Feli sambil tersenyum. Feli menatap Caleb yang sepertinya masih ketakutan. Sebelum datang ke taman bermain ini, Feli sudah lebih dulu menyogok Caleb dengan berbagai peralatan menggambar yang sengaja dia belikan dalam jumlah yang sangat banyak. Caleb memiliki kemampuan menggambar yang begitu luar biasa. Itulah sebabnya Feli membelikan peralatan menggambar lebih dulu dengan syarat Caleb mau ikut Feli jalan-jalan. Ya, pria itu tidak akan bisa tahan dengan iming-iming yang diberikan oleh Feli. Begitulah, Tuhan memang menciptakan Caleb dengan sedikit kekurangan, tapi Tuhan juga memberikan kelebihan yang luar biasa dalam kehidupan pria itu. Gambaran yang dibuat oleh Caleb benar-benar sangat indah. Feli sendiri selalu merasa ikut dalam emosi yang sedang digambarkan oleh Caleb. Pria itu sangat ahli dalam menggambar. “Anak anjing? Aku-aku suka, suka dengan anak anjing..” Kata Caleb. Feli tersenyum. Iya, Feli juga tahu betapa pria itu sangat menyukai anak anjing. Sayang sekali, kenapa saat itu anak anjing yang dipelihara oleh Caleb bisa mati? “Iya, waktu itu Kak Caleb awalnya takut. Tapi akhirnya setelah tahu kalau anak anjing sama sekali tidak menggigit, Kak Caleb jadi suka, bukan?” Tanya Feli sambil tetap membawa Caleb berjalan lebih masuk ke dalam taman.  Sekalipun ada banyak lampu yang menerangi jalan, rimbunnya pohon di sekeliling taman ini membuat suasana di sini tetap saja terasa sangat gelap. “Iya, aku, aku suka anak anjing. Aku suka, aku suka..” Feli menghembuskan napasnya dengan pelan sambil terus melangkahkan kakinya. Memang cukup sedih ketika dia menyadari bahwa Ken sama sekali tidak memiliki waktu untuk dirinya. Dalam keadaan seperti ini, Feli sangat membutuhkan bantuan Ken. Sayangnya kekasihnya itu sedang sangat sibuk. Ah, harusnya Feli bisa lebih mengerti dengan keadaan Ken. “Sama seperti anak anjing, malam dan kegelapan juga tidak akan menyakiti Kak Caleb..” Kata Feli sambil terus melangkahkan kakinya semakin masuk ke dalam taman bermain ini. Semakin ke sini, suasana gelapnya malam semakin terasa mencekat. Feli tidak merasa takut dengan gelapnya malam, justru sebaliknya.. Feli malah merasa sangat senang karena saat dia berada di dalam kegelapan, sinar bintang akan terlihat lebih terang dan lebih bercahaya. Bagi Feli, menatap bintang di langit sama dengan menatap Ibunya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Semua masalah yang terjadi hari ini membuat Feli merasa frustasi. Andai saja Ibunya masih hidup. “Tap-tapi gelap! Gelap, gelap sangat menyeramkan! Aku tidak suka, tidak suka gelap!” Feli tersenyum dengan maklum. Wajar jika kita memiliki ketakutan, tapi kalau kita bisa berusaha menghadapi semua ketakutan, kenapa tidak dilakukan saja? “Tidak ada yang menyeramkan dari gelap. Kalau lihat ke atas, bintang di langit bercahaya dengan sangat indah karena langitnya gelap. Dalam kegelapan, kita bisa melihat cahaya dengan lebih baik. Kakak tahu, bintang di langit itu adalah Ibukui..” Kata Feli sambil menunjuk salah satu bintang yang paling terang. “Bin-bintang? Ibumu adalah bintang? Ibumu meninggal beberapa tahun, beberapa tahun yang lalu. Bukan, Ibumu bukan bintang!” Feli tertawa pelan. Sama seperti seorang anak kecil, Caleb juga terlihat sangat murni. Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan manusia yang terus terlihat murni padahal dia sudah dewasa? “Bukan, Ibuku bukan bintang. Bukankah Kak Caleb datang ke acara pemakaman Ibuku beberapa tahun yang lalu?” Tanya Feli sambil menatap Caleb. Ibunya adalah orang yang luar biasa. Feli bisa menjadi seorang penyanyi terkenal seperti saat ini karena dia memiliki bakat yang diturunkan dari Ibunya. Wanita itu benar-benar luar biasa.  Feli tersenyum ketika mengingat banyak hal yang sering dia lakukan bersama dengan Ibunya. “Mommy, Feli kangen..” Feli berbisik dengan pelan. “Iya, aku datang. ak-aku aku datang bersama dengan Ken dan Rosaline. Aku datang saat Feli menangis.. Mommy, mommy sudah meninggal” Feli tetap mencoba tersenyum. Sekarang buakn saat yang tepat untuk bersedih dan kembali mengingat masa lalu. Sekalipun sekarang Feli juga sedang emmikirkan satu masalah besar yang dia yakini pasti akan mengganggu kehidupannya bersama dengan Ken  “Iya, Mommy sudah meninggal. Sekarang dia jadi bintang di langit. Kalau Feli kangen mommy, Feli bisa lihat bintang di langit.. Kak Caleb juga begitu, kalau Kak Caleb kangen Papa, Kak Caleb bisa lihat bintang di langit karena sekarang Papa juga jadi bintang..” Kata Feli sambil kembali menunjuk ke arah bintang. Ayahnya Ken juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Feli mengenal pria itu dengan sangat baik. Sama seperti Ken, dia juga seorang pekerja keras yang tidak pernah menyerah. Setelah dia meninggal, semua tugasnya sebagai kepala keluarga diambil alih oleh Ken. Di usia yang masih muda, Ken bisa mengurus segala hal dengan sangat baik. Itulah sebabnya Feli selalu berusaha bersabar ketika Ken tidak memiliki waktu untuk dirinya. Pria itu memiliki banyak tugas yang semuanya harus dia penuhi di waktu yang bersamaan. “Papa, Papa juga jadi bintang. Papaku juga jadi bintang, Feli?” “Iya, Papa juga jadi bint—” Feli baru akan menjawab pertanyaan Caleb ketika ada gerakan cepat yang merenggut Feli dan Caleb. Seseorang menarik Feli dengan gerakan sangat keras hingga membuat Feli melepaskan pegangan tangannya pada Caleb. Feli berusaha menjerit karena dia tahu sekarang dia sedang berada di dalam bahaya. Tidak bisa, Feli sama sekali tidak bisa menjerit karena belum sempat dia mengatakan sepatah katapun, Feli merasakan ada benda tajam yang menghunus tepat di lehernya. Benda itu menusuk Feli lebih dari lima kali. Satu hal yang membuat air mata Feli mengalir dengan deras, Feli mengingat wajah Ken yang tiba-tiba terbayang di depan matanya. Pria itu akan kesepian kalau Feli harus mati dengan cara seperti ini. Tidak, jangan.. Feli tidak ingin mati. Sayangnya, dengan luka parah yang ada di lehernya, tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh Feli selain hanya diam lalu terjatuh ke tanah. Feli tahu kalau waktunya tidak akan lama lagi. Feli tahu kalau dia tidak bisa bertemu dengan Ken lagi, tidak akan ada senyuman Ken yang akan dia lihat.. setelah ini semuanya akan selesai. Feli mencoba memanggil Caleb yang masih berdiri dengan tatapan terkejut. Terlihat dengan jelas kalau pria itu menangis ketakutan. Apalagi ketika ada sosok dengan pakaian merah datang mendekati pria itu. Feli ingin mengatakan sesuatu. Feli ingin Caleb cepat berlari dan menyelamatkan dirinya, sayangnya.. sepertinya tidak akan semudah itu. Caleb hanya diam di sana sambil terus menangis ketakutan. Pandangan Feli mulai buram, dia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Tapi Feli juga ingin menyelamatkan Caleb. Bersamaan dengan mata Feli yang hampir tertutup sepenuhnya, Feli melihat sosok dengan baju merah itu membalikkan tubuhnya. Sosok itu mengarahkan pisau yang tadi dia gunakan untuk menusuk leher Feli, sekarang dia berusaha mengancam Caleb. Tidak! Feli tidak bisa melakukan apapun karena saat ini, untuk menjaga napasnya saja dia tidak sanggup. Lalu, ketika kesadaran hampir hilang dari dirinya, Feli melihat satu senyuman yang sangat dia kenali. Sosok berbaju merah itu.. Kenapa.. Kenapa dia melakukan ini pada Feli? Bukankah dia menyayangi Feli? Setelah itu, tanpa bisa melakukan apapun, Feli mulai kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Matanya tertutup bersama dengan detak jantungnya yang semakin pelan. Kepada Kenandra, Feli mengirimkan banyak ucapan maaf karena dia harus pergi lebih dulu..   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD