Bab. 1Malam yang menggairahkan

1618 Words
Namaku Devina Tsania. Umurku 23 tahun mahasiswa semester akhir. Aku hidup sendirian karena aku memilih untuk melanjutkan hidupku diperantauan. Untung saja aku ada yang menemani, yaitu sahabatku Sasa. Aku tingal berdua dengan sahabatku. Karena aku ingin mandiri dari keluargaku. Aku tidal mau menjadi beban ibuku karena ia orang tua tunggal yang ada adikku masih bersekolah.     Disinilah aku sekarang. Duduk dibangku taman,membiarkan angin malam menusuk sampai ketulang-tulang Devina. Ia menengadah ke atas langit menikmati cerahnya langit akibat sinar dari bulan dan bintang. Ia merenungi masa depannya. Bagaimanapun juga dia telah bekerja keras selam ini. Dia tidal mau gagal dalam kehidupan yang akan dating. Apalagi waktu yang dia habiskan untuk bekerja di sebuah caffe. Setelah lulus dia ingin bekerja seperti kantoran. Dia ingin merubah nasibnya. Tiba tiba ada yang menepuk pundaknya,sontak Devina kaget menoleh ke belekang. “Heh ngapain lo males malem disini sendirian.” Tanya Sasa dengan menepuk pundak Devina. Devina pun menoleh ke Sasa sambal melotot. “Gila lo Sa ngangetin gue aja.” “Ya Salah lo sendiri ngapain disini sendirian. Di culik kuntilanak baru tau rasa lo.” Jawab Sasa dengan se enaknya sambil berjalan kearah bangku sebelah Devina. Sasa pun duduk disebelah Devina. “Gue cari angin. Enak duduk disini. Lagian mana ada kuntilanak mau nyulik gue. Kalo sugar daddy sih gue mau.” Ucap Devina dengan cengengesan. “Nggak ada sugar daddy mau modelan kayak lo.” “Ck yaelah banyak kali. Tapi gue kan pemilih yah mau yang hot plus kaya.” Ujar Devina “Ya..yaa.yaaa.. Terserah lo Dev. Ehh btw lo mau kerja dimana nih sebebtar lagi. Lo nggak mungkin juga kan kerja terus terusan di Caffe?” Tanya Sasa dengan serius menatap Devina. Devina pun lesu dan menghela nafas sambil berkata “Gue juga bingung Sa mau kerja dimana. Gue juga belum buat resume profile gue. Lo barangkali punya rekomen kemana gitu?” tanya Devina “Gimana kalo lo ikut gue aja ke perusahaan bokap. Dia juga sebenarnya nawarin ke lo. Tapi belum sempet kesini. Gue juga gamau pisah sama lo.” Jawab Sasa tersenyum sembari melihat Devina . “Emang gapapa ya Sa? Takutnya gue malah ngrepotin keluarga lo.” Bukannya Devina menolak,tetapi keluarga Sasa sangatlah baik kepadanya. Bahkan Devina sudah dianggap seperti putri kedua orangtua Sasa. Sasa pun tidak keberatan akan Hal itu,karena berarti dia memiliki saudara. Dikarenakan Salama sebelum mengenal Devina sasa kesepian karena dia anak tunggal. “Boleh lah. Kan lo juga udah kaya saudara gue sendiri. Kalo bokap gue tau pasti dia seneng banget lo gabung di perusahaanya. Kan kemampuan otak lo encer banget. Hahahaha.” Jawab sass dengan tertawa bahagia. “Gue Harus cepet cepet kasih tau nyokap bokap gue nih.” Lanjut Sasa Devina pun bersandar di bahu sasa sambil mengatakan “Thanks ya Sa lo Sama orang tua lo selalu ada disaat gue jatuh maupun senang. Gue Jadi kangen sama nyokap gue.” Ujar Devina dengan mata yang sendu. “ihh kita kan keluarga udah seharusnya saling membantu kali. Kalo nanti sebelum kerja gimana lo ketemu ibu lo dulu? Pasti dia bakalan seneng.” Ujar Sasa sambil menepuk nepuk bahu Devina yang dia rangkul “Katanya sih nanti pas wisuda gue keluarga gue kesini. Takutnya nanti kalo gue kesana sebelum wisuda ibu gue sedih. Kan pean beliau gue harus wisuda dulu baru pulang. Selama ini juga ibu gue yang selalu ngunjungin gue.” Ucap Devina “Yaudah masuk yuk udah malem.dingin pula. Nanti malah sakit. Besok gue ketemu bokap. Lo harus ikut.” Ucap Sasa sambil  menggandeng tangan Devina untuk segera pergi Mereka pun pergi meninggalkan taman menuju apartemen mereka. Mereka tinggal berdua di satu atap karna keinginan sasa. Setelah sampai di depan apartemen dan segera masuk melewati lobi. Sampai didepan lift mereka pun masuk kedalam lift. Sasa pun memencet tombol lantai mereka tinggali. Didalam lift Sasa pun bercerita tentang hubungannya dengan kekasihnya yang bekerja sebagai kolega ayahnya. “Dev gue kangen banget sama Rey. Gue kangen banget kehangatan ranjang nya. Duh ngapain juga sih Rey keluar kota segala.” Ujar Sasa dengan wajah yang sedikit cemberut. Dia membayangkan bagaimana hangatnya ranjang mereka saat sedang bercinta. “Lah tinggal telfon apa susahnya sih Sa.” Jawab Devina “Tapi gue kan pengen bercinta juga Dev.” Jawab Sasa dengan wajah masam “Emang gimana sih rasanya bercinta Sa?” Tanya Devina dengan raut wajah penasaran. Tingggg!! Lift pun berbunyi dan pintu terbuka. Mereka Pun segera keluar dan berjalan menuju ruangan mereka. “Beneran Dev lo belum pernah?” Jawa Sasa dengan heran dan terkejut. Dengan mereka berjalan kearah ruangannya. “Belum kali Sa. Kalo gue udah pernah gabakalan juga gue tanya lo.” Jawab Devina setelah sampai didepan pintu nya dan segera membuka kunci pintu ruangan. Mereka pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu yang digabung dengan ruang tengah menjadi satu. “Gila lo Dev jago banget lo nahan hasrat lo. Padahal yang gue tahu lo ngidolain  idol Jackson itu bukan sih.?’ Tanya Sasa yang duduk disamping Devina “Hahahah kuatt sih nggak. Cuma gue nggak mau nyerahin mahkota gue yang berharga ke sembarang  orang.” Jawab Devina dengan enteng Sasa pun mendelikkan matanya kaget dengan jawaban Devina yang menurutnya aneh berbanding terbalik dengan sifatnya yang sangat mengidolakan Jackson. Bahkan yang Sasa tau Devina pernah mengigau  berhubungan badan dengan idolanya itu saat tidur. “Heh tapi lo nggak sepolos itu jamilah. Gue pernah mergokin elo nginggau hubungan badan Dungan tug idola lo.” Jawab Sasa sambil monoyor kepala Devina Devina pun terkekeh dengan omongan Sasa. Ya dia membenarkan adanya perkataan sahabatnya itu. “Ya gimana lo tau sendiri gimana hot nya Jackson.” Seru Devina Sasa pun tak menanggapi perkataan Devina karena Sudan malam dia merasa ngantuk. Jam pun Sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sasa pun bangkit dari duduknya “Udah malem gue mau tidur. Jangan lupa besok pagi ke kantor bokap. Bye good night” Ucap Sasa sambil melenggang pergi ke dalam kamar. “oke bye good night.” Ujar Devina sambil berjalan juga ke arah kamarnya. Devina pun sampai di depan pintu kamarnya. Dengan cepat dia membuka pintu tersebut, dia segera masuk dan menutup kembali pintu kamarnya. Setelah itu Devina pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah selesai dia duduk di depan cermin tempat berhias wajah. Dengan cekatan dia memakai perawatan wajahnya untuk malam hari. Setelah selesai dengan urusan wajah, Devina melangkahkan kakinya kearah ranjang tidurnya. Dia pun merebahkan badanya dan  menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.                      ~~~~~        Tengah malam Devina merasa ada yang meraba kakinya sampai ke atas. Sampai paha Devina. Antara sadar dan tidak sadar,Devina merasakan ada yang menyentuh selangkangannya. Devin pun terbangun dan kaget mendapati Jackson ada dikamarnya. Jackson pun segera mencumbu Devina. Dia menciumi leher sampai dengan telinga devina sampai tanpa ada yang terlewatkan. Kemudian mencium bibirku dengan ganas. Aku merasakan betapa rakusnya ciuman Jackson. Aku pun membalas ciuman Jackson sama rakusnya. Sekarang Jackson sedang memainkan lidahnya . Bau nafas yang harum keluar dari mulutnya yang membuatku betah lama lama berciuman denganya. Tangan Jackson pun tak hanya diam,dia mulai bergerilya meremas benda bulat serta kenyal milikku. Aku pun tidak tahan akan sengatan yang diakibatkan dari tangan Jackson hingga melenguh dan membusungkan dadaku.         Setelah puas dengan dadaku, kini tangangnya mulai bergerilya kebawah hingga menyelusup masuk dibalik mini dress yang  Devina pakai. “Eeuungghh..” Lenguhku kala jari jemari Jackson mengusap lembut pinggangku hingga naik ke atas sampai dengan punggunggku. Dan setelah itu menarik keatas  pakaian yang Devina gunakan. Hingga menyembulkan gundukan kenyal. Dikarenakan Devina setiap tidur tidak menggunakan bra,maka terpampang nyata keindahan gunung milik Devina. Jackson memandang tubuh atas Devina dengan kagum. Devina pun menutup dadanya dengan kedua tangannya. “Kenapa?” Tanya Jackson “Aku malu.” Jawab Devina “Kenapa harus malu?”  Tanya Jackson “Belum ada yang pernah melihat tubuhku selain aku sendiri.” Jawabku dengan malu.   Jackson pun langsung mencium bibir Devina dengan lembut. Jemarinya menyelinap masuk kebagian inti lalu mengusapnya dengan lembut. Tubuh Devina merasa tersengat listrik hingga menggelinjang membusungkan dadanya. Jackson pun tak tinggal diam hingga mencium bagian leher Kian turun ke dadanya. Dia bagaikan bayi yang kehausan menyesap benda kenyal milik Devina. Dia melumat kanan dan kiri bergantian dan sesekali memainkan lidahnya di pucuk buah ranum milik Devina.   “Apa kamu suka sweety?” Tanya Jackson tepat ditelingaku sembari meniup niupkan nafasnya. Aku hanya bias menjawab dengan mengangguk “Hem..” “Mau kutunjukkan sesuatu yang lebih enak sweety?” Ucapnya  dengan wajah nakalnya. “Tunjukkan Jackson.” Jawabku sembari memandang wajahnya yang hanya berajarak beberapa centi.   Jackson pun melumat bibir ranum Devina dengan tangannya yang sekali tarikan melepaskan celana dalam Devina. Ia pun bergerak kebawah hingga wajahnya tepat di depan bagian inti Devina. Devina pun merasakan hembusan nafas Jackson di miliknya. Ia pun mulai menjilat paha mulus Devina hingga naik ke inti Devin. Ia menjilati bahkan melumat,sesekali menekan lidahnya masuk ke Bagian inti Devina. Yang membuat Devina semakin b*******h. “Aaaaahhhhhh…” Rintih Devina dengan sensasi yang dibuat Jackson.   Tiba-tiba  kepala Devina kejatuhan benda yang sangat keras hingga dia membuka matanya. Dia pun terkaget karena Sasa berada dikamarnya dengan membawa bantal yang di curigai Devina dialah yang memukul kepalanya tadi. Devina pun bangun duduk bersandar di kepala ranjangnya sambil menatap Sasa horror. “Apasih Sa lo bangunin gue.” Ucap Devina dengan kesal. Sasa pun berdiri didepan Devina dengan berkacak pinggang. “Mangkanya lo begun udah siang inii. Lagian ngapain lo mimpiin Jackson main Sama lo.” Jawab Sasa dengan mendelikkan matanya. Devina pun melihat jam yang ada di dinding kamarnya. Aku pun kaget saat melihat jam menunjukkan pukul 9 pagi. “kok lo nggak bangunin gue sih Sa?” Tanyaku ke sambil berdiri berjalan kea rah kamar mandi “Lo tidurnya terlalu indah. Cepetan mandinya,Kita harus  ke Kantor bokap.” Seru Sasa ambil berjalan keluar kamar Devina.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD