Chapter 1

1012 Words
"Violet!" panggil Mentari dengan heboh kepada sahabatnya itu. Mentari tergopoh-gopoh menyambangi kediaman Violet karena telah melihat sebuah fakta yang cukup mengejutkan, dan ia merasa sebuah keharusan jika memberi tahukan pada Violet. Violet yang tengah belajar memasak, segera menghentikan kegiatannya terlebih dahulu, "Ada apa sih? Kok heboh bener gitu." Violet sangat paham betul dengan tingkah sahabatnya jika sudah mulai berbicara dengan nada yang heboh, pasti ada berita yang cukup mengejutkan untuk didengar. "Kamu tau gak? Kelakuan Rezky--pacar kamu itu di luaran seperti apa?" tanya Mentari masih dengan suara yang belum di turunkan volumenya. Violet memutarkan bola matanya, "Kamu ini bisa gak kalau ngomong itu suaranya kecil aja, jangan keras kek gini. Kayak orang mau ajak baku hantam ini mah tandanya." Mentari terkekeh pelan dengan tangan yang ia tutupi pada mulutnya, "Maaf! Abis ini berita sangat penting ... Memang akan buat kamu sakit hati, tapi demi kebaikan kamu juga ke depannya kok." "Emang apaan beritanya?" tanya Violet pada Mentari. Violet agak aneh dan merasa janggal dengan temannya itu, ia mengantisipasi hati agar tidak cepat merasa percaya dengan semua cerita yang dilontarkan oleh Mentari. Mentari mengambil napas terlebih dahulu, mulai menyelaraskan irama suara yang sangat cempreng agar tidak menyakiti telinga sahabat tercintanya itu. "Jadi, tadi aku abis beli pulsa di luar ... Nah aku liat Rezky itu lagi jalan sama seorang cewek, dia menggandeng tangannya dengan sangat mesra sekali," terang Mentari pada Violet yang menanggapinya dengan raut wajah yang teramat datar. Violet diam mendengarkan dan ingin tau apa yang hendak diucapkan oleh sahabatnya itu, tidak sama sekali tertarik untuk meyelanya, karena ia akan tetap percaya sepenuhnya terhadap kekasih yang sudah sekian lama membersamai dirinya. "Gue awasin dia dari kejauhan 'kan, dan lo tau mereka panggilannya apaan?" tanya Mentari dengan mata yang ia tajamkan untuk menatap Violet yang kelewat santai. Violet merotasikan bola matanya, pembahasan yang cukup muak baginya, "Emang apa?" Violet terpaksa bertanya kepada Mentari, jika tidak sahabatnya itu akan jengkel sebab merasa semua ceritanya itu sia-sia, dan malah akan mendiamkannya selama beberapa hari. Mentari kembali menghela napasnya, tangannya mencengkram kuat bahu Violet tidak lupa untuk diguncangkan juga, "Mereka saling manggil kata sayang! Violet! Buka mata kamu, dia itu orang yang gak cocok sama kamu!" Violet memegang tangan sahabatnya itu, melepaskan cengkraman yang ada di bahunya dengan pelan, ia menampilkan senyuman pada wajahnya, "Mungkin kamu salah denger! Jangan ambil kesimpulan sedini dan secepeat itu Mentari, gak baik loh." Violet melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda itu dan tidak memperdulikan raut wajah sahabatnya yang tercengang atas tanggapan darinya. Mentari lari dan mulai menghampiri Violet yang lanjut memasak, ia mengetahui jika sahabatnya tengah belajar untuk menjadi seorang istri yang bisa memanjakan lidah suaminya kelak dan rasanya ia sendiri tidak keberatan untuk itu. Mentari akan keberatan jika Violet selalu tidak perduli dengan apa yang dilakukan oleh Rezky di luaran sana, seolah tutup mata dan tidak menghiraukan segalanya. "Vi, jangan bilang kamu gak percaya lagi sama omongan aku kali ini?" tanya Mentari pada sahabatnya itu. Violet menghedikkan bahunya, "Bisa jadi. Lagian kamu itu udah berapa kali bahas dan cerita apa yang kamu liat ke aku? Banyak banget, dan sayangnya sampai detik ini Rezky gak berubah tuh sikapnya sama sekali sama aku." "Rezky masih sama seperti yang aku kenal dulu, dan aku percaya sepenuhnya dengan dia. Jadi ... Gak mungkin rasanya jika ia berkhianat," terang Violet menceritakan sikap kekasihnya itu pada sang sahabat. Mentari menggelengkan kepalanya, ia tidak mengerti lagi dan kehabisan bagaimana cara untuk memberitahukan kebusukan Rezky pada Violet, bahkan dengan jepretan gambar yang ia kirimkan saja masih tetap tidak merubah apa pun. "Terserah kamu lah kalau gak percaya, aku sama Trias dah capek ngasih taunya. Toh ujungnya kamu gak akan pernah percaya sama sekali, percuma rasanya buang-buang energi," ucap Mentari dengan rasa kesalnya kepada Violet. Violet menghembuskan napasnya dengan berat, ia sendiri menjadi bingung sekarang. Rasa percayanya pada sang kekasih sudah sepenuhnya, akan tetapi para sahabatnya juga tidak mungkin berniat untuk menghancurkan semua impian yang dibangunnya sejak dulu, yaitu menjadi seorang istri dari Rezky. "Sebelumnya aku minta maaf banget sama kalian, bukan bermaksud untuk gak percaya sama sekali, hanya saja tolong hargai perasaan dan impian aku saat ini." "Aku udah jatuh terlalu dalam dengannya, kurasa kalian berdua tau itu. Tolong banget jangan pernah lagi bahas Rezky begini, begitu, karena aku membebaskan dia sepenuhnya dan percaya jika akhirnya dia akan kembali lagi ke aku," jelas Violet dengan wajah yang memelas. "Kupu-kupu jika terbang terlalu tinggi, pasti ia akan susah untuk tergapai, dan kamu menempatkan Rezky selayaknya itu. Kamu sadar belum sih Vi? Mau sampai kapan kamu seperti ini?" tanya Mentari gemas dengan tingkah sahabatnya itu. Mentari rasanya ingin sekali marah dan mencaci maki tingkah bodohnya seorang Violet, hanya karena sebuah kata cinta. Sahabatnya itu terlampau bucin, hingga tidak bisa membedakan sama sekali mana yang fak dan real. "Maksud kamu? Apa Rezky diibaratkan selayaknya kupu-kupu?" tanya Violet heran dengan perumpamaan dari Mentari. "Iya! Kamu ngetreat dia selayaknya kupu-kupu, bebas terbang kemana aja bahkan sejauh sayap yang ia kepakkan. Kamu tidak pernah tau bukan, berapa banyak binatang itu menghisap nektar pada bunga yang bermekaran dan lebih cantik bentuknya." "Kamu itu selayaknya bunga yang udah gak memikat sama sekali untuk dia Violet! Dia memperlakukan kamu seperti itu hanya untuk menutupi kebusukannya, bukan benar karena sebuah rasa, pahami perbedaannya!" tegas Mentari. Mentari hanya tidak ingin sahabatnya terlampau meyakini jika dirinya adalah pilihan terakhir, padahal faktanya tidak seperti itu sama sekali. Violet menanggapi ucapan sahabatnya dengan tertawa remeh, ia tidak semudah itu untuk percaya dengan kalimat yang memojokan kekasihnya barusan. Bahkan perasaannya semakin kuat jika seperti ini kisahnya. "Terus jika perlakuan aku ke dia selayaknya kupu-kupu itu sebuah kesalahan, lantas apa yang bebar menurut kamu?" tanya Violet pada Mentari yang hanya diam menganga karena pertanyaan yang terlontar darinya. Sangat susah untuk meyakinkan seseorang yang mempunyai tekad yang kuat, jika tidak disodori oleh fakta yang menyakiti hatinya suatu saat nanti. Mentari harap jika nanti sahabatnya mengetahui langsung bagaimana bentukan dari kekasihnya, tidak merasakan kehancuran teramat sangat. "Cintailah sewajarnya, karena belum tentu dia terbaik untuk kamu." "Perlakukan dia sebagaimana mestinya, jangan berlebihan akan suatu hal. Karena kenyamanan selalu melalaikan banyaknya hati manusia," ucap Mentari pada Violet.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD