2

1686 Words
Nania baru saja sampai di apartemennya. Sedari tadi otaknya tak pernah berhenti memikirkan ucapan dan tawaran Adrian yang sudah ia setujui. Selain itu, ia pun juga menimang-nimang tentang syarat yang dia berikan pada Adrian untuk disampaikan pada si Dave itu akan diterima atau tidak? Tapi dia sendiri tak yakin. Tak akan ada pria yang mau membayar dengan harga segila itu. Tapi pria itu kan dapat perawan, masa nggak mau. Flashback On "Aku setuju tapi dengan satu Syarat..!" Ucap Nania menawar kerjaannya. "Apaan? Belum mulai udah bersyarat Lo.." "Biarin. Yang dia dapatkan juga bakalan bagus kok. " "Hahahaha. Sialan Lo. Ya udah apa syaratnya?" "Syaratnya dia harus lunasin apartemen gue dan beri gue biaya hidup selama setahun penuh." “Eh buset.! Itu syarat apa ngerampok?” “Bodo’.. mau nggak?” tawar Nania. Sebenarnya yang butuh uang siapa sebenarnya di sini? Kenapa seolah-olah Nania lah yang banyak uang. “ Gue tanya Temen gue dulu deh! Mau apa nggak bosnya nerima tawaran Lo yang udah kayak rentenir..!" jawab Adrian. "Biarin. Perawan gue mahal ding.! Masih tersegel gue mah." "Oya? Bisa tuh gue coba!" "Bisa! Tapi Lo turutin syarat gue barusan." Adrian seketika bergidik ngeri.  Dapat uang dari mana dia buat nurutin syarat gila dari Nania. "Gila Lo!  Mending gue sama Karin tiap hari... " "Ya udah terserah Lo.. " Nania menghabiskan minuman yang tadi Adrian berikan padanya. Setelah dirasa tak ada keperluan lagi, Nania pun memutuskan untuk pulang  dan tinggal menunggu kabar dari Adrian. Flasback Off Esok harinya di kediaman Dave yang seperti rumah namun sebenarnya tempat itu adalah sebuah apartemen. lelaki itu baru saja selesai mandi saat Damian orang kepercayaan sekaligus sahabatnya mengabarkan bahwa ada seseorang yang sedang butuh pekerjaan dan dia menawarkan diri untuk Dave tiduri asalkan Dave mau menuruti beberapa syarat darinya. Awalnya Dave terkejut. Baru kali ini ada perempuan yang meminta syarat jika mau ia tiduri. Biasanya menyerah begitu saja dengan pesonanya. Namun ia juga dibuat penasaran, "Syarat?” Tanya Dave. Damian mengangguk, “Belum bertemu sudah minta syarat. Lagian bukan aku yang memintanya. Siapa dia?" tanya Dave dingin. "Namanya Nania, Dave. ini fotonya dan ini catatan syarat yang dia minta." Damian menyerahkan selembar foto dan secarik kertas pada Dave. Cukup lama Dave menatapnya dan juga membaca syarat yang sudah Nania catat sampai akhirnya Dave meminta Damian untuk mengundang Nania datang ke rumahnya. "Nanti malam bawa wanita itu ke sini dan langsung antar ke kamar tamu." perintah Dave. Damian mengangguk. Ia segera undur diri dan bermaksud menemui Adrian untuk ia proses lebih. Kita lihat saja. Apa yang akan kau berikan padaku sampai-sampai kau meminta syarat sebanyak ini.ucap Dave membatin.   *****   Seperti janji yang telah disepakati, Nania yang dijemput oleh Damian, langsung diantar oleh lelaki itu menuju kamar tamu sesuai perintah Dave. Saat gadis itu menginjakkan kakinya di tempat Dave, ia dibuat pusing dengan bangunan tersebut. Dalam benaknya selalu bertanya, ‘ini rumah atau apartemen?’ dikatakan rumah, sistem masuk ke dalam sama seperti apartemen, namun untuk desain, kenapa lebih mirip rumah? Sepertinya ia harus berhati-hati dengan bangunan ini. Nania melangkah masuk. Awalnya Nania kaget saat Adrian memberitahunya kalau Dave ingin bertemu dengannya dan menyetujui syarat yang dia ajukan pada pria itu.ia tak ingin mempercayainya, namun orang suruhan Dave datang menemuinya. Itu artinya apa yang Adrian katakan adalah benar. "Kau tunggu di sini! Sebentar lagi Tuan Dave akan datang." perintah Damian. Nania hanya mengangguk menjawab perintah tersebut. Sepeninggalan Damian, Nania memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar sambil melangkah mengikuti insting ketertarikannya. Kamar itu cukup luas untuk sekedar kamar tamu. Interior yang ditawarkan juga sangat lengkap dan menarik. Kalau dilihat dari besar dan mewahnya tempat ini, tak masalah sih jika kamar tamunya seperti ini. Kamar yang disugukan dengan warna putih mendekati krem itu cukup Memanjakan mata. Nania tersentak saat telinganya mendengar suara pintu terbuka. Ia segera memutar tuuhnya mengahadap pintu masuk. Namun setelahnya, Nania justru dibuat melongo tak percaya saat matanya menatap sosok lelaki yang bahkan kata tampan saja tak cukup untuk mendeskripsikannya. Lelaki itu sangat sangat dan sangat tampan. Dengan rahang yang tajam serta tatapannya yang nyaris menyerupai tatapan elang, Sangat tajam. Oh jangan lupakan tubuh atletisnya yang tercetak di baju santai berwarna hitam yang kini pria itu kenakan Membuat Nania tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Apa ini yang bernama Dave?, tanya Nania membatin sambil terus menatap wajah Dave. "Kau yang bernama Nania?" tanya Dave dingin membuat Nania tersadar dari lamunan erotisnya. "I—iya saya Nania Tuan..." kenapa dia mendadak gugup begini. Nania mencoba untuk fokus. "Hmmm. Ku dengan Kau meminta syarat? Apa bayaran dari syarat yang kau ajukan padaku?" masih dengan tatapan tajam Dave melanjutkan ucapannya. "Apa kau bisa memuaskanku di ranjang?" Glek! Nania kesusahan menelan ludahnya. Dia serasa sedang di intimidasi. Apa dia harus jujur kalau dia masih perawan? Kalau iya, apa nanti Dave akan melanjutkannya? Siapa tahu saja Dave langsung membatalkan semua. Bagaimana ini. Satu lagi. Memuaskan apanya? Ia justru tak punya pengalaman ranjang sama sekali. "Kau tak mau bicara rupanya? Baiklah! Jika kau diam, biar aku yang mencari tahu sendiri." Dave berjalan mendekati Nania membuat Nania seketika tertegun mematung. Pria itu meraih tangan Nania dan membawa gadis itu ke dalam dekapannya. "Aku akan mencari tahu sendiri..." ulangnya. Setelahnya Dave segera meraup bibir Nania melumatnya tanpa jeda. Nania melotot tak percaya dengan apa yang sedang Dave lakukan padanya. Ini ciuman pertamanya dan Dave mengambilnya dengan cara yang seperti ini. Sebenarnya Nania sudah siap untuk kehilangan semuanya hari ini. Namun jika dengan cara seperti ini dan tanpa kelembutan, Ia juga akan protes. Setidaknya untuk pertama ini, berikan dirinya kelembutan dan bukan kekasaran seperti yang terjadi saat ini. Nania tak bisa membalas, gadis itu hanya diam dengan kedua tangannya yang terkepal karena saking gugupnya, karena memang Nania tak pernah ciuman sebelumnya.  Dave mengeram saat tak ada balasan sedikitpun dari perempuan di depannya ini. Dengan kesal Dave melepaskan ciumannya dan menatap Nania tajam. "Kau tak membalas ciumanku?" ucap Dave tajam. "Ma—maaf tuan—saya.... " "Buka mulutmu!" lagi-lagi Nania melongo tak percaya. Apalagi ini? Setelah ciuman pertamanya diambil, lelaki di depannya ini juga sangat pemaksa. Nania mencoba menurut. Gadis itu membuka mulutnya perlahan. "Lebih besar!" perintah Dave lagi. "Lebih besar lagi!" Dave mulai geram. "Aagghhh. Sebenarnya kau ini siapa? Wanita macam apa yang Damian kirimkan padaku..!" geram Dave sembari mengumpat kasar. “Disaat tubuhku ON. Kau justru tak berbuat apapun?. Lelaki itu segera meraih ponselnya dan tak berapa lama suara bentakannya seketika menggelegar membuat Nania mendadak merasa ciut. "Wanita macam apa yang kau tawarkan padaku!" bentak Dave dari ponselnya. "......" raut wajah Dave seketika berubah. Berubah menjadi dingin dengan senyum iblisnya. Ternyata karena alasan ini kau memberikan semua syarat gila tersebut? Tanya Dave dalam hatinya. Panggilan telpon itupun diputus secara sepihak oleh Dave. Setelah panggilan tersebut terputus, Dave langsung menatap Nania tajam penuh selidik. Ia yang awalnya menjauhi Nania kembali melangkah mendekati gadis tersebut.  "Apa tubuhmu masih perawan?" Nania seketika tercenung menatap horor Dave. Dave bukan lelaki bodoh yang tak bisa membaca ekspresi. Dia paham dengan ekspresi yang Nania muncul kan saat ini. jantung Nania berdegup begitu kencang. Ia tak menyangka Dave bisa menebak dirinya. Haa! Jadi ini yang dimaksud Damian hal yang spesial itu. Kita lihat saja, sampai mana kau akan bertahan dengan kediamanmu. Dave menyeringai membuat Nania yang sudah ketakutan melangkahkan kakinya mundur. “Jadi karena kau masih perwan ternyata, syarat gila itu muncul..” ucap Dave semakin dingin. "Tu—tuan..." ucapnya takut. Sedangkan Dave semakin ingin mengerjai gadis dihadapannya ini. Dave melangkah pelan sembari menatap Nania tajam dan 'menggoda?. "Tuan saya...." Nania sudah terdesak. Gadis itu tak bisa kemana-mana lagi karena langkahnya sudah dihentikan oleh dinding kamar tersebut. Tapi Dave? Dave masih saja terus mendekat sampai jaraknya yang hanya tinggal sejengkal dari Nania. "Kenapa kau mundur?" "Tu—tuan itu..." "Aku tanya padamu lagi. Kau, masih perawan?" Kali ini Nania dibuat mati kutu. Tak bisa lakukan apa-apa lagi selain mengangguk pasrah. "Maaf kan saya tuan, tapi saya butuh uang. Saya..." "Cih! Alasan kalian selalu sama. Butuh uang. Berapa banyak uang yang kau butuhkan sampai kau rela menjual keperawanan padaku?" GLEK! Nania sungguh dibuat terdiam seribu bahasa oleh Dave. Benar juga,  sepertinya dia akan dianggap gila oleh Dave. "Kau tahu? Aku, tak bermain dengan perawan...." "Tapi tuan, Saya butuh uang.! Saya..." "Kau bisa cari pria yang bisa membeli keperawananmu.!" "Tapi tuan Dave, ini..." Nia terdiam seketika. Ia seperti baru saja melakukan sebuah kesalahan bodoh. Kenapa ia bisa menyebut nama Dave. "Waah!, jadi kau sudah tahu siapa namanku?" sepertinya ini akan semakin menarik. "Ma—Maaf Tuan!" Nania tertunduk. Gadis itu tak berani menatap mata elang Dave yang tampak seperti ingin memakannya. "Apa ciuman tadi juga ciuman pertamamu?" tanya Dave membuat Nania semakin tertunduk. Dave yang gemas melarikan jemarinya pada dagu Nania dan menengadahkan kepala gadis tersebut untuk menatap ke arahnya. Dave tak berkata apa-apa lagi, tapi tatapan lelaki itu seolah meminta Nania untuk menjawab pertanyaannya. "Maafkan saya tuan.." jawaban singkat dari Nania ternyata mampu membuat Dave melongo. Waaaww. Apa sekarang hari jackpot sedunia? Dan dia pemenangnya? "Kau ingin menjadikanku sebagai pria yang mengambil semua yang ada pada dirimu? Aku sudah mengambil ciumanmu. Apa sekarang keperawanan juga?" tanya Dave tajam dan tak terbantahkan. "Ma..." "JANGAN MAAF TERUS YANG BISA KAU UCAPKAN!!!" bentak Dave. Nania menjerit tertahan karena ketakutan. Lagi-lagi hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan. "Baiklah. Kau mau uang? Aku berikan uangmu dan sebagai gantinya, puaskan aku sekarang juga. Jika aku tak puas, jangan harap kau bisa terima uangmu! bahkan sepersenpun,  kau paham?" Nania tertunduk sebelum akhirnya mengangguk. Gila! Ini hal gila yang Nia lakukan. Menyetujui permintaan gila. Tapi dia membutuhkan uang pria didepannya ini. Sepertinya tugas gadis itu sangat berat sekarang. Apalagi dia tak berpengalaman dengan hal ini. Dia hanya pernah melihat caranya di film-film panas yang sering ia tonton. Semua yang ia tahu tentang memuaskan seorang pria hanya pernah ia lihat dalam film-film panas yang bertebaran di dunia maya. Namun jika untuk mempraktekkannya langsung, Nia sungguh Nol besar. Lagi-lagi Nania hanya mampu menelan ludahnya susah payah. Apa setelah ini dia akan baik-baik saja? Entahlah. Yang jelas sekarang tugasnya membuat 'boss' nya ini puas dan dia mendapatkan uangnya. Boss? Dave sangat pemaksa, karena itu Nania memanggilnya Boss.. Boss Dave.  Haaaahhh. Tamatlah  riwayatmu Nania.        ***** BERSAMBUNG!!     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD