Bagian 1

1070 Words
Tubuh Felly mengeliat saat merasakan sebuah sentuhan lembut pada tubuhnya, bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat agar tidak mengeluarkan desahan erotisnya. Lengguhan demi lengguhan sudah berhasil keluar dari mulutnya, sebuah sentuhan di beberapa bagian tubuh sensitive-nya benar-benar membuatnya gila. Ia ingin lebih dari sentuhan, namun sebuah kepuasan. Kelopak matanya yang awalnya menutup akhirnya ia buka, ia mengamati setiap inci dari kamarnya. Tidak ada siapapun selain dirinya dan suaminya yang masih terlelap di sampingnya. Sentuhan itu, siapa yang melakukannya? Di tolehnya Gavin sang suami yang masih terlelap, apa Gavin yang melakukannya? "Gak mungkin," gumam Felly dengan sangat pelan, ia sangat yakin bahwa suaminya bukanlah yang melakukan sentuhan itu pada tubuhnya. Ia sekarang merasa gila karena sentuhan itu, ia tau itu semua hanya sebuah mimpi atau khayalannya. Ia merasa seperti seorang jalang yang haus akan sentuhan. Maklum saja, ia adalah wanita dewasa berusia matang, 25 tahun. Felly melirik ke arah nakas, jam sudah menunjukan pukul 06:00 WIB, itu artinya ia harus segera bangun melakukan rutinitasnya setiap pagi. Rutinitas yang biasa dan sangat membosankan. Hanya membersihkan diri lalu memasak untuk sarapan pagi. Hanya satu porsi makanan saja yang selalu berada di atas meja makan, dan itu untuk dirinya sendiri. Gavin lebih suka sarapan di luar dari pada memakan masakan istrinya. Pernikahan antara Gavin dan Felly memang berbeda dengan pernikahan yang lainnya. Berawal dari sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ke dua orang tua mereka dan berakhir di pelaminan. Kehidupan rumah tangga Felly dan Gavin sudah berjalan selama dua tahun, dan selama itu juga ke duanya berlaku seperti orang tidak saling mengenal setiap harinya. Tidak ada hubungan suami istri, kasih sayang dan juga tidak ada cinta. Cinta? Ada cinta dalam diri Felly sejak pertama kali bertemu dengan Gavin, tapi melihat Gavin yang bersikap acuh padanya membuat Felly menyembunyikan cintanya dari sang suami. Bagi Felly melihat Gavin setiap hari ia sudah merasa senang, walaupun kenyataannya ia menginginkan lebih dari sekedar melihat. Ia membutuhkan cinta Gavin, kasih sayangnya dan juga sentuhannya. Felly menghela nafasnya dengan berat, selalu saja tidak ada yang istimewa setiap pagi. Jujur saja, ia menginginkan kehidupan rumah tangganya sama dengan rumah tangga orang lain. Bahagia dan juga lengkap. Felly bangkit dari ranjang dan memulai aktivitas paginya yang terasa sangat monoton dan juga membosankan. Ia membersihkan diri lantas membuat sarapan pagi untuk dirinya sendiri. Gadis yang telah menginjak usia 25 tahun itu duduk di kursi yang selalu ia duduki setiap pagi saat sarapan, di depannya sudah ada sepiring nasi goreng dan juga segelas s**u hangat favoritnya. Ia makan dengan lahap dan juga santai. Hingga akhirnya ia menghentikan kunyahannya pada makanan saat melihat suami tampannya turun dari lantai dua sembari membawa tas kantor yang selalu ia jinjing. Sangat tampan, Felly mengakui bahwa Gavin memang tampan, hanya saja sikap dingin pria itu selalu membuatnya jengkel. Gavin berlalu begitu saja, tanpa berpamitan pada Felly atau hanya sekedar meminum segelas air putih. Setiap hari begitulah kehidupan rumah tangga mereka berjalan, tidak ada sapaan selamat pagi, tidak ada pelukan hangat dan juga tidak sebuah kecupan manis seperti yang di lakukan pasangan suami istri lainnya. Felly melempar sendok yang berada di tangannya, ia sudah lelah dengan pernikahan yang berjalan seperti ini. Tidak ada kemajuan sama sekali walaupun sudah berjalan selama dua tahun. Perlahan Felly bangkit dari duduknya lalu menyambar tas jinjing miliknya di atas meja, ia harus pergi ke cafe miliknya sekarang. Walaupun di sana ia tidak melakukan apapun, hanya duduk dan melamun. Gavin berjalan dengan cepat di koridor kantornya, beberapa orang menyambutnya dengan ramah dengan cara menyapa atau hanya menundukkan kepalanya dengan hormat. Namun reaksi pria berusia 27 tahun itu tetap sama, dingin tak tersentuh. Gavin memang memiliki sikap yang cuek dan dingin, itu berlaku untuk siapa saja terkecuali dua orang. Yakni sang Ibu dan juga seseorang yang pernah datang di masa lalunya. Masa lalu yang membuatnya menjadi seperti ini, merasakan rasa sakit yang mendalam di hatinya. "Selamat pagi pak," sapa Nadin dengan ramah, gadis berusia 24 tahun yang bekerja sebagai sekertarisnya itu benar-benar menambah mood tidak baik dalam dirinya. Setiap hari netranya harus di sungguhkan dengan pemandangan tubuh Nadin yang kelewat sexy. Ia pria normal, maklum jika ia sedikit tergoda. Namun hanya sedikit, ia lebih banyak menatap Nadin dengan tatapan jijik. Bagaimana bisa seorang wanita berpakaian sangat minim di depan umum, apa tidak punya malu? Felly yang berstatus istrinya saja tidak pernah berpakaian sexy di depannya. Nadin sangat memalukan. "Bulan ini aku akan menaikan gajimu, gunakan itu itu untuk membeli pakaian yang lebih tertutup, aku muak melihat tubuhmu yang terekspose," tegasnya dengan datar. Gavin memang seperti itu orangnya, berkata sesuka hati dan tidak memperdulikan perasaan orang lain yang mendengar perkataan pedasnya. "Baik pak. Tapi asal bapak tau saja, pakaian yang seperti ini sedang nge-tren," bantah Nadin dengan beraninya, Gavin meraih gelas berisi kopi s**u hangat kesukaannya dari atas meja, cleaning service sudah menyediakan untuknya setiap pagi. "Ngetren di kalangan para jalang maksudmu?" sinisnya dengan tajam lalu menyesap kopi s**u hangat tanpa sedikitpin melirik ke arah Nadin. Nadin menatap kesal ke arah Gavin, bos tercintanya itu benar-benar tidak bisa di rayu sama sekali. Setahun sudah ia bekerja sebagai sekertarisnya, dan setiap hari ia selalu memakai pakaian minim untuk menggoda Gavin. Namun setiap harinya sama, Gavin sama sekali tidak tergoda dengan tubuh langsing dan semok yang ia miliki. "Pukul dua belas siang nanti akan ada acara makan siang bersama dengan klien kita Bapak Joko di cafe Fun and Lovely," jelas Nadin, Gavin hanya mengangguk mengerti dan memulai pekerjaannya berkutat dengan komputer dan berkas. "Saya permisi pak," pamit Nadin yang di hiraukan oleh Gavin. Sedangkan Nadin, gadis itu berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya dengan kesal. "Dasar ice boss," cibirnya dengan pelan lantas menutup pintu ruangan Gavin dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara. Gavin meletakkan cangkir berisi kopi s**u favoritnya, netra elangnya menatap intens ke arah layar laptop miliknya dengan kosong. Dirinya tidak berfokus pada pekerjaan, namun dirinya sedang memikirkan istrinya. Cafe Fun and Lovely adalah cafe milik Felly. Semua orang yang berada di kantor sama sekali tidak tau bahwa dirinya sudah menikah, yang mereka tau dirinya hanyalah bos yang tegas, dingin dan juga single. Ia tidak bermaksud untuk menyembunyikan pernikahannya, namun ini semua karena neneknya, neneknya yang bernama Halima sangat tidak menyukai dan tidak merestui pernikahannya dengan Felly. Padahal ke dua orang tuanya sangat menyukai gadis itu, mereka menikah secara diam-diam dan hanya di ketahui oleh pihak keluarga dekat dan para sahabat dekat mereka saja. Sedangkan Halima tidak di beritahu mengenai pernikahan ini dengan alasan kesehatan wanita tua itu. Tbc See you there!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD