Felly duduk termenung di salah satu bangku pelanggan, bangku yang setiap hari menjadi saksi bisu kegalauannya. Ia lelah menjalani hidup seperti ini, ia ingin bahagia seperti wanita lainnya. Di cintai suami dan juga di perhatikan, namun sepertinya Gavin tidak bisa membuatnya bahagia. Apa yang harus ia lakukan? Mempertahankan cinta yang tak terbalaskan? Atau mengakhirinya dan mencari kebahagiaan lain? Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan, ia seperti seorang wanita lemah dan juga putus asa, semoga saja ia tidak gila jika terlalu lama merasakan kegalauan ini.
"Apa kamu tidak punya mata?" sebuah suara dengan nada tinggi masuk ke dalam liang pendengaran Felly, gadis itu menolehkan kepalanya ke arah seorang wanita yang tengah sibuk membersihkan dress merah jambu yang ia kenakan dari tumpahan jus jeruk yang tidak sengaja di tumpahkan oleh salah satu pelayan cafenya.
"Maaf Mbak, saya gak sengaja." ucap sang pelayan itu dengan lembut, ia merasa bersalah.
"Kamu pikir dengan minta maaf dress mahal saya bakal balik lagi jadi bersih?" sinis wanita cantik dengan pakaian serba mahal dan juga berkelas. "Panggil manager kamu, saya mau ngomong sama dia." sambungnya dengan nada perintah. Pelayan pria yang tadi menumpahkan minuman kepada wanita kaya itu melirik sekilas ke arah Felly yang duduk di bangku tak jauh dari dirinya dan langsung menghampiri bos pemilik Cafe tempat ia bekerja ini.
"Ada yang ingin bertemu. Aku sungguh tidak sengaja, maafkan aku Nyonya." jelas pelayan pria itu saat sudah berada tepat di hadapan Felly yang sepertinya nampak tak peduli dengan kejadian itu.
"Aku pemilik cafe ini, bukan manager. Panggil Alice saja." titahnya dengan dingin, setelah itu ia langsung mengalihkan padangan matanya ke arah lain, tepatnya ke arah jendela kaca di depannya yang menunjukkan kondisi cuaca buruk hari ini. Langit menggelap, rintik gerimis mulai turun membasahi tanah yang kering. Pelayan bername tag Nanda langsung pergi dari hadapan Felly, berjalan menuju ke arah dapur untuk mencari seseorang bernama Alice. Selang 5 menit, Nanda keluar dengan membawa seorang koki wanita dengan celemek putih dan memakai topi chef. Wanita itu bernama Alice, sahabat Felly yang bekerja sebagai seorang koki di cafe Fun and Lovely sekaligus yang mengurusi semua kebutuhan dan keperluan cafe milik sahabatnya ini.
Nampak Alice tengah berbincang dengan wanita kaya yang dress mahalnya di tumpahi oleh segelas jus jeruk oleh salah satu pelayannya, setelah meminta maaf atas keteledoran pelayannya, akhirnya masalah selesai. Dengan kesal Alice berjalan ke arah Felly lantas duduk tepat di samping wanita itu.
"Sampai kapan lo bakal kayak gini?" suara Alica masuk ke dalam liang pendengarannya, membuat Felly yang tadinya melamun tersentak kaget dan langsung menoleh ke arahnya.
"Sampai Gavin suka sama aku," sahut Felly dengan lirih, Alice menghembuskan nafasnya dengan kasar lantas menatap ke arah sahabatnya yang nampak seperti orang yang tengah putus asa dengan tatapan tajam menusuk mata Felly.
"Emangnya kalo lo kayak gini terus, Gavin bakal suka sama lo?" tanya Alice, Felly diam tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya terdengar helaan nafas kasar yang keluar dari hidung dan mulutnya. "Seharusnya lo jangan kayak gini, lo usaha dong buat dapetin hatinya si Gavin! Bukannya bengong tiap hari, kalo sampe lo stress terus gila gimana? Emangnya lo pikir Gavin mau sama cewek stress? Lo yang sekarang masih cantik dan waras aja dia gak mau, gimana kalo lo udah gila? Bisa-bisa lo di buang sama Gavin!" cerocosnya panjang lebar.
"Jangan bikin aku tambah sedih dong!" gerutu Felly dengan kesal, bibirnya ia manyunkan beberapa centi untuk mengutarakan bentuk kekesalannya.
"Terus harus gimana lagi? Lo itu harus usaha buat dapetin hatinya Gavin. Lakuin apa gitu, masakin buat dia." nasehat Alice merasa bosan dengan sikap Felly yang terus-terusan melamun seperti orang gila karena Gavin. Alice memang tau semua mengenai permasalahan rumag tangga mereka, Felly sering bercerita dengan dirinya untuk meringankan beban pikiran yang harus ia tanggung sendirian.
"Udah pernah, tapi dia gak mau. Ngelirik aja enggak!" sahut Felly dengan ketus. Ia masih ingat betul bagaimana ia dengan repotnya memasak untuk Gavin dari jam 5 pagi sampai jam 6 pagi untuk membuatkan suami tercintanya itu sarapan. Namun apa yang ia dapatkan? Yang ia dapatkan hanya sebuah penyesalan dan juga kekecewaan. Jangankan memakan masakannya atau mengucapkan terima kasih, pria dingin itu bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah makanan yang ia buat dan berlalu begitu saja.
"Kalau begitu, puaskan dia di ranjang!" seru Alice yang membuat Felky mendelik ke arahnya. "Apa? Gue salah ngomong?" tanya Alice tidak terima dengan tatapan tajam dari Felly. "Gini ya Fel, mungki Gavin gak pernah ngelirik lo itu karena lo nya gak menarik di matanya. Tiap hari lo pake celana jeans panjang, sekali-kali kalo lo di rumah pake celana pendek atau bikini, biar Gavin ngiler liat body lo yang semok itu. Terus dia jatuh cinta sama lo!" sambungnya dengan yakin.
"Gavin bukan type cowok yang mata keranjang!" sangkal Felly dengan tegas, ia sangat yakin bahwa suaminya itu bukan termasuk pria yang memiliki sifat seperti itu. Walaupun Gavin dingin, tapi pria itu tidak pernah memandang tubuh wanita mana saja dengan jelalatan.
"Alah, cowok mah di mana aja sama. Tuh buktinya si Gavin sama cabe-cabean lagi makan bareng!" balas Alice sembari memberi isyarat pada Felly dengan gerakan mata, Felly yag sudah mengerti dengan kode yang di berikan Alice lantas menolehkan kepalanya ke arah pria tampan yang tengah menatapnya dengan dingin di seberang tempat duduknya. Itu Gavin, sedang menikmati kopi s**u hangat dengan di temani oleh seorang gadis cantik dengan pakaian minim yang memperlihatkan lekukan buah dadanya yang besar dan juga kakinya yang jenjang.
"Siapa dia?" gumam Felly saat menatap ke arah wanita cantik dan sexy yang duduk berdampingan dengan Gavin.
"Siapa lagi kalo bukan cabe-cabean yang di pungut sama laki lo dari pinggir jalan!" jawab Alice dengan pedas. Hati Felly terasa teriris mendengar kalimat Alice barusan, ia tidak menyangka bahwa suami yang sangat amat ia percaya tidak akan melirik wanita lain di luar sana ternyata pria mata keranjang yang memilih wanita sexy di bandingkan dengan dirinya yang memiliki status istri sahnya.
Mata Felly berkaca-kaca menatap ke arah Gavin yang juga tengah menatapnya dengan dingin. Pria itu benar-benar tidak memiliki eskpresi sama sekali, membuat Felly makin merasakan sakit hati. Apa suaminya sekarang tengah berselingkuh dengan wanita lain? Di depannya langsung? Gavin sangat keterlaluan!