Bab 2

1109 Words
“Iya, kita harus tenang terlebih dulu dan jangan sampai dia merasa terganggu, biarkan diri sendiri yang kepanasan melihat kita berdua.” Ucap Benito sambil mendekap tubuh Anggita. Anggita memeluk tubuh Benito dan mereka sudah merasa tidak ada yang bisa di lakukan lagi, Benito mencium bibir Anggita dengan nikmat tidak ada yang bisa di lakukan lagi sampai dua tidak tahu harus melakukan, “Aku rindu...” Ucap Benito. “Aku juga, tapi aku tidak mau melakukannya dan hanya membuat kau lelah dan tidak kuat menahannya.” Ucap Benito yang merasakan ketakutan sendiri. “Kau ini... iya sudah baiklah aku akan selalu mengikuti anjuran dokter kepadaku saat ini, aku takut akan terjadi apa-apa padaku jika sudah kembali pulih apa salahnya aku bermanja kepadamu ‘kan? Hehe...” Ucap Anggita kepada Benito sambil tertawa lepas. “Sudah berani kau menggoda aku yang dari tadi selalu saja begitu, kalau kau tidak hamil, aku akan melakukan apa yang kau inginkan malam ini. Ucap Benito sambil mengelus perutnya yang semakin membuncit. Beberapa hari kemudian mereka tidak ada lagi merasa kedatangan teror atau sejenisnya, mereka harap semuanya bisa saja berubah di saat mereka bertiga harus berlapang d**a menghadapinya. Sejauh ini pun tidak ada yang bisa mengalahkan Armand dalam penyelidikan yang telah di buat dia. “Armand aku akan menyerahkan semuanya kepadamu, keamanan bisa kau kendalikan sejak dulu nya, sekarang keluargaku sedang tidak aman.” Ucap Adorjan kepadanya. “Oke, serahkan kepada aku, semua akan aku kendalikan demi mendapatkan yang terbaik untuk menjalankan kehidupan yang berarti lagi.” Ucap Armand. Suatu saat nanti semuanya akan berjalan dengan semuanya berjalannya waktu, tidak ada yang bisa di kendalikan lagi jika dia terus saja datang untuk menjebak kehidupan kita selama ini tidak ada satu pun yang untuk mereka lakukan demi mendapatkan kebahagiaan yang sekarang. “Clarissa harus tetap berada di rumah jangan sampai membuat orang di rumah ini akan sakit menjalaninya. Tidak ada satu pun yang bisa mereka lakukan jika suatu saat nanti dia akan mengganggu kita lagi” Ucap Auristella kepada Clarissa yang duduk sambil menundukkan kepalanya dan akhirnya mereka semua bisa melakukan yang terbaik untuk itu. Di Apartemen Ramora dia selalu mencari tahu bagaimana cara untuk menjalani semuanya yang harus di hadapannya. Tidak sengaja Tuhan memberikan semuanya tidak pernah berpikir kalau dia melakukan semuanya demi menghadapi kehidupan sehari-harinya. “Sial semenjak aku mengetahui kalau aku menjadi buronan tapi aku tidak tahu cara mencari kehidupanku lagi, karena mereka aku tidak bisa menjalani dengan tentram.” Ucap Ramora yang sangat pusing memikirkannya. Ramora selalu menghindari banyak orang yang tidak ingin menjadikan diri ini seperti orang yang tidak nyaman mau melakukan apa pun itu, tiba-tiba dia mengatakan kepada semua orang lain kalau dia menjalani semuanya berjalan dengan tenang. Malam yang indah itu Clarissa yang sedang ingin bersama-sama terus menghadapi semuanya berjalan dengan lancar ini, lalu dia berkata dengan tenang kepada Alban dan dia berkata “Alban... aku menginginkannya.” Alban langsung membulatkan matanya dan dia berkata dengan tenang, “Maksudnya apa?” “Hm... pura-pura tidak mau, iya sudahlah... aku mau tidur saja, nyebelin ah...” Ucap Clarissa yang sudah merasa kesal. “Hahaha... kau ini baru saja aku goda sudah ngambek begitu, sini aku mau peluk.” Ucap Alban. “Hahhaa... baru saja aku lihat kau begitu takut...” Akhirnya mereka berdua melakukannya dengan tenang sejauh ini tidak ada yang bisa di katakan lagi. Alban langsung memeluk tubuh Clarissa dengan erat dan meremat buah d**a dengan lembut, begitu pasrah wajah Clarissa saat tangan Alban menjalar ke seluruh tubuhnya dan mereka tidak tahu harus bagaimana lagi dan Clarissa perasaan yang bergejolak dan dia berkata “Kau ini sangat menggairahkan saja.” Lalu dia meraih batangan Alban dan di mainkannya sampai Alban mendesah begitu sangat kuat tidak sengaja dia melakukan hal yang merasa tidak ada yang bisa di lakukan lagi. “Ahhgg... Ehmm... Clarissa... kau memang tidak pernah berpikir untuk mengecewakan aku masalah ranjang ini, tidak sama sekali aku merasa diri ini terus saja ingin bersamamu.” Clarissa yang terus saja melakukannya dan akhirnya Alban mulai menggesekkan tangannya ke ujung area sensitif milik Clarissa membuat dia semakin mengila saja tetapi tidak ada yang bisa di lakukan lagi selain membalas dengan rematan kepada rambutnya. “Alban... berhentilah membuat aku seperti ini.” Ucap Clarissa yang sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, wajah yang pasrah itu terlihat sangat jelas. Alban memasangkan senyuman yang sangat licik dia merasa bisa menguasai Clarissa istrinya yang sudah sangat pasrah ini. “Ikuti saja aku, kau pasti sangat menikmatinya. Aku sangat menginginkan kau saat ini.” Ucap Alban yang semakin bergetar menahan ingin melakukannya. Akhirnya batangan itu masuk ke dalam lubang kenikmatan yang di milikinya dan dia langsung mendesah dengan kuat dan membuat Alban semakin menggila tidak butuh waktu lama mereka berdua saling menumpahkan cairan kental itu bersama-sama dan teriakkan itu terdengar sangat kuat begitu menggelegar. “Ahg... aku sangat lelah...”Ucap Alban yang sudah atuh di peluk kan Clarissa dan juga Clarissa yang wajahnya sudah memerah dan tidak berdaya lagi, keringat yang mengalir begitu deras membuat dia semakin tidak berdaya lagi. “Sayang... Ehm... aku sudah merasa lemas.” Ucap Clarissa. “Iya tetapi kau sangat menikmatinya ‘kan?” Tanya Alban yang lucu melihat tingkah istrinya yang sangat tidak tahu harus bagaimana lagi. Senyuman Clarissa sangat telihat jelas dan dia berkata “Berhenti menggoda aku Alban... kita tidur saja jangan kau berpikir besok kau akan bekerja jadi jangan membangkang aku harus bagaimana nya.” “Baiklah istriku sekarang aku akan tidur, asal kau mengizinkan aku tidur untuk memeluk kau Clarissa.” Ucap Alban sambil menggoda istriny. “Iya, peluk saja aku tidak pernah marah apa yang mau kau lakukan kepadaku saat ini yang penting kau masih menganggap akau ada.” “Kau ini, aku selalu menganggap aku ada jadi jangan khawatir kalau aku akan terus bersamamu sampai kapan pun itu. “Terima kasih sudah mau melihat aku, memeperhatikan aku, dan menyayangi aku selamanya.” Ucap Clarissa kepada Alban. “Iya sayang, mau bagaimana pun kau akan tetap ada.” Ucap Alban kepadanya. Setelah perbincangan mereka berdua tertidur pulas dan saling berpeluk kan berdua. Keesokkan paginya Alban yang terbangun sudah melihat Clarissa sudah tidak ada di dalam kamarnya lagi entah dimana dia di panggil dar tadi, Alban sangat cemas dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi kepada semua orang yang ada di dalam rumah, saat Alban yang sedang mencari tahu di dalam kamar mandi ternyata Clarissa sedang terbaring dan tidak sadarkan diri di lantai yang basah, Alban yang terkejut langsung membulatkan matanya dan dia menggendong lalu membawany langsung ke rumah sakit dan dia merasa akhir-akhir ini istrinya selalu begitu dan akhirnya dia panasaran. Armand yang pertama kali melihatnya langsung terkejut dan ikut membantunya menuju rumah sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD