PART 1

1151 Words
"Mau sampai kapan kamu seperti ini Pesona?" tanya seorang guru pada Pesona. Pesona hanya diam memasang wajah datarnya, dia sama sekali tidak ingin berkomentar apapun mendengar keluhan dari gurunya itu. Saat ini dia tengah berada di ruang guru karena terlambat berangkat sekolah. "Sungguh menyebalkan!" Pikirnya. "Huh... Sudahlah! Kamu kembali ke kelas saja sana, tidak ada gunanya berbicara denganmu karena kamu tidak pernah mendengarkannya." Ucap guru itu seperti lelah menghadapi perilaku Pesona. Pesona hanya menundukan kepalanya sedikit lalu segera pergi dari tempat itu. Dia menghembuskan nafasnya setelah melewati pintu keluar, keluar masuk ruang guru adalah kegiatan rutinnya hampir setiap pagi. Bagaimana dia tidak mau terlambat? Setiap pagi dia juga harus membantu ibu panti untuk mengurus anak-anak yang ada disana. Apakah kalian berpikir bahwa Pesona adalah anak dari keluarga mampu maka dari itu dia bersikap bebas seperi itu? Tidak! Dia adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal disebuah panti asuhan "Welas Asih" dan di panti itu diurus oleh Bu Rianti. Sejak kecil, Pesona sudah tinggal disana bahkan sejak dia masih bayi. Ibu Rianti juga yang memberikan dia nama yaitu Pesona Ayu Nindyanti, bukannya tidak mempunyai asal-usul akan tetapi ibu kandung Pesona meninggal dunia setelah melahirkannya. Bu Rianti adalah mantan perawat rumah sakit yang membantu ibu kandung Pesona melahirkan. Dia merasa kasihan pada Pesona, akhirnya dia merawat anak itu bahkan dia keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja lalu membangun sebuah panti asuhan. Tok..tok... Pesona mengetuk pintu kelasnya sebelum masuk, guru yang mendengarnya langsung menengok ke arah pintu tempat Pesona berdiri. "Cepat duduk! Kenapa kamu selalu terlambat Pesona? Apa kamu tidak memiliki jam di rumah?" Pesona tidak mengindahkan pertanyaan gurunya itu dan memilih untuk duduk di bangkunya. Dia meletakan tasnya dan mengeluarkan buku pelajaran, semua anak menatap Pesona malas. Bagi mereka, pesona seperti sosok hantu yang tidak pernah terlihat kalau tidak memiliki kemampuan khusus seperti indra keenam. Waktu istirahat, Pesona sama sekali tidak tertarik untuk pergi ke kantin. Dia lebih memutuskan untuk mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya yang letih karena harus bekerja sambilan dan juga merawat anak panti bersama bu Rianti. Tok..Tok.. Meja milik Pesona diketuk oleh salah satu siswi yang sekelas dengannya. Pesona mengangkat kepalanya malas, dia benci diganggu! "Heh putri tidur! Lo bawa duit kan? Beliin makanan gue dong sama temen gue!" Pesona hanya menatap siswi itu datar, dia tidakhabis pikir, gadis secantik dia kenapa harus mempunyai sikap perilaku yang sangat buruk? Sungguh, dia seperti buah yang terlihat menggiurkan diluar tapi busuk didalam. "Lo punya kuping ga sih?! Diana bilang beliin kita makanan, sana pergi!"bentak salah satu dari mereka sambil mendorong pundak Pesona. Diana Saraswati! Dia bagaikan malaikat berhati iblis yang terdapat di sekolah ini. Setiap hari dia selalu mencari anak baru yang dijadikan korbannya dan sekarang adalah giliran Pesona, s**l sekali. Pesona tidak menyukai situasinya saat ini, dia tidak takut sama sekali justru dia meletakan kembali kepalanya diatas meja. "Nih cewe emang ga bisa dibilangin baik-baik yah!" bentak Kesha siswi yang tadi mencorong pundak Pesona. "Lo bisu? Tuli? Apa sih yang diajarin sama panti asuhan itu sampai lo jadi cewe yang kaya gini? Gue bingung deh, kenapa tuh panti mau menerima anak haram coba? Gue yakin, dia ini anak haram!" Pesona menggigit bibir bawahnya mendengar perkataan Diana. "Gue jadi penasaran sama orang yang ngurus panti disana sampai punya anak asuh yang bobroknya kaya gini! Dia pasti ga becus ngurus anak panti, buktinya yang disini aja kaya gini apalagi yang lain? Kayanya sih ga berpendidikn deh tuh or..." Brak! Pesona berdiri dari duduknya dan matanya melotot ke arah Diana, dia benar-benar marah saat mendengar bu Rianti dijelek-jelekan oleh mulut Diana. Dia memegang kerah baju Diana dengan sedikit dorongan. "Sekali lagi mulut lo ngomong hal ga penting kaya tadi, gue sumpel pake kaos kaki gue! mau lo hah?!" bentak Pesona. Kesha membantu Diana untuk melepaskan tangan Pesona namun tidak berhasil. Kemarahan Pesona sudah menambah tenaganya sehingga sulit untuk melawannya kalau sedang marah. "Le..lepas b******k!" ucap Diana. "Lo yang b******k!" bentak Pesona. Teman sekelasnya mulai khawatir melihat kemarahan Pesona, mereka maju dan membantu Diana terlepas dari cengkraman Pesona. Tangan Pesona terlepas karena terpaksa, dadanya naik turun dengan nafas yang memburu karena amarahnya. Dia langsung keluar kelas meninggalkan keramaian di kelas yang mulai menghujatnya seakan dia yang salah disini. Pesona memasuki ruang perpustakaan, disana tempat satu-satunya dia bisa meredakan amarahnya karena tempat itu sangat sepi dan tidak terlalu ramai. Dia pergi kesudut perpustakaan dan duduk dilantainya yang dingin. Dia menyandarkan kepalanya ke tembok, pusing yang melandanya karena harus berurusan dengan seorang Diana Saraswati. Sedang asik memulai tidurnya, tiba-tiba kepalanya seperti tertimpuk sesuatu yang berat dan membuatnya meringis kesakitan. "Aww!" teriak Pesona "Maaf, aku ga sengaja! Sakit yah?" tanyanya "Pake tanya lagi, sakitlah!" katan Pesona memegang kepalanya. "Suruh siapa tidur di perpustakaan! Aku susah ambil buku itu makanya jatuh kena kepala kamu." "Emang masalah kalo gue mau tidur di perpustakaan?! Dikira ini perpustakaan nenek moyang lo apa?! Udahlah minggir! Bikin kesel gue aja lo! mau tidur aja sussah." Bentak Pesona dan melangkah pergi meninggalkan perpustakaan. Lelaki itu hanya terbengong melihat kepergian Pesona, dia tersenyum kecil mengingat wajah lucu Pesona saat sedang tertidur. Mulutnya yang terbuka dan juga hidungnya yang kembang kempis membuatnya menjadi ingin tertawa. Lelaki itu mendekati penjaga perpustakaan yang ada dipintu masuk, dia berencana ingin menanyakan tentang gadis tadi. "Bu, saya mau tanya boleh?" "Ya ampun! Boleh dong Ganendra, memang apa yang mau kamu tanyakan sama ibu?" tanya wanita itu. Ganendra Fasana Divaldi, lelaki berperawakan tinggi, putih, dan tampan. Lelaki itu sering sekali datang ke perpustakaan untuk membaca, baik buku pelajaran ataupun novel. Dia juga memakai kacamata yang justru membuatnya terlihat sangat menggemaskan dan gagah. "Emm itu loh bu, cewe tadi itu loh... Ibu tau ga siapa namanya?" tanya Ganendra gugup. "Siapa?" "Yang baru aja keluar itu loh bu. Yang wambutnya panjang terus mukanya kaya orang ngantuk gitu." Jelas Ganendra. "Ohh... Maksud kamu Pesona?" "Namanya Pesona bu?" "Iya, kenapa? Kamu suka sama dia?" goda penjaga itu. "Eng..engga kok bu! Saya Cuma bertanya, dia kok galak banget sih bu?" elak Ganendra. "Pesona memang seperti itu, dia itu siswi yang keras kepala, jutek, galak dan bandel. Kadang dia susah diomongin sama guru. Dia juga punya julukan di sekolah ini, namanya putri tidur." "Kok putri tidur bu?" tanya Ganendra bingung "Karena dia itu sering banget terlambat, makanya guru-guru dan siswa laninnya menganggap bahwa dia itu tertidur sampai lupa waktu sekolah." Nalendra hanya mengangguk mendengar perkataan penjaga perpustakaan itu. "Kelas apa yah bu?" "Kok kamu jadi kepo gitu sih?" "Memangnya salah yah bu? Gapapa kan kalo mau menambah teman?" "Teman apa! Bilang saja kalau kamu suka sama dia!" Ganendra hanya tertawa, dalam hatinya dia sendiri masih menerka-nerka. Tidak mungkin juga dia baru bertemu wanita itu dan langsung jatuh cinta. Oke! Jangan terlalu banyak mengkhayal tentang cinta pada pandangan pertama! Setiap orang harus saling mengenal dan merasa saling nyaman satu sama lain, kalau hanya karena pandangan pertama mungkin itu bukan cinta tetapi nafsu. Berbeda kalau cinta sampai pandangan terakhir! Kalau seseorang seperti itu maka sudah pasti dia pantas diperjuangkan. -------- TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD