42. Ancaman Tersembunyi

1109 Words

"Tidak. Aku hanya berada di ruang lukisan dan tiba-tiba saja terseret hingga ke dalam sebuah lubang akar pohon di hutan," balas Aezar akhirnya. Tentu saja Aezar tak akan menceritakan bagaimana kacaunya ia saat Raras pergi, atau ketika ia menangis sesenggukan di depan lukisan itu seperti bayi. "Lalu ketika aku keluar, panah-panah biru itu sudah menyerangku." "Ah, begitu ya." Raras mengangguk-angguk, tetapi keningnya berkerut berpikir. "Kenapa tidak ada alasan mengapa gerbang dimensi tiba-tiba terbuka?" Raras menatap Aezar dan memiringkan kepala. "Dan kenapa harus kamu yang tiba-tiba tersedot ke sini?" Sebelah alis Aezar terangkat naik. "Kamu nggak suka aku di sini?" Raras buru-buru menggeleng panik. "Suka. Tentu saja aku suka." pipinya memerah saat kalimat pernyataan itu keluar dari m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD