PART. 3 VIRGIN

1486 Words
TDD #3 VIRGIN ♥♥♥ Mata Selena terpejam semakin rapat, saat Justin mulai merayu tubuhnya, sampai Selena kembali mencapai klimaks. "Kau benar-benar jalang, Selena. Lihatlah, kau sudah mengotori ranjangku dengan semburanmu!" Umpat Justin bernada mengejeknya. Selena tidak menjawab, napasnya tersengal, dadanya turun naik tak beraturan. Matanya terpejam dengan rapat. Sesaat kemudian Selena memekik dengan sangat nyaring. Matanya membeliak lebar, kepalanya terangkat, kedua tangannya mencengkeram seprei dengan sangat kuat. Milik Justin merobek miliknya di saat ia belum siap untuk menerimanya. Selena merasa tubuhnya seakan terbelah dua. Justin sendiri seperti terpaku pada posisinya. Sesaat kemudian ia menarik senjatanya, ingin meyakinkan apa yang sudah dirasakannya. Justin menunduk, ia memperhatikan senjatanya yang bernoda darah. "Kau masih perawan?" gumamnya dengan nada mengambang. Kesangaran di wajahnya, dan kebencian di matanya seperti lenyap entah ke mana. Selena membuka matanya. "Apa itu berarti bagimu, Justin? Kau pasti sudah sangat sering merobek keperawanan seorang gadis bukan!?" Seru Selena yang wajahnya bersimbah air mata. Rasa sakit yang dirasakan membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya seperti biasa. "Tutup mulutmu, Selena! Bersiaplah untuk merasakan malam pertamamu yang sesungguhnya!" Justin bergerak dengan liar, membuat Selena menjerit. Justin membungkam jeritan Selena dengan pagutan bibirnya. Selena benar-benar merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. "Harus kuakui, rasamu tidak buruk, meski kau sudah tua, Selena," desis Justin tepat di depan wajah Selena. Selena membalas tatapan Justin dengan amarah berkobar di matanya. "Apa kau pikir dengan menyikasaku, Yoana akan ikut tersiksa Justin. Kau bodoh kalau kau berpikir begitu! Yoana tidak menyayangiku. Dia tidak akan perduli meski kau membunuhku .... " Selena merintih karena merasakan sakit. "Kau hanya membuang waktu, dan tenagamu kau ... hmmppp ...." mulut Selena kembali terkunci dalam pagutan bibir Justin. Justin terus menyerang Selena dengan kasar. Tepat saat Justin mendapatkan pelepasannya, Selena kehilangan kesadarannya. Suara bel pintu apartemen, membuat Justin mengumpat karena kesal. Ia segera turun dari tubuh Selena, dan turun dari atas ranjangnya. Tanpa membersihkan senjatanya, ia mengenakan celana. Justin tahu benar, siapa yang berani mengganggunya dengan bunyi bel yang tidak ada jedanya. Tanpa perlu melihat di layar, siapa yang datang bertamu, Justin langsung membuka pintu apartemennya. "Anak kurang ajar! Kenapa pergi dari hotel tanpa memberitahu hah! Dan ini, kenapa kau bawa istrimu ke sini. Harusnya kau bawa dia ke rumahmu Justin! Aku tidak mau cucuku dibuat di tempat m***m ini. Dia istrimu, bukan wanita mainanmu! Mana Selena!?" Rentetan kalimat itu meluncur langsung begitu Justin membuka pintu apartemennya. Wanita itu, Renee, wanita yang sudah mengandung, dan melahirkannya. Tanpa dapat dicegah oleh Justin, Renee masuk ke dalam kamar Justin. Jeremy, daddy Justin hanya bisa mengangkat bahunya, saat Justin menatap dengan penuh permohonan agar daddynya mau membawa mommynya pergi dari apartemennya. "Ya Tuhan, Justin!!" Justin, dan daddynya berlari masuk ke kamar begitu mendengar teriakan mommynya. Tampak Renee tengah menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Selena yang belum sadarkan diri. "Kau ini, dia istrimu Justin, calon ibu anak-anakmu, kenapa kau perlalukan dia sekeji ini. Cepat telpon Auntymu! Cepat!" "Iya Mom, sebentar," sahut Justin, yang tidak berani membantah perintah mommynya. Salah satunya adalah perintah agar ia mau mempelai wanitanya digantikan oleh Selena. Justin ke luar dari dalam kamarnya, ia mencari ponselnya yang seingatnya ia letakan di atas meja ruang tengah. Ia langsung menelpon adik mommynya yang seorang dokter. "Ada apa?" Tanya Jeremy yang merasa bingung melihat Selena yang terbaring tanpa bergerak. "Dia pingsan, putra kesayanganmu itu sudah menyiksanya. Huuuuh, bukannya bersyukur, dan memperlakukan istrinya yang masih perawan dengan lemah lembut, tapi putramu itu seperti orang kalap!" "Hhhh, mungkin ini pertama kalinya dia meniduri perawan, jadi ...." "Ini karena kau terlalu memanjakannya, makanya dia bertindak sesuka hatinya!" "Sayang, kita sama-sama tahukan, dia bersedia meneruskan pendidikannya, dan bersedia memegang perusahaan, dengan syarat kita tidak melarangnya dalam urusah kesenangannya yang satu ini. Biarkanlah, yang penting dia sukses dalam menangani bisnis kita" "Biarkan! Justin sudah menikah sekarang, kita tidak bisa terus membiarkannya berpetualang dari satu ranjang, ke ranjang yang lainnya! Kita harus memikirkan perasaan istrinya" "Hhhh, urusan Justin, aku serahkan padamu saja, aku bingung memikirkannya." Jeremy ke luar dari kamar Justin. Renee memungut bantal, dan guling yang berserakan di lantai. Ia memang tahu betul, kalau putranya seorang petualang. Dan ia juga tahu, apa fungsi sesungguhnya dari apartemen ini bagi putra tunggalnya. Tapi ia tidak menyangka jika Justin tega memperlakukan istrinya seperti ini. Kalau Justin marah karena menghilangnya Yoana, maka tidak sepantasnya dia menumpahkan rasa marahnya pada Yoana dengan menyiksa Selena. Meski tidak mengenal Selena secara dekat sebelumnya, tapi Renee bisa merasakan ketulusan dari tatapannya saat mereka bicara sebelum pernikahan Selena, dan Justin. Saat itu, Renee meminta Selena agar sabar nenghadapi sikap Justin yang mungkin akan menyakiti perasaannya. Dan Renee tidak menduga jika putranya begitu tega menyakiti tubuh Selena. ♥♥♥ Selena membuka matanya, rasa sakit masih ia rasakan di sekujur tubuhnya. Matanya mengamati sekelilingnya, dan disadarinya, ini bukan kamar di apartemen Justin. Selena berusaha bangun dari berbaringnya, ia baru menyadari kalau ia tidak telanjang lagi. Suara pintu yang dibuka membuat mata Selena menatap ke arah pintu. Ia mencengkeram erat tepi selimut, jantungnya berdebar, karena merasa cemas akan kedatangan Justin untuk menyiksanya kembali. Benar saja, Justin melangkah masuk, dan mengunci pintu kamar. Justin menatap Selena, Selena menantang tatapannya. Saat Justin melangkah mendekat, tanpa sadar, Selena beringsut di atas ranjang untuk menjaga jarak dari Justin. Justin membungkuk dengan kedua tangannya menekan kasur. Wajahnya di dekatkan ke wajah Selena. "Baguslah kalau kau sudah bangun, kau tahu, gara-gara kebodohanmu yang pingsan setelah aku beri kenikmatan, aku jadi kena maki Mommyku, dan kau harus membayar padaku untuk itu Selena," ujar Justin dengan suara berdesis tepat di hadapan wajah Selena. Selena menatap mata Justin, entah mengapa ia merasa sikap Justin seperti anak-anak yang sedang marah karena kenakalannya yang diadukan pada ibunya. "Jangan merasa menang, karena Mommyku membelamu, aku punya seribu satu cara untuk menekanmu, ingat itu!" Ancam Justin dengan tatapan tajam. "Sekali lagi aku katakan padamu Justin, jika kau berharap Yoana tersakiti dengan kau menyakitiku, maka harapanmu itu akan sia-sia. Kau bersusah payah untuk menyiksaku, membuang tenagamu, dan membuang waktumu, tapi Yoana tidak akan merasakan apa-apa. Dia mungkin sedang berpesta di sana. Sedang kau, hanya bisa terpuruk dalam kenangan bersamanya, dan dendam serta kebencianmu padanya. Kau pria bodoh! Kau tidak sepintar yang kau pikirkan. Yoana pasti sangat senang melihatmu hancur, harusnya kau tunjukan padanya kalau tanpa dirinya kau masih bisa bahagia!" Seru Selena, tanpa rasa takut lagi jika Justin kembali menyiksanya. "Jangan coba-coba mengajariku Selena, usiamu boleh jauh lebih tua dariku, tapi aku yakin, kalau aku pasti lebih berpengalaman darimu!" Balas Justin dengan suara mendesis penuh tekanan. "Terserah apa yang ingin kau katakan Justin, aku hanya ingin memperingatkanmu, kalau rasa benci, dan dendam yang kau simpan di dalam hatimu, tidak akan membawa kebahagiaan dalam hidupmu." Justin mendorong tubuh Selena, sehingga punggung Selena jatuh di atas kasur. Ia membungkuk di atas tubuh Selana. "Apa yang ingin kau lakukan? Menyiksaku lagi? Atau penyiksaan yang kau lakukan padaku hanyalah topeng untuk menutupi perasaanmu yang ketagihan untuk menjamahku!" Seru Selena dengan tatapan menantang mata Justin. Justin tertawa mendengar ucapan Selena. "Haah, percaya dirimu tinggi juga ternyata, kau dengar Selena, meski kau berdandan, dan memakai pakaian seksi, aku rasa tidak akan ada pria yang tergiur olehmu. Diberi gratis saja mereka tidak akan sudi, apa lagi jika harus mengeluarkan uang mereka untukmu, pria bodohpun pasti tidak akan mau melakukannya." "Oh ya, kalau begitu, kau lebih dari sekedar pria bodoh Justin. Karena kau selalu ... hmmpppp ...." mata Selena melotot, karena Justin memagut bibirnya dengan kasar. Tangan Justin mencengkeram dadanya yang masih terasa sangat sakit. "Jangan pernah menyebutku pria bodoh, wanita tua!!" Bentak Justin dengan nada penuh amarah. "Kau memang bo ... hpppp ...." umpatan Selena kembali tenggelam dalam pagutan bibir Justin. Suara gedoran di pintu, dan teriakan Renee membuat Justin melepaskan pagutan bibirnya. "Awas kalau kau mengadu!" Ancam Justin dengan jari telunjuk mengacung di hadapan Selena. Mata Selena terbuka lebar, ingin sekali ia tertawa melihat ekspresi, dan mendengar nada bicara Justin saat mengancamnya. 'Justin, ternyata kau punya rasa takut juga. Baiklah, aku tahu kelemahanmu sekarang. Terimakasih Tuhan, setidaknya aku tahu, kalau aku masih punya seseorang yang akan bisa membantuku untuk terhindar dari kebengisan Justin' BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD