PART. 4 MOMMY

1751 Words
MOMMY ♥♥♥ Renee masuk ke dalam kamar, ia langsung mendekati Selena yang duduk di atas tempat tidur. "Apa dia menyakitimu lagi Selena?" Tanya Renee dengan jari telunjuk menuding pada Justin yang masih berdiri di dekat pintu. "Tidak Nyonya," sahut Selena sambil menggelengkan kepalanya. "Mommy, Selena!" "Tidak Mom" "Apa kau bisa turun dari ranjang, dan turun ke bawah untuk makan malam bersama kami?" Tanya Renee. "Iya Mom" "Baiklah, aku akan meminta Lisa untuk membantumu bersiap." "Tidak perlu Mom, aku bisa melakukannya sendiri," tolak Selena. "Jangan menolak, Selena, kau sudah jadi bagian dari kelurga kami. Kau pantas untuk mendapatkan pelayan pribadi," sahut Renee, itu membuat Selena tahu dari mana Justin mendapatkan sifatnya yang tidak suka dibantah. "Justin, ikut Mommy, biarkan Selena bersiap untuk makan malam, Lisa yang akan membantunya." Renee menarik lengan Justin agar ke luar dari kamar Selena, dan Justin hanya bisa menurut tanpa mampu menolaknya. *** Selena muncul di ruang makan, dengan mini dress biru malam yang panjangnya melewati lutut. Mini dress yang dibawakan Lisa ke kamarnya. Kata Lisa itu dari Mommy Justin. Justin meliriknya sekilas, dan dengan enggan ia menarik kursi untuk duduk Selena. Ia tidak ingin berkonfrontasi dengan mommynya, maka ia memilih melakukan apa yang harus dilakukannya. "Maaf, karena harus menunggu," ujar Selena lembut. "Tidak apa Sayang, sekarang ayo kita makan," sahut Renee. Di kepala meja duduk Jeremy, Daddy Justin. Di samping kanannya duduk Renee, di samping kirinya Justin, dan Selena duduk di sebelah Justin. Tidak ada pembicaraan sepanjang makan malam, kesunyian hanya dihiasi dengan denting suara peralatan makan yang mereka gunakan. Tiba-tiba Selena merasa merindukan keluarganya. Terutama rasa rindu pada Ayahnya. Selena menundukan kepalanya dalam, sesekali ia menyeka air matanya. Tangannya terlihat sedikit gemetar. "Selena, apa kau baik-baik saja?" Tanya Renee yang memperhatikannya. "Iya Mom" jawab Selena sambil mengangkat wajahnya. "Setelah makan malam, kau harus beristirahat. Aku tidak ingin kau sakit, dan kau Justin, jangan coba-coba untuk mendekati Selena malam ini, kau mengerti!" "Iya Mommy," sahut Justin yang terlihat kesal karena Renee mengancamnya tepat di depan hidung Selena. Selesai makan malam. "Selena sebentar, sebelum kau kembali ke kamarmu, ada yang harus kita bicarakan," ujar Renee pada Selena. "Tentang apa Mom?" "Duduklah," Renee menunjuk sofa yang ada di ruang tengah. Renee, dan Jeremy duduk di sana, Selena dan Justin ikut duduk juga. "Ini tentang Ayahmu," ujar Renee membuat Selena mengangkat wajah, ditatap ibu mertuanya. "Aku, dan Daddy Justin sudah sepakat untuk memberikan perawatan terbaik pada Ayahmu. Jadi kami akan mengirim Ayahmu ke rumah sakit yang lebih baik, dari rumah sakit yang dia tempati sekarang. Dan untuk itu kami memerlukan persetujuanmu." "Benarkah? Terimakasih Mom, tentu saja aku setuju," jawab Selena dengan air mata menggenangi pipinya. Justin terdengar mendengus kesal karena perhatian orang tuanya yang menurutnya terlalu berlebihan pada Selena. "Kita bisa pergi ke sana besok, sekarang kau istirahatlah. Justin, menjauhlah dari Selena sampai dia benar-benar pulih dari sakitnya!" Ujar Renee sambil menudingkan telunjuknya pada Justin. "Iya Mom" sahut Justin dengan nada malas. "Selena kembalilah ke kamarmu, beri tahu aku kalau dia menyakitimu lagi" "Terimakasih Mom, aku permisi untuk kembali ke kamarku, selamat malam Mom, selamat malam Dad," pamit Selena pada kedua mertuanya. Ia tidak berpamitan pada Justin, ia sudah berdiri dari duduknya, dan membungkukkan tubuhnya sedikit sebagai tanda hormat pada kedua orang mertuanya. "Selamat malam Selena," jawab kedua mertuanya. Selena melangkahkan kakinya dengan perasaan gamang. Ia senang karena mertuanya punya perhatian terhadap ayahnya. Tapi ia bingung dengan perjanjian yang sudah ia sepakati bersama orang tua Yoana. Baru saja Selena masuk ke dalam kamar, saat ponselnya berbunyi. Ia mencari asal suara ponselnya, karena ia tidak tahu di mana letak ponselnya. Sebab ia sendiri tidak tahu kenapa, dan kapan ia berpindah tempat dari kamar tidur di apartemen Justin ke kamar tidur di rumah orang tua Justin. Selena menemukan ponselnya di dalam tas tangannya yang diletakan di atas meja rias. Diambil ponselnya, dan dilihatnya siapa yang menelponnya. "Uncle Yosef" gumamnya. "Hallo Uncle" "Selena, apa yang sudah kamu katakan kepada orang tua Justin? Apa kau yang meminta mereka untuk memindahkan perawatan ayahmu? Apa maksudmu!? Apa kau ingin mengingkari perjanjian yang sudah kita sepakati!? Jawab Selena!" Suara ayah Yoana terdengar jelas penuh dengan amarah. Selena menarik napas sebelum menjawab rentetan pertanyaan dari Yosef. "Aku tidak pernah bercerita apapun soal Ayahku, Uncle. Aku juga baru saja diberitahu oleh Mommy Justin soal niat mereka untuk memindahkan perawatan Ayahku ke rumah sakit yang lebih baik." "Ingat Selena, perjanjian diantara kita tetap berjalan, meskipun bukan aku lagi yang membiayai perawatan Ayahmu. Karena pernikahanmu dengan Justin akulah yang mengaturnya, jadi semua yang kau terima dari keluarga Justin, itu karena campur tanganku. Kau mengerti!?" "Ya, aku mengerti, Uncle" Sambungan telpon dimatikan dari seberang. Selena menarik napas panjang, apa yang baru saja ia pikirkan terjawab sudah. Perjanjian tetap berjalan. Selena mengganti pakaiannya, lalu ia masuk ke kamar mandi untuk menggosok giginya, setelahnya ia berbaring di atas ranjangnya. 'Ya Tuhan, dulu aku tidak pernah meminta apapun padaMu. Dan aku juga lupa untuk bersyukur atas apa yang aku punya. Sekarang dalam dukaku, hanya Engkau tempat aku mengadu. Aku hanya ingin meminta, sembuhkanlah Ayahku, karena hanya dia keluarga yang aku punya selain kakakku, aku mohon kabulkanlah doaku, aamiin' ♥♥♥ Sementara itu di lantai bawah, setelah Selena naik ke lantai atas. Justin berdiri dari duduknya. "Kau mau ke mana?" Tanya Mommynya. "Mau pulang ke rumahku Mommy," sahut Justin. "Dengar Justin, kau sudah menikah, sudah saatnya kau berhenti untuk bersenang-senang dengan wanita-wanita lain. Aku tidak ingin kau membawa penyakit yang akan menulari istrimu. Dan berakibat pada cucuku, kau mengerti!?" "Mengerti, Mommy, hhh aku pulang sekarang, selamat malam Mom, Dad," pamit Justin. Justin memacu mobilnya ke sebuah club, tempat di mana ia biasa berkumpul dengan teman-temannya, dan mencari teman kencan untuknya, sebelum ia dekat dengan Yoana. Tiba di sana, teman-temannya menyambutnya dengan suka cita. "Kau kembali juga akhirnya Justin. Heehh sudah kukatakan padamu, wanita seperti Yoana bukan untuk dinikahi, tapi hanya untuk dinikmati. Wanita seperti Yoana sama saja dengan wanita-wanita yang ada di sini. Mereka tidak suka terikat janji pada satu lekaki. Kalau kau ingin mencari istri, carilah wanita yang siap kau jadikan ibu bagi anak-anakmu. Kita ini memang pria b******k, tapi kita harus memilih istri dari wanita baik-baik yang siap mengabdikan dirinya untuk keluarga, dan Yoana, dia bukan wanita jenis itu Justin," ujar Glenn, salah satu teman Justin yang merupakan pengelola club. "Jangan berkhotbah di depanku Glenn!" Sahut Justin sambil menghempaskan pantatnya di atas salah satu sofa. Glenn tertawa mendengar nada kesal pada suara Justin. "Aku kira kau sudah mendaptkan wanita tipe pengabdi keluarga dalam diri Selena, meski dia lebih tua darimu, tapi itu tidak terlihat dari penampilannya. Dia sangat cantik dalam balutan gaun pengantin yang ia pakai semalam. Kau bisa mulai belajar untuk mencintainya" "Heehhh, aku datang ke sini bukan untuk mendengar ocehanmu, berikan aku satu wanita terbaikmu. Apakah ada anggota baru?" Tanya Justin. "Ck, apakah kehilangan Yoana, membuatmu lupa akan janjimu untuk berhenti mencari Justin?" "Jangan sebut nama wanita b******k itu lagi Glen!" "Hahaha, seorang Justin ternyata bisa patah hati juga." Glen tergelak mendengar ucapan Justin. "Dulu kau memujanya Justin, dan lihatlah, sekarang kau mengumpatnya. Jadi mana rasa cinta yang kau agung-agungkan saat bersamanya" "Glen, aku datang ke sini untuk mencari kesenangan, bukan untuk mendengar ocehanmu, haahh mungkin sebaiknya aku pulang saja." Justin menghempaskan napasnya dengan kesal. Glen kembali tertawa. "Kau sudah punya istri yang siap melayanimu 24 jam dalam sehari, bebas penyakit, dan tanpa harus pakai pengaman. Jadi kau tidak perlu lagi datang ke sini untuk mencari kesenangan dalam hal yang satu itu" "Ya ampun Glen, berhentilah bicara, aku pulang sekarang!" Justin bangkit dari duduknya, tapi seorang wanita menahan langkahnya. "Justin, pengantin baru ada di tempat ini, hmmm, ini sebuah kejutan Justin? Biar kutebak, apakah istrimu yang usianya lebih tua darimu itu tidak mampu memuaskan hasratmu yang terlalu dahsyat? Jika benar, biar aku yang memuaskanmu seperti dulu, seperti saat kau belum mengenal Yoana, calon istrimu yang kau puja setengah mati, tapi akhirnya meninggalkanmu," wanita itu mengusap d**a Justin dengan gerakan dan tatapan menggoda. Justin merenggutkan tangan wanita itu dari dadanya. "Maaf Abel, khotbah Glen sudah membuatku niatku untuk bersenang-senang sirna. Aku akan menelponmu jika aku perlu teman, aku harus pergi sekarang, sebelum Glen kembali bicara yang tidak jelas," ujar Justin. Glen tergelak mendengar ucapan Justin. "Cepatlah pulang, istrimu mungkin sudah menunggumu di atas ranjang." "Hhhh Glen, andai kau bukan sahabatku, aku pasti sudah meninju mulutmu!" Sahut Justin dengan tatapan, dan suara garang. Lalu ia melangkah pergi dengan diikuti tawa Glen di belakangnya, dan tatapan terluka dari Abel yang pernah jadi teman spesial bagi Justin. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD