Kalya berjalan di koridor santai sambil bersandung ria, namun sepertinya hari ini ada yaga aneh, seluruh orang yang berada disekitarnya berbisik-bisik sambil menatapnya lalu tertawa, ada juga yang menatapnya tak suka. Kalya diam, mencoba untuk berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Namun, tatapan orang-orang itu membuatnya muak.
"Kal!" Suara nyaring memanggilnya, Kalya menoleh lalu melihat Dinda yang berlari kearahnya.
"Ini serius?" Dinda bertanya sambil mengatur nafasnya, jadi suaranya tidak begitu jelas terdengar. Kalya bingung kenapa? Ada apa?
"Lo serius udah putus sama Daniel?" Mata Kalya terbelalak kaget, bagaimana sahabatnya yang satu ini tau? Padahal dia belum memberitahu Dinda, apakah Dinda yang menyebarkannya? Gadis si mulut ember itu.
"Lo tau darimana?" Tanya Kalya.
"Daniel nya langsung! Wah! Parah lo Kal, dia itu orang terganteng di sekolah lo! Inceran cewek-cewek, kok lo main putusin dia sih Kal? Yaampun, gue bener-bener nggak habis fikir!" Dinda memarahinya habis-habisan, melepaskan Daniel sama saja seperti melepaskan harta yang sudah kita miliki seumur hidup, berat untuk dilakukan.
Kalya menghela nafas panjang. "Dia selingkuh Din." Ujar Kalya dengan nada lemah tidak mau lagi mengingat betapa brengseknya laki-laki itu, hatinya sakit saat mengingatnya.
Dinda terdiam, dia tidak tau kalau disini dalangnya mereka putus adalah Daniel, "Oh, sorry gue nggak tau, udah lo sabar yah, kita ke kantin aja yuk." Dinda mengelus punggung Kalya pelan lalu menuntun gadis itu ke kantin.
***
Hari ini semua guru rapat, jadi semua kelas tidak ada guru, baik kelas sepuluh, sebelas, dan kelas dua belas. Kalya memilih diam di bangkunya sambil mengerjakan soal matematika yang guru les nya berikan. Mau lulus dengan nem tinggi harus belajar ekstra.
Kalya memang yang paling pintar di kelasnya, dia selalu mendapat peringkat pertama dan dia senang bisa mendapat nilai tertinggi. Setiap hari dia selalu duduk di bangku paling depan, jika semua orang memilih duduk di bangku paling belakang, Kalya malah menghindari itu karena nantinya dia akan tidak fokus belajar.
"Aw." Kalya meringis kesakitan saat ada benda yang melayang dan mengenai kepalanya. Dia mengambil benda yang tadi mengenai kepalanya itu, ternyata benda itu sebuah botol minum berwarna pink.
"Siapa yang ngelempar ini sama gue?" Kalya berteriak marah, semua murid sontak langsung terdiam dan melihat Kalya. Lalu akhirnya seorang laki-laki mendekat kearahnya.
Laki-laki dengan baju seragam yang berantakan, tidak memakai dasi, dan membiarkan baju seragamnya diluar celana. "Gue, emangnya kenapa?" Suara berat laki-laki itu membuat jantung Kalya terhenti.
Kalya melihat wajah laki-laki itu lekat-lekat, ternyata semakin hari dia semakin tampan, tapi kenapa dia sangat jahat?
"Lo sengaja yah? Sakit tau nggak!" Bentak Kalya melihat wajah laki-laki itu. "Oh, sorry." Jawab Daniel dengan entengnya membuat Kalya geram.
"Mau lo apa sih? Nggak puas hah bikin gue sakit? Lo kenapa sih benci banget sama gue? Gue salah apa?" Teriak Kalya dan membuat semua orang terkejut. Daniel diam melihat wajah Kalya yang sudah memerah dan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Emang,kita pernah kenal?" Tanya Daniel dingin dan langsung mendapat sorakan dari seluruh kelas, Kalya terdiam kata-kata Daniel sangat menusuknya. Segitu bencinya kah Daniel pada dirinya hingga dia dengan tega seperti ini kepadanya?
"Bu Susi! Woy duduk!" Rian sang ketua kelas yang baru saja dari toilet lari terbirit-b***t masuk ke kelas sambil mengatakan bahwa ada Bu Susi, wali kelasnya dan juga guru killer yang ada di sekolahnya.
Semua murid kalang kabut berlari ke tempat duduknya masing-masing tak terkecuali Kalya, dia duduk di tempat duduknya, badannya lemas dan pandangannya mengabur, hatinya terasa sangat sakit seperti sedang di tusuk-tusuk beribu-ribu pisau.
"Selamat siang anak-anak." Bu Susi masuk ke kelas sambil membawa map kuning yang ada di tangannya.
"Oh, Kalya kamu kemana saja? Baru masuk sekarang?" Tanya Bu Susi ketika melihat bahwa kursi depan sudah diisi lagi oleh anak muridnya yang sudah libur beberapa hari. Kalya mengangkat wajahnya lalu tersenyum paksa.
"Saya sakit Bu." Ujar Kalya lalu kembali menunduk, hatinya terasa sangat perih dan sakit, dia meneteskan air matanya, menangis dalam diam.
Seorang laki-laki memperhatikan Kalya yang menunduk , beberapa kali tubuh gadis itu naik turun, laki-laki itu menebak bahwa Kalya sedang menangis dan itu karena dirinya, apalagi gadis itu sampai sakit yang mengakibatkan dia tidak masuk beberapa hari. Hati Daniel langsung terasa sakit, kenapa bisa-bisanya dia membuat perempuan yang disayangnya menangis seperti ini?
Daniel terdiam lalu kemudian dia mengalihkan pandangannya, tidak mau terus-terusan melihat Kalya yang menangis, karena itu akan membuat hatinya terluka.
***
Daniel berjalan di koridor sambil menatap kosong ke depan, dia bingung dengan hatinya. Mengapa rasa puas dan sakit datang bersamaan seiring Kalya meneteskan air matanya? Mengapa Daniel seperti ini? Dia sendiri tidak tau mengapa, yang jelas dia merasa puas dan juga sedih ketika melihat Kalya meneteskan air matanya.
Daniel terdiam, kepalanya mulai memutar kembali memori yang sudah lama itu, memori yang seharusnya sudah dia kubur sedalam mungkin.
"Halo, kenalin nama gue Daniel, lo bisa panggil gue Daniel aja atau Daniel ganteng." Laki-laki itu tersenyum melihat seorang perempuan yang sedang sibuk dengan buku di tangannya. Daniel tersenyum saat melihat gadis itu meliriknya, walaupun sebentar tapi lirikan matanya itu dapat membuat jantung Daniel bergetar.
"Jadi, lo mau manggil gue apa?"
Gadis itu terdiam lalu kemudian bibir kecilnya terbuka. "Hai, Daniel aja." Ujar gadis itu dengan nada dingin dan matanya masih fokus dengan buku yang ada di tangannya.
Daniel lantas tertawa mendengar kata gadis itu yang menurutnya sangat lucu. Betapa polosnya gadis di hadapannya ini.
"Maksud gue, lo bisa panggil gue Daniel, nggak usah pake aja." Ujar Daniel di sela-sela tawanya sambil melihat wajah gadis itu yang sepertinya agak tersenyum sedikit. Walaupun sedikit tapi senyuman gadis itu sangat menenangkan dan sangat manis.
"Lo cantik kalau senyum Kal." Saat Daniel berkata seperti itu, senyuman kecil di bibir gadis bernama Kalya itu luntur.
"Yah luntur." Daniel pura-pura cemberut saat melihat senyuman di bibir Kalya menghilang sedangkan cewek itu hanya terdiam sambil fokus kepada bukunya.
Daniel tersenyum. Dia adalah Kalya, sosok gadis yang sangat dia sukai, gadis yang memiliki sifat dingin, yang kalau ngomong cuma satu kata, paling banyak mungkin lima kata, gadis yang paling pintar dan juga cantik. Entah kenapa saat melihat Kalya dia merasakan hatinya sangat sejuk, seperti sedang berada di dalam es.
"Jangan cuek-cuek yah, nanti gue ada yang ambil lho, terus kalau gue ada yang ambil lo nanti nangis deh kehilangan orang kayak gue."
"Berisik." Itu balasan Kalya dari kata-kata Daniel barusan.
"Iya deh iya, gue keluar yah masih mau main sama anak-anak lain mau bolos juga, dan jangan bilang sama Pak Anto yah kalau gue bolos jam pelajaran dia, makasih." Daniel tersenyum lalu kemudian berdiri dari hadapan Kalya dan segera pergi.
Daniel menggeleng kepalanya pelan, berusaha melupakan semua kenangan itu, tidak boleh lagi ada kenangan yang hinggap di kepalanya.
Daniel menoleh melihat majalah dinding sekolah yang berada di dekat toilet, biasanya Mading di dekat toilet wanita bersisi informasi yang unfaedah pasti isinya gosip semua. Tapi dia penasaran apa gosip hari ini?
Daniel mulai membaca tulisan yang ada di kertas putih HVS dengan teliti, hingga akhirnya dia terbelalak kaget. Berita sampah macam apa ini?
***
Kalya mengurungkan niatnya untuk langsung pulang ke rumah, karena dia ingin mencari sesuatu di perpustakaan, mungkin sekarang seluruh murid sudah pulang jadi pasti koridor dan perpustakaan sepi.
Dia berjalan di koridor yang sepi, tidak peduli dengan cerita-cerita seram yang pernah dia dengar dari teman-teman sekelasnya bahwa koridor di lantai bawah menuju perpustakaan itu sangatlah seram.
Aaaaa!
Kalya kaget mendengar sebuah teriakan seseorang, dia terdiam kaku, tiba-tiba saja badannya langsung gemetar. Itu suara teriakan, dia benar-benar mendengarnya tadi. Apakah benar gosip gosip tentang hantu yang ada di koridor lantai bawah?
Suara teriakan itu berasal dari belakang perpustakaan dan belakang perpustakaan merupakan tempat parkir sepeda. Kalya melangkah perlahan lalu kemudian dia melihat ada segerombolan anak laki-laki yang sedang menghajar seseorang disana. Kalya meneguk ludah nya pelan, ini lebih seram daripada hantu, dia melihat seseorang yang dihajar habis-habisan itu sepertinya sudah sangat tidak kuat menahan sakit.
Kalya memutar otak, mencari akal agar dapat menolong orang itu, hingga akhirnya ada satu ide yang hinggap di kepalanya.
"PAK BUDI! ADA YANG BERANTEM DI PARKIRAN." Kalya berteriak dan sontak semua anak laki-laki yang menghajar terdiam melihat Kalya yang berteriak. Beberapa detik mereka diam hingga akhirnya mereka lari terbirit-b***t karena takut.
Kalya tersenyum lega lalu segera menghampiri orang yang dihajar habis-habisan itu.
"Lho, Aldo?" Kalya kaget ternyata orang yang jadi korban adalah Aldo, ketua OSIS yang terkenal dengan wajah rupawan dan juga keberanian yang tidak bisa dikalahkan.
"Makasih, mungkin kalau nggak ada lo, gue udah mati."
"b*****t emang mereka semua. Ah." Aldo berusaha bangkit dan Kalya membantunya berdiri.
"Lo nggak apa-apa? Luka lo parah."
"Gue nggak apa-apa."
Kalya terdiam, sedikit ngilu dengan luka lebam yang ada di wajah Aldo.
"Oh gitu, yaudah gue pergi dulu yah, nanti sampe rumah lo obatin lukanya, gue duluan yah."
"Tunggu." Aldo menghentikan langkah Kalya yang ingin segera pergi meninggalkannya.
"Apa?"
"Gue anterin yah."
***
"Lo tunggu sini yah. Gue mau pilih-pilih buku." Aldo mengangguk lalu kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan dan mengeluarkan ponselnya, sementara Kalya sibuk mencari buku yang sepertinya sudah dia incar dari kemarin-kemarin.
"Gue agak lama lho, kalau lo mau balik, duluan aja." Ujar Kalya masih mencari buku dan Aldo terdiam.
Satu jam pun berlalu, Kalya masih belum bisa menemukan buku yang dia cari, dia mengeluh. Sudah beberapa toko buku dan perpustakaan yang sudah dia kunjungi dan bukunya tak kunjung dapat.
Kalya melangkah keluar dari rak-rak buku, hingga akhirnya dia menemukan Aldo yang sudah tertidur pulas. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya di atas meja dan tangan kanannya menggenggam ponsel.
"Gue kelamaan yah?" Gumam Kalya lalu kemudian dia mendekati Aldo.
"Kita balik yuk, ini udah sore." Kalya menggerakkan tangan laki-laki itu, dan akhirnya berhasil, Aldo bangun dari tidurnya dan melihat Kalya.
"Udah?" Kalya mengangguk.
"Ketemu?" Kalya menggeleng.
"Udah ah yuk balik." Ujar Kalya lalu kemudian dia berjalan keluar perpustakaan tanpa memperdulikan Aldo yang sedang mengumpulkan nyawa untuk kembali seperti semula.
***
"Lo mantan pacarnya Daniel kan?" Tanya Aldo dan Kalya hanya diam. Sepanjang perjalanan di koridor laki-laki itu terus saja mengoceh dan bercerita yang Kalya pun kurang mengerti, hingga sekarang dia menanyakan sesuatu yang sensitif kepadanya.
"Iya."
"Gue tau lo putus kenapa."
Kalya menghentikan langkahnya lalu melihat Aldo yang sekarang berdiri di depannya. "Kenapa?"
Aldo berbalik lalu kemudian dia tersenyum. "Lo selingkuh kan?"
Kalya kaget, "Hah? Kata siapa?!" Tanya Kalya dengan emosi, bisa-bisanya dia dituduh seperti ini.
"Mading deket toilet." Aldo menunjuk toilet dan Kalya langsung segera berlari menuju toilet.
Kalya sudah sampai di depan toilet wanita dan membaca tulisan yang ada disana, dia marah, kecewa, sekaligus sedih. Bagaimana bisa dia dituduh seperti ini?
Kalya merasakan ada seseorang disampingnya, entah orang itu memang sedari tadi disitu atau dia baru datang. Kalya menoleh dan emosinya langsung naik dua kali lipat setelah melihat orang yang ada di sampingnya.
"Lo!" Kalya membentak orang itu dengan emosi.
"Lo kan yang buat berita ini? Lo kan yang udah sengaja nuduh gue? Mau lo apa sih Daniel?!" Kalya berteriak sambil menangis, sulit rasanya mengendalikan perasaannya sekarang. Laki-laki itu terdiam sambil melihat Kalya lekat lekat.
"Kenapa sih lo selalu begini? Apa salah gue?!"
"Lo yang selingkuh kenapa gue yang dituduh?"
Daniel masih terdiam.
"Gue benci lo Daniel, gue harap ini akan jadi pertemuan terakhir kita. Gue benci lo Daniel. Anggap aja kita nggak pernah kenal." Ujar Kalya penuh penekanan lalu kemudian dia berbalik dan pergi meninggalkan Daniel.
Lagi-lagi kata-kata itu, kata-kata yang mengungkapkan bahwa sosok Kalya membencinya, jujur dia tidak suka mendengar kata itu dari bibir Kalya. Hatinya merasa tidak terima.