12. Tidak Bisa Dibiarkan

1262 Words
"Selamat Malam Tuan Joshua." Pak Karim lantas menghampiri teman dari tuannya itu, "Maaf membuat langkah anda terganggu karena keributan yang kami lakukan." "Tidak masalah." namun yang namanya Joshua justru melangkah semakin masuk ke area dapur kotor karena merasa melihat sesuatu. "Oh!" Dan manic Joshua langsung terbelalak saat melihat sosok yang menurutnya aneh yang sebelumnya duduk dikelilingi beberapa orang pelayan kini ikut berdiri menundukkan kepala padanya. Joshua tidak menyangka Alex mau mempekerjakan orang dengan kekurangan fisik seperti gadis didepannya itu. 'Apakah ada sesuatu hingga Alex mau mempekerjakan orang cacat seperti gadis ini? Sesuatu yang aneh dan baru!' pikirnya sembari menatap penampilan gadis aneh yang sangat tertutup dengan pakaian pelayan yang pengap dan mencekik leher. "Saya tidak pernah melihatmu sebelumnya?" Alex berkata dengan nada jujur sembari menunjuk wajah Luna yang kini menunduk, "Siapa namamu?" "Nama Saya Luna." jawab Luna masih dalam posisi kepala tertunduk. "Luna? Nama yang cantik." ucap Joshua diiringi anggukan kepala pelan, "Kalau boleh tahu, Apa yang kau lakukan hingga Alex mau menerimamu disini? Rasanya cukup aneh, seorang Alex yang punya selera tinggi dalam segala hal mau menerima orang sepertimu untuk bekerja padanya." "Apakah kau sekarang juga ikut mengurus masalah pegawai di rumah saya?" suara lantang dengan nada kasar mengalun tiba-tiba hingga semua orang yang ada di ruangan itu menolehkan kepala sumber suara dengan tubuh tegang. “Hai, temanmu ini hanya penasaran saja, bung!” elak Joshua sembari melirik kerah Luna yang menundukkan kepalanya, “Aneh saja rasanya.” Sambungnya lirih. “Semua saja kau anggap aneh.” Ucap Alex sarkas, “Jika kau datang kemari hanya untuk mengurusi masalah rumah ini, sebaiknya kau pulang saja!” usir Alex acuh sebelum membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana. “Dasar orang menyebalkan itu!” gerutu Joshua sembari menarik nafas sabar, “Tolong bawakan kami camilan seperi biasa dan bawa ke ruang kerja Alex.” pinta Joshua pada Pak Karim sebelum pria Keluar dan mengikuti langkah Alex yang pergi terlebih dahulu. Joshua masuk ke ruang kerja sang pemilik rumah tanpa mengetuk pintu dan langsung duduk di sofa panjang yang ada disana dengan santainya. “Ada masalah apa hingga kau mau repot-repot menghubungiku, Alex?” tanya Joshua sembari mengamati Alex yang duduk dimeja kerjanya sana. “Angkasa Jaya dan tingkah mereka yang mengakuisi banyak pabrik-pabrik kecil.” Tutur Alex sembari menekan pematik yang ada ditangannya, menyalakan cigarette yang terapit diantara bibir seksinya kemudian menghisapnya dengan dalam, “Bukankah mereka terlalu agresif bertindak?” dan hembusan asap putih keluar dari bibirnya secara perlahan. “Wajar juga mengingat banyak sekali pabrik rokok baru yang semakin berani bersaing harga tanpa peduli cukai yang semakin tinggi.” Ucap Joshua dengan santainya, “Tahu sendiri kan bahwa masyarakat kita lebih baik kelaparan daripada tidak merokok dan hal itulah yang benar-benar dimanfaatkan oleh mereka.” Joshua melirik Alex dengan santainya, “Angkasa Jaya tentunya tidak akan membiarkan bibit-bibit pesaing bagi perusahaannya dan bisa jadi Groovy juga akan diakuisisi oleh mereka dengan nilai yang cukup tinggi mengingat Groovy berkembang cukup pesat beberapa tahun belakangan. Uang bukanlah masalah besar bagi Angkasa Jaya, mereka bisa memberikan berapapun yang diinginkan.” Joshua melirik ekspresi Alex, “Jika sampai hal itu terjadi, apa yang akan kau lakukan? Sekeras apapun kau berusaha, kau tidak punya hak atas Groovy jika hal itu terjadi, Alex. Kau hanyalah pegawai yang tak punya wewenang untuk memutuskan sesuatu.” “Sialan!” Apa yang diucapkan Joshua sangat benar. Sekeras apapun Alex berusaha memajukan Groovy, dia tidak punya hak sama sekali atas perusahaan itu dan itulah yang membuat Alex memaki kesal. “Baiklah kita ambil baiknya saja. Bukan akuisisi tapi Merger.” Joshua menegakkan tubuhnya, “Apakah kau mau bekerja satu naungan dengan Angkasa Jaya?” “Lebih baik mati daripada berada dalam cengkraman mereka.” Ucap Alex pelan. “Oh ya, siapa pemegang kunci di Groovy saat ini? Apakah masih orang yang sama?” pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Joshua hingga membuat Alex menaikkan sudut alisnya. Alex berpikir cepat. “Kau tahu kemana arah pikiranku bukan?” sudut bibir Joshua naik dengan lebarnya, “Jadi gunakan kesempatan itu.” Dan pintu terketuk dari luar, diikuti dengan terbukanya pintu dan sosok gadis masuk untuk meletakkan camilan serta alkohol diatas meja. Alex menatap sosok pelayan cacat yang menyajikan makanan diatas meja itu dengan dalam dan penuh pertimbangan sebelum akhirnya sebuah kata keluar dari bibirnya, “Saya akan lakukan itu jika itu adalah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan.” Ucapnya pelan sembari menghembuskan asap putih dari bibirnya. "Terima kasih, Luna." senyum Joshua terbit dengan manisnya, "Kau bisa keluar sekarang." usirnya dengan nada lembut dan Luna pergi setelah menundukkan kepalanya pada dua orang pria di ruangan itu. "Kita tinggalkan sejenak mengenai topik Angkasa Jaya dan beralih ke Maximilian." Joshua menuang minumannya kedalam gelas, "Bagaimana kabar terbaru mengenai mainanmu?" "Tidak ada. Mereka belum menemukannya." Alex bangkit dari duduknya, berjalan menuju sofa tinggal dan duduk disana. "Sepertinya mainanmu kali ini pintar sekali bersembunyi." ejek Joshua, "Sebaiknya kau minta ganti atau minta ganti orang lain daripada menunggu sesuatu yang belum pasti kau dapatkan." saran Joshua. "Tentunya saya tidak akan melakukan itu. Jika saya melakukannya, mereka pastinya akan menganggap remeh saya dan permintaan saya sedangkan posisi saya adalah pelanggan VVIP yang tentunya tidak mengeluarkan uang sedikit tiap kali kesana." ucap Alex dengan tatapan mata tajam pada Joshua. "Ya terserah, itu hanya saran saja." Ucap Joshua diselingi senyum tipisnya dan setelahnya pembicaraan santai berlangsung selama hampir 30 menit sebelum akhirnya Joshua pamit undur diri karena merasa bosan. "Mau ke Maximilian?" tawar Joshua. "Apakah dalam kondisi seperti ini saya masih mood untuk bermain?" alis Alex naik sebelah. "Baiklah kalau begitu. Aku pergi sekarang." Joshua melambaikan tangannya, meninggalkan Alex dan minumannya sedangkan Alex sendiri menyudahi acara minum-minumnya tepat di pergantian hari sebelum akhirnya terlelap di kamar dengan posisi kaos yang dia buang dilantai. Dan pagi itu, Luna menyiapkan menyiapkan sarapan sesuai dengan perintah sang tuan sembari berharap pria itu suka masakan yang dia buat dan tidak membuat masalah di pagi hari ini. "Nasi goreng?" alis pria itu naik saat mendapati seporsi nasi goreng berwarna menggoda ditemani telur ceplok dan beberapa potongan sosis dan udang. "Saya membuat nasi goreng Jawa dengan tambahan toping udang dan sosis." ringis Luna dengan tangan saling meremas demi menahan gugup, "Saya harap anda suka." "Bukankah yang kau sajikan ini tidak lebih dari sarapan anak sekolah?" Alex menatap Luna dengan pandangan menantang. "Maaf Tuan." hanya itu yang mampu Luna katakan. "Sudahlah!" untungnya pria itu tidak marah karena sepertinya pria itu sedang terburu-buru dan beruntungnya juga pria itu memakan masakan Luna hingga habis tak bersisa sebelum akhirnya pergi dari rumah besar miliknya hingga membuat seluruh pelayan yang ada di rumah itu menarik nafas lega. Sementara itu Alex yang telah sampai di Groovy mulai memakirkan mobil bututnya di halaman parkir staff. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ruang staff setelah melakukan finger print untuk absensi dan setelah sampai dimeja kerjanya, pria itu langsung menyalakan layar monitornya. "Tumben sudah datang?" Maxim, teman sebelah Alex datang 10 menit kemudian. "b***k korporat memang harus rajin demi bisa naik jabatan, kan?" ucapnya acuh sembari melirik Maxim. "Ah! Aku tidak bilang begitu, loh!" ringis Maxim dengan nada tidak enak. Pria itu lantas duduk di bangkunya sendiri dan mulai menyalakan layar monitornya. Tak lama kemudian interkom yang ada di depan Maxim berdering dengan keras dengan tombol angka 2 berkedip yang artinya bagian pantry sedang perlu dengannya. "Ya, ada apa?" tanya Maxim tanpa basa-basi, "Butuh apa? Pakai saja uangmu dulu nanti akan kuusahakan reimburse sesegera mungkin." "Uangmu tidak cukup? Memang butuh jamuan semewah apa? Setahuku tidak ada meeting penting apapun yang memerlukan jamuan khusus." ucap Maxim yang memegang bagian administrasi. "Apa? Perwakilan Angkasa Jaya akan datang hari ini?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD