2. Pertemuan

1310 Words
Di temani gerimis kecil yang menghiasi sore hari itu, terlihat Elsa terburu-buru berlari menuju tempat kerjanya selain di Cafe yaitu Terapis Jariku. Dulu, pertama kali dia berkerja hanya membantu bersih bersih. Tapi karena Elsa anak yang pintar, Dia sering disuruh membantu saat pemiliknya kewalahan dengan pelanggan vvip nya. Elsa juga sudah menguasai teknik terapis dengan alat maupun dengan tangannya yang berbakat. Kadang kala, Elsa juga diberi kepercayaan oleh Pemilik terapis untuk menangani pelanggan langsung. Pak Tommy pemilik Terapis Jariku adalah orang yang baik, dan menganggap Elsa seolah sebagai putrinya sendiri karena dia anak yang ulet dan rajin. Terapis Jariku ditengah Kota Bunga yang diampu olehnya termasuk sukses. Selain tempatnya yang strategis, banyak tamu orang sukses bahkan pengusaha yang mampir untuk sekedar melakukan relaksasi. Di depan tempat kerjanya, karena terburu buru Elsa berlari tanpa melihat ada orang yg baru keluar dari mobil mewahnya. BRUKK... Pria yang ditabrak Elsa akhirnya terpental jatuh di lantai sampai Laptop dan berkas yang dia bawa berantakan. Elsa yang melihat kejadian itu menjadi gugup kemudian membantu mengambil berkas yang jatuh berantakan itu. Dan saat mengambil Laptop milik pria itu, Elsa kaget karena Laptopnya nya retak. Dengan takut Elsa berdiri dan mengembalikan berkas dan Laptop yang diambilnya kepada pria yang ditabraknya itu. Tanpa berani melihat wajah pria itu katena ketakutannya. "Ma- maafkan saya Pak, saya mohon maaf... tadi saya buru buru dan tidak melihat kalo ada Bapak." Suara Elsa parau menahan takut dan sakit di kakinya saat terjatuh. "Apa apaan ini? lain kali jalan lihat pakai mata! Kamu tidak tau siapa yang kamu tabrak? dan lihat! berkas berkas ini berantakan, Laptop jatuh sampe retak!" Jawab asisten pria itu lantang melindungi bosnya. "Ma- maaf… Saya akan berusaha menggantinya, tapi... " "Tapi apa? apa kamu punya uang buat mengganti Laptop ini? dan juga data data di dalam Laptop ini semua penting! Sampai kamu menjual rumahmu aja paling tidak akan bisa mengganti data didalamnya! Di dalamnya ada banyak proyek bernilai milyaran, mengerti !!?" ejek pria itu lagi melihat penampilan Elsa dengan pakaian sederhananya. Pria yang ditabrak Elsa cuma diam sambil melihat baju bagian siku yang mengeluarkan rembesan darah karena tersangkut benda tajam saat jatuh tadi, dan sesekali mengamati Elsa yang ketakutan. Dia juga sekilas melihat kaki Elsa yang kesakitan akibat terjatuh tadi. Mendengar suara keributan di depan tempat Terapisnya, Pak Tommy segera keluar. Dia segera memahami apa yang terjadi setelah beberapa saat melihat kejadian itu. "Maaf Pak Roy... ada apa ini? Kami meminta maaf atas kecerobohan gadis ini. Nanti biar kita yang mengurus gadis ini untuk lembur mengganti barang Pak Vian sebagai permohonan maaf kami." "Oowww jadi ini karyawan Pak Tommy? " Sahut Roy lagi. "Iya Pak Roy, saya secara pribadi mewakili gadis ini, saya meminta maaf. Silahkan Pak Vian masuk dulu ke ruangan. Saya akan membantu Pak Vian membersihkan baju dan mengobati luka Pak Vian." Sambil tangannya dengan sopan menunjukkan arah yang mana arah ruangan itu tidak asing bagi Vian. Yah, Vian adalah pelanggan VVIP Terapis Jariku. Dia juga menanam modal terbesar di induk Terapis Jariku sehingga bisa berkembang ke Kota ini. Pak Tommy sangat hati hati dalam melayani Vian. Walau lebih Tua, Pak Tommy memanggil Vian dengan sebutan Pak untuk menghormati nya sebagai pengusaha muda yang sukses di berbagai bidang dan juga penanam modal di berbagai usaha. Dengan perasaan takut, Elsa memasuki ruangan VVIP atas perintah Pak Tommy sebelumnya, untuk membantu melayani Vian, karena peristiwa tadi ada hubungannya dengan Elsa dan agar Pak Vian mau memaafkan Elsa sehingga tidak memecatnya karena kasihan dengan Elsa. "Pak Vian mohon dimaafkan, Gadis ini tadi ceroboh mohon maafkan dia. Nanti biar kita ganti Laptop Pak Vian dan gaji dia dipotong untuk mengganti biaya pembelian tersebut sampai lunas." pinta Pak Tommy dengan hati-hati, sambil memberi kode kepada Elsa. Elsa segera sadar. "Iya Pak... saya mohon maaf, dan saya rela gaji saya nantinya dipotong untuk mengganti Laptop Pak Vian sampai lunas. Jangan pecat saya Pak, Saya mohon," ucap Elsa masih ketakutan karena dipikirannya orang ini gak mau memaafkan karena dari tadi gak berbicara. "Kalo minta maaf berguna, untuk apa ada polisi?! Mau sampe berapa lama gaji kamu dipotong untuk menggantinya nona?" Vian berkata dengan nada suara dingin ciri khas nya. "Cepat lakukan tugas mu! Saya masih ada acara setelah ini!" ucapnya lagi. Pak Tommy segera menyuruh Elsa, untuk membantu melepas baju Pak Vian yang terkena darah, untuk dibersihkan dan membantu merawat lukanya. Sedangkan Pak Tommy mulai membersihkan kaki Vian untuk selanjutkan mendapatkan pijat terapis seperti biasanya. "Kamu bisa hati hati!" sabil menahan sakit tangannya saat jas yang dipakenya dilepas Elsa. "Maaf Pak…maaf, saya akan lebih hati hati," sambil menunduk dan tidak berani melihat wajah Vian sama sekali. Elsa melanjutkan dengan membersihkan luka di tangan Vian, dan memberinya obat luka. Melihat pemandangan ini, Vian yang biasanya dingin terhadap wanita, tapi karena melihat gadis yang cantik dan manis ini, timbul keinginan untuk mengerjainya. "Pak Tommy..." panggil Vian. "Iya Pak Vian, bagaimana? ada yang bisa saya bantu Pak? sebelah mana yang memerlukan pijatan khusus Pak?" jawab Pak Tommy penuh perhatian. "Berhubung saya jadi memar dan luka seperti ini, yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, dan bahkan sampai berkas berkas berantakan dan laptop saya retak karenanya. Sekarang, biar gadis ini yang bertanggung jawab kepada saya mengurus saya disini!" sambil mengeluarkan tatapan liciknya. "Tapi Pak Vian, gadis ini sebenarnya cuma pegawai parttime di sini, dan tidak pantas untuk memegang penuh pelayanan ini, apalagi kepada Pak Vian. Saya takut nanti Pak Vian akan kecewa karena dia tidak punya ijazah Terapis kami." jawab Pak Tommy gugup. "Apa saya tidak bisa meminta dia yang melayani saya?" ulang Vian dingin. "Baik Pak... bisa, jika itu permintaan Pak Vian sendiri. Tapi saya takut nanti Pak Vian tidak cocok dengen pijatannya, karena bukan terapis senior. Tapi kalo itu keinginan Pak Vian, Biar saya membimbing dan mengawasi gadis ini Pak, agar tidak berbuat salah lagi." "Apa Pak Tommy menganggap saya bahan praktek? ngajarin dia untuk memijat saya? Saya mau lihat apa benar dia ulet dan rajin seperti yang bapak bilang. Apa dia pantas untuk masih bekerja di terapis ini!!! Saya mau liat, atau saya langsung suruh pecat aja orang yang sudah bikin saya seperti ini?!" tantang Vian ke Pak Tommy. "Saya mohon Pak, jangan pecat saya, saya sangat butuh pekerjaan ini. Saya mohon pak, saya minta maaf. Saya akan melakukam apa saja Pak, agar bapak memafkan saya. Dan Pak Tommy mohon beri saya kesempatan untuk membuktikan kemampuan saya, agar saya bisa tetap bekerja Pak," ucap Elsa yang hampir menangis memohon sambil merunduk. "hemmmm " Vian hanya berdehem sambil mendengar perkataan Elsa. "Baik Pak... biar gadis ini yang melayani dan merawat Pak Vian, nanti jika ada yang kurang pas atau butuh petunjuk silahlan Pak Vian memanggil saya, saya akan menunggu di luar." "Sudahlah, lakukan pekerjaanmu lainnya, biar saya lihat kemampuan gadis ini dalam bekerja. Mengerti Pak Tommy?" "Baik Pak, saya keluar dulu..." kemudian Pak Tommy berjalan keluar dan menutup pintu ruang VVIP itu. Elsa yang baru kali ini berada di sebuah ruangan bersama pria asing merasa gugup. Tubuhnya tiba tiba serasa kaku, dadanya berdegub cepat, ada hawa dingin yang meresapi tubuhnya. Elsa dari tadi tidak berani menatap wajah pria yang duduk di depannya, Dia hanya menatap kebawah terus seperti ada sebongkah emas di bawah lantai yang membuatnya terpana. "Hey Kamu, sampai kapan mau diam!!?? cepat lakukan tugasmu! dan ganti lampu dengan pencahayaan redup, cepat! saya masih ada kerjaan setelah ini." perintah Vian dingin. "Ba-baik Pak ..." Dengan segera Elsa merubah lampu ruangan VVIP itu menjadi redup, menyalakan music yang membantu untuk merilekkan badan, dan kemudian memberikan handuk kepada Vian untuk dipakenya berganti. Walau cahaya redup Elsa masih bisa melihat sesosok pria bertubuh kekar, berkulit putih bersih, dengan bau parfum maskulin yang harum berbaring di tempat terapis di depannya. Vian melepas kacamata hitam yang daritadi dia pake menutup mata indahnya. "Maaf, apakah tekanannya cukup Pak?" suara Elsa masih terbata lirih, tapi hati hati sambil mulai memijat telapak kaki Vian. "Kurang." Jawab Vian ringkas. "Ba-baik pak, akan saya tambah." **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD