bc

PLAYBOY 4 MUSIM

book_age16+
22
FOLLOW
1K
READ
drama
comedy
sweet
humorous
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

Marlina tahu kenapa bossnya itu dijuluki Playboy 4 Musim. Dia berganti pacar semudah berganti musim empat kali dalam setahun.

Ganteng, tajir, rayuan maut, sampai anak boss manapun bertekuk lutut pada pria itu

Marlina tentu saja bersumpah dia tidak akan mungkin jatuh ke dalam pelukan bossnya itu.

Benarkah sumpahnya berhasil, atau dia juga akan menjadi korban berikutnya dari Playboy 4 Musim?!

chap-preview
Free preview
Assisten Lurus
Why I'm single... Hmm karena idup double itu susah. Hahaha... Gak karena gue belum nemu aja, pacaran terakhir setahun tahun yang lalu dan gagal karena banyak gak cocoknya. Pacar gue terakhir posesif, ribet, tukang ngatur... Belum nemu lagi karena mungkin yaaa belum nemu ajaa... atau karena gue masih males nyari karena pacaran terakhir yang banyak berantem karena gak cocok masih bikin gue seneng sendiri. Prinsip hidup: Jangan biarkan dompetmu kosong. Karena gak punya duit itu gak enak. BOSS gue .... namanya Daniel Wijaya. Direktur Marketing divisi 4 perusahaan sub-kontraktor Migas dan Pertambangan. Hmmm...masih muda baru 33, gantengnya over, dijulukin playboy empat musim karena seringnya dia ganti pacar kaya ganti sendal. Pertama gue liat dia dari gue masih level baru masuk langsung terpesona. Tapi setelah tahu kelakuannya yang super annoying soal cewe dan tukang pamer pesona gue jadi ilfeel. Blangsaknya dia dan senengnya dia terlibat hubungan singkat bikin gue geleng-geleng  kepala. Gue coret dia dari daftar potensial. I Hate My Boss, karena dia playboy ...  kalo masalah kerjaan dia boss yang asyik, dan hebat soal ngajarin anak buah gimana lolos dari target. Dan punya managerial bagus... Untungnya dia gak punya kelakuan macem-macem sama orang kantor termasuk sama gue yang gak pernah masuk ke urusan pribadi. Kayanya dia tahu diri kalo dikantor. Jadi gue tahan-tahan aja jadi assiten dia karena dia bagus di pekerjaan dia. Gue gak ngurus personal life dia karena gak tertarik, dan ngebayangin dia udah dipegang ama banyak cewe, ihhh kalo salah satunya punya PMS gimana .... Aihhhh jijay.... Jumat pagi ini gue sudah stay dimeja gue. Proposal kontrak ada udah selesai gue review dan tinggal nunggu tanda tangan dia. Dia datang dengan baju kemeja gelap, bikin yang ganteng tambah ganteng... Ahh ini jumat, pasti dia entah mau clubbing dimana. "Lin, minta proposalnya Alan,..." Tim marketing kita punya cluster  sendiri dilantai tiga karena kita menangani deal khusus dengan perusahaan migas dan kadang pertambangan yang perizinannya lebih kompleks. "Ini pak..." Gue langsung nyodorin bundelan dokumen proposal proyek. "Langsung acc pak Kevin. Saya barusan ngomong sama dia." "Oke pak..." Gue langsung menuju ke ruangan pak Kevin minta assitennya tandatangan. Sebelum telepon di meja gue bunyi dan gue harus angkat dulu. "Lina, ada ibu Dina cari pak Daniel...line 6." Dina...Dina... gue mesti mikir apa nama ini pernah dikasih blacklisted. Kayanya belum blacklist. Tapi kenapa dia usah nelepon kesini gak ke ponsel boss langsung. "Iya mba, aku ambil." Aku mencet intercomnya. "Kantor Pak Daniel, bisa saya bantu..." "Siang mba, Danielnya ada. Bilang dari Dina, bisa bicara..." "Ditunggu sebentar Bu Dina..." Gue langsung intercom ke ruangannya Boss. "Pak, ada Ibu Dina mau bicara..." Gue nunggu. "Blacklisted..." Langsung tutup intercom. Gue liet gagang telepon sambil geleng-geleng. Blacklisted artinya gak usah sampein telepon, bilang aja sibuk pergi, udah ilang dari peredaran. Fine, up to you boss. "Siang bu, pak Daniel masih gabung briefing pagi. Ada pesan yang bisa saya sampaikan..." Diem disana . "Bilang saya tunggu telepon dia secepatnya..." Langsung tutup telepon juga. Fine, gue juga tutup telepon. Selama setahun lebih gue kerja disini gue udah cukup familiar dengan scene ginian. Dan gue langsung pergi ke lantai atas. ---------- Menjelang sore kita udah mau pulang boss udah mau pergi setelah meeting mingguan selesai jam 5.45 sore. Gue juga udah siap-siap beberes karena kerjaan gue juga udah selesai. Anak-anak marketing masih ada di mejanya tapi juga udah siap-siap pulang. Sebelum sebuah intercom ganggu gue. "Mba Lina, ada bu Dina dibawah mau ketemu Pak Daniel...." Ehhh waduh daftar blacklist mau ketemu boss dikantor. Baru kali ini biasanya nelepon doang. "Mba Dewi, tunggu sebentar... " Gue langsung mencet nomor intercom Pak Daniel. "Pak ada Ibu Dewi di reception bawah." Dia langsung ngehela napas. "Tadi pagi dia ngomong apa?" "Gak ada pak cuma minta disampein dia telepon doang." "Kamu kesini dulu..." Napa gue disuruh kesana. Gue masuk dengan banyak pertanyaan di otak gue. "Iya pak ..." Dia ngetuk-ngetuk meja. Kebanyakan cewe sih boss, pusing kan jadinya. Napa hidup lo ribet banget. Cari satu yang pas dihati kan aman sentosa. "Kamu tolong saya bikin drama." "Bikin drama?!" "Nanti kalo Dina masuk, kamu dalam lima menit masuk dan bilang saya sudah ditunggu boss besar." "Iya pak ..." Gue ngangguk-angguk patuh. Dina naik kemudian. Cakep say, model-model manis manja, rambut gelombang panjang. "Sore mba, Daniel ada..." "Ada di dalam Mba, sihlakan masuk..." "Makasih ya..." Dia senyum manis dan lembut. Ihhh udah cakep suaranya lembut mendayu, mukanya keibuan gitu. Kenapa sih boss menghindari cewe begini. Kayanya gak ada yang salah kayanya. Gue mulai ngitung lima menit. Sebelum gue masuk ke ruangan boss buat bikin drama. "Masuk..." Sautan dari dalem setelah gue ketuk pintu. "Pak sudah ditunggu Pak Kevin." "Oh oke..." "Gue mesti pergi Din. Sorry tapi jangan kesini lagi. Lu udah tahu kita hanya temen seneng-seneng. Lebih baik lu cari cowo lain yang serius ama lo, karena gue gak bisa..." "Dan, tapi kan kita..." "Lu udah tahu gue gak pernah komitmen apapun, kita cuma temen gue udah ngomong sebelumnya. Oke. Gue tinggal, ..." Gak pake ngomong lagi dia maen pergi aja dan tutup pintu. Mafia emang. Dan cewe itu, ...diem disitu. Dan mulai bercucuran air mata, mungkin saking jatuh cintanya sama Daniel. Kasian gue liatnya. Dia duduk dan nangis segugukan. Gue ambilin tissue buat dia, kasian amat. Tapi udah tau playboy masih dideketin juga kan namanya cari penyakit. Playboy emang susah ditolak pesonanya. "Saya tuh cinta sama dia mba, kenapa sih dia gak pernah anggep saya lebih dari temen...Padahal saya udah nunggu lama." Yahhh gue bisa nepuk-nepuk pundaknya doang kasian. "Yah mungkin cari aja yang lain mba, biar gak digantungin...Mba nya kan cantik." Ngomong apa gue, yang penting dia selesai nangisnya dan cepet pulang. "Dia punya pacar lain ya mba ..." Masih usaha ngorek informasi dari gue. Wuihhh friend with benefit kayanya banyak ampe gue punya blacklist name listed. "Saya gak tahu mba, saya ngurus kerjaan doang disini." "Kenapa dia jahat banget sama saya sihhh... " Adoh kapan selesainya ini nangis-nangis. "Cowo gak cuma satu mba. Cari yang sayang ama mba. Jangan ngarepin satu orang aja. Ntar juga nemu mba jodohnya ..." Akhirnya dia sadar gak nangis-nangis lagi dan pulang. Kasian nih cewe keberapa yang dipatahin hatinya karena ngarep ama boss gue. WA gue bunyi beberapa saat kemudian. "Udah pulang si Dina..." "Udah pak." "Ohh baguslah." Gitu doang. Gue gedek. Ckckck... Ntar moga nih boss kena karmanya deh. Pas dia mau serius ama cewe, cewenya gak mau sama dia. Biar dia ngerasain rasanya. Matahin hati cewe! Dia yang harus dipatahin hatinya. I hate you boss, since you're a heartless playboy. ========================================= "Did you have finish the calculation!? What this! Don't give me s**t! You're kidding me!" Boss proyek yang depan gue marahin anak buah gak tanggung-tanggung depan kita di meeting. "Get the hell out of here, and I give you 30 minutes for fix this!" Dan anak buahnya ngacir langsung. Gue shock, gue baru tahu kalo boss bule itu ngomong gak pake rem walaupun depan orang. Atau dia doang yang ngomongnya gitu mungkin, doalnya orang proyek rata-rata emang tensinya tinggi. "Mr. Daniel, I'm so sorry for this schedule delay..." "It's okay...I will pass this delay one week for you to re-evaluate your calculations again, don't worry. Let's say this as reward from us for new opportunity we get with your company." *Tidak apa... Saya akan melewatkan penundaan ini dua minggu untuk anda bisa melakukan perhitungan lagi. Jangan khawatir. Anggap saja ini adalah reward untuk kesepakatan yang kami dapatkan bersama dengan perusahaan Anda. "I really appreciate your understanding Mr. Daniel..." Ada masalah di proyek. Persiapan lapangan proyek belum selesai tapi alat tambang sudah masuk. Boss kasih dia delay periode payment karena kita mau dapet kontrak yang lebih banyak lagi di tambang dia yang lain. "My staff Lina, will do article of addendum for the date changes. Your staff can contact Lina for details." Dia selalu bisa memanfaatkan kesempatan buat bikin good impressions buat klien. Pertemuan itu selesai kemudian. "Kamu udah masukkan penawaran baru buat mereka..." Kita udah turun dari lantai kantor mereka ke bawah. "Sudah pak, sudah kemarin..." Dia mangut-mangut. "Semester ini target kita ud berapa persen, kita sudah di bulan ke 3 ?" "Sudah 90% pak, saya rasa harusnya ada penambahan lagi dari proyek Pak Gideon, mungkin udah hampir 90% rampung dealnya. Kalo pak Gideon deal kita selesaikan target semester bulan ini." "Hmm... kita akan kejar tanpa batas yang bisa kita kejar, supaya reward kalian juga besar...." Ini asyiknya kerja ama Daniel. Dia tahu kita staff walaupun bukan kepala marketing juga kerja keras. Level staff bahkan juga punya reward khusus dari keseluruhan proyek yang kita tangani. "Dina masih telepon ke kantor... " "Engga pak." "Hmm oke." Masih nanya Lina. Baru kali ini dia nanya lagi daftar blacklist, biasanya kalo udah blacklist dia gak nanya lagi. "Daniel... tunggu... " Seorang cewe cakep dengan pakaian rapi jalan cepat ke arah kita. Dehh siapa lagi ini, cewenya yang lain lagi. Pernah kencan satu malem mungkin karena ketemu di klub mana. Napa gue jadi judging banget ama boss sendiri. "Olivia. Oh hai... Tumben ketemu disini." Cewe cakep berambut coklat panjang itu berbinar- binar lihat boss gue. Gue baru sadar kebanyakan cewe-cewe nya bos rambutnya panjang. Gue pernah ketemu empat orang semuanya rambut panjang. Dia semacam punya standart rambut panjang gitu ya... "Ehh bisa ngobrol? Lu lagi buru-buru? Udah lama gak ngobrol ama lu..." "Gue ada meeting di kantor lain. Telepon aja ya Oliv ..." Ga ada sih, boong doang. Kita pulang ke kantor doang abis ini masih jam duaan abis meeting. "Lu ditelepon juga susah, ketemuan yuk. Janji sama gue lu datang kemana." "Iya oke, ntar gue cari waktu dulu. Ntar siapa tahu kita bisa meet up." Sambil senyum, kayanya senyumannya ini buat senjatanya dia. Cewe manapun yang disenyumin luluh dan bakal nurut. Boss gue ini psychopath yang tahu memanfaatkan semua asset diwajah dan badannya dan bagaimana merayu cewe tanpa perlu banyak usaha. Gue kagum plus tambah gedek sama dia. "Ya udah, janji ya telepon gue..." Si boss senyum doang sekarang. "Okay, gue pergi. See you next time." Dan dia pun mutus pembicaraan dengan lancar. Dan berlalu tanpa perlu drama. Gue diem aja gak nanggepin apa-apa. Cuma ngikutin dia ke area parkir didepan kantor setelah kita ngembaliin ID untuk masuk ke lantai atas. "Kamu pasti melihat saya sebagai penjahat ya?" Tiba-tiba dia nanya ke gue saat kita udah dimobil. Gue gak pernah berharap dapet pertanyaan seperti itu. "Ha, apa pak. Saya gak gabung soal pribadi pak. Saya gak punya pendapat..." Dia ketawa. Gue ngeringis doang. Dia diem kemudian. "Dina kemarin nangis-nangis ya..." "Iya pak, gak kasian sama dia ya pak. Kasian lhoo dia sampe nanya apa bapak udah punya cewe apa belum. Dia katanya sudah nunggu kepastian lama... Ya pokoknya kemarin nangis-nangis abis lah." "Hmm... ya sudahlah nanti lama-lama dia juga bakal lupa sama saya." Ya ampun emang heartless nih boss. "Itu buat kebaikan dia sendiri... Dia terlalu baik..." Gue sebel setengah mati sama kalimat 'kau terlalu baik untukku'. Nonsense. Bullshit. Egois. "Kalo gak mau bikin orang lain nangis jangan ngasih PHP anak orang dong pak... Dia terlalu baik untukku, kalo terlalu baik diambil, disayang bukan disia-siain..." Dan saking keselnya gue keceplosan. Gue langsung nutup mulut gue. Si Boss senyum samping gus ngeliatin gue yang jadi pucet karena berani ngomong personal dia. "Sorry pak..." Dia ketawa doang. "Saya gak maksud apapun. Saya cuma mengeluarkan pikiran soal kalimat kau terlalu baik untukku." "Gak ada yang salah. Memang kalimat itu setengahnya salah, tapi saya gak pernah janjiin apa-apa. Mereka yang punya harapan terlalu besar..." Playboy tanpa hati ini pikir harapan dan cinta itu sama. Belum nemu anak orang bunuh diri aja karena dia. Kalo ada yang sampe bunuh diri gara-gara dia. Gue bersedia terlibat konspirasi ngasih dia kopi sianida. "Bukannya gak enak ya pak terlibat hubungan dangkal..." Ini sangat private, tapi karena kayanya dia gak marah gue berani maju lebih jauh. "Lebih baik dangkal daripada sakitin banyak orang lebih dalam." Gue diem. Kurasa entah bagaimana dia pernah punya masalah sama wanita sehingga gak percaya sama hubungan. "Pembicaraan ini antara kita aja..." "Saya tahu pak..." Ya iyalah masa gue koar-koar private matter boss gue. Gue bukan tipe ember. "Terima kasih, saya setidaknya masih punya assisten lurus yang bisa saya percaya..." Gue dibilang lurus. "Sama-sama pak. Bapak juga mikirin selalu mikirin kami di divisi. Jadi saya akan dukung bapak..." Pembicaraan sore ini agak aneh memang. Selama setahun lebih kerja baru kali ini kita nyinggung hal private. Yah. Tapi tetep gue benci ama kalimat. KAU TERLALU BAIK UNTUKKU. Siapapun berani ngucapin kalimat itu ke gue, gue bakal bikin kalimat tandingannya. KAU TERLALU BURUK UNTUKKU DAN AKAN KUBUAT KAU MENYESAL dan SENGSARA PERNAH PHP GUE! JELAS?!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook