My Lady is a Werewolf - Part 4

1340 Words
Tidak akan yang pernah meragukan anak keluarga Morr lagi, termasuk Grafton. Karena dia sudah memastikan dengan jelas bahwa Maria adalah memang anggota keluarga Morr. Grafton telah melihat Ibu dan anak keluarga Morr berdampingan. Dan sangat jelas terlihat bahwa Maria adalah versi ibunya sewaktu muda. Grafton yang sudah melihat kemiripan itu, akhirnya benar-benar yakin bahwa Maria Morr bukanlah wanita yang dicarinya. Kenapa hal yang sepenting itu terlewatkan dari penyelidikan orang sewaannya? Dengan melihat langsung ibu dan anak itu saja, Grafton tahu bahwa keluarga itu adalah keluarga asli yang bahagia. Tapi Grafton tahu, dia tak bisa menyalahkan orang lain, karena dia sendirilah yang berkeras untuk memastikan keberadaan Lady Marlene Marshal sendiri. Dia meminta penyelidik untuk mencari tahu sejelas-jelasnya, memaksa mereka memberikan informasi yang selalu didapatkan, walaupun informasi tersebut kebenarannya hanya secuil. Dan seperti biasa, hari ini pun dia belum menemukan Lady Marlene Marshal, tapi setidaknya Grafton menemukan juru masak baru yang dibutuhkannya. Grafton kemudian memacu kudanya, Lightning di kawasan Hyde Park yang ramai. Grafton menyadari banyak kuda dan kereta kuda tak beratap menyebar di segala arah di taman tersebut. Tempat tersebut dipenuhi oleh bangsawan yang ingin menghabiskan waktu bersantai mereka. Grafton lalu membawa Lightning ke arah selatan taman, taman yang dirasanya lebih sepi dan damai. Grafton berkuda pelan di tempat itu sambil memandangi taman luas dengan warna-warna hijau daun menghiasi pepohonan. Dia menarik napasnya dan merasakan udara segar di wajahnya. Beberapa detik kemudian, sebuah suara berisik membuat Grafton menoleh dan menajamkan pendengarannya. Suara itu terdengar seperti suara binatang yang saling sahut bersahutan. Grafton mencari asal sumber suara dengan Lightning, dan merasakan suara yang didengarnya seperti gonggongan anjing. Grafton menggerakkan kakinya pelan di perut Lightning dan membuat kuda itu maju dan berjalan mendatangi asal suara yang sepertinya berada dibalik pohon besar di dekat mereka. Grafton langsung dapat melihat seorang wanita yang sedang berhadapan dengan tiga ekor anjing liar. Grafton menyipit dan menajamkan pandangannya, melihat jelas wanita tersebut, dan langsung mengingat wanita berambut cokelat dengan ikal berurai itu adalah gadis yang pernah menabraknya di jalanan St. James. Gadis itu melangkah mundur sedikit dan menjulurkan tangannya ke arah binatang-binatang itu seakan-akan ingin menenangkan. "Tenang ... tenang ... tak apa-apa." Tapi ketiga hewan itu masih terus menyalak. Grafton melihat binatang-binatang itu mulai menggeram dan gadis tersebut seperti berusaha menenangkan para binatang liar tersebut dengan berjalan sedikit maju dan berkata, "Jangan takut. Aku tak akan menyakiti kalian." Apa gadis itu sudah gila? Dia tak akan menyakiti para binatang itu? Dan, kenapa gadis itu malah mendekat? Jelas-jelas bahwa sebentar lagi dialah yang akan disakiti oleh makhluk liar tersebut. Grafton menyadari salah satu dari anjing berwarna abu-abu menggeram lebih keras, menunduk sedikit, seakan-akan bersiap untuk menyerang gadis tersebut. Menyadari bahaya yang akan terjadi, Grafton langsung memacu Lightning, berlari cepat dan langsung berhenti tepat di depan gadis tersebut--berada tepat di tengah-tengah jarak para anjing dan gadis tersebut. Kemunculannya sedikit mengagetkan, sehingga anjing berwarna abu-abu dekil tersebut melupakan ide penyerangannya. Ketiga anjing liar tersebut mundur sedikit, mengambil jarak untuk perlindungan mereka. Melihat para makhluk tersebut yang belum lari, Grafton menepuk keras sisi perut Lightning dan menarik kekangnya, sehingga membuat kaki kuda tersebut bergerak ke atas, memperlihatkannnya kepada tiga makhluk kecil liar di bawahnya. Ketiga anjing itu langsung lari berhamburan takut terinjak. Grafton melihat anjing-anjing tersebut sudah menjauh, langsung mengelus kudanya dan memuji, "Bagus, Lightning. Kerjamu bagus." "Apa yang kau lakukan?" Terdengar suara gadis dari arah belakang tubuhnya. Grafton menoleh dan melihat gadis tersebut yang menatapnya tajam. Grafton ikut mengenyit saat melihat ekspresi wanita tersebut dari atas kudanya. "Tentu saja menolongmu." "Kenapa kau menakuti mereka?" tanya gadis itu. "Kau membuat mereka takut," tuduhnya. "Aku membuat mereka takut?" Kernyitan di dalam dahi Grafton terlihat lebih dalam. "Ya! Kau membuat mereka takut. Kau hampir menyakiti para binatang itu. Mereka hanya makhluk kecil tak berdaya. Kenapa kau mengancam mereka dengan kudamu," kata gadis itu tak suka. Mendengar bukan jenis kata-kata berterima kasih yang didapatkannya, Grafton langsung turun dari kudanya,dan langsung menghampiri wanita tersebut dan berkata geram, "Aku membuat mereka takut?" "Ya," jawab gadis itu. "Aku menyakiti mereka?" "Belum, tapi hampir," balas wanita itu cepat. "Binatang-binatang itu hanya makhluk kecil tak berdaya?" tanya Grafton sinis. "Tinggimu dan kudamu lebih besar dari mereka," balas gadis itu lagi. "Aku mengancam makhluk-makhluk kecil tak berdaya dengan Lightning?" kata Grafton tak suka. "Siapa Lightning?" tanya wanita itu sedikit bingung. "Dengarkan aku, Nona Muda," kata Grafton benar-benar kesal, "Binatang-binatang kecil tak berdaya itu menyalak keras kepadamu. Dan terlihat sekali kalau mereka akan menyerangmu apabila tidak dihentikan. Kau akan diterkam oleh makhluk-makhluk kecil tak berdaya tadi, yang mungkin akan menjadikanmu menjadi santapan siang mereka." "Mereka tidak memakan manusia," sela gadis itu. "Ya, memang. Tapi kau tentu akan babak belur setelahnya. Wajah cantikmu akan menghilang sempurna setelah ketiga mahkluk kecil tak berdaya itu menerkammu bersama-sama," balasnya sinis. Grafton menyadari gadis itu terdiam, tak tahu harus membalas apa. Grafton pun melanjutkan, "Dan, apa yang kudapatkan kata-kata darimu sangat berlainan dengan apa yang kupikirkan, walau aku sendikit pun tidak mengharapkan ucapan terima kasih." Grafton menatap tajam wanita tersebut yang membalas tatapannya. "Setelah kutolong, aku malah diperlakukam sebagai 'seseorang yang melakukan kesalahan'. " "Aku tak membutuhkan pertolonganmu," balas wanita berambut gelap tersebut cepat. Grafton dapat melihat kembali warna hijau segar di mata wanita tersebut. Warna mata yang seharusnya dapat meneduhkan, tapi Grafton malah terasa kesal saat wanita itu melanjutkan ucapannya, "Bukankah seharusnya pertolongan terjadi, saat ada seseorang yang kesusahan, berteriak dan minta bantuan? Seingatku, aku tidak berteriak meminta pertolongan." Kali ini giliran Grafton yang terdiam. Dia pun menjadi tambah kesal lalu membalikkan badannya sebentar, menghembuskan napasnya yang sudah penuh dengan kencang. Grafton menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, dia menghembuskan napasnya sekali lagi, mencoba membuat suasana hatinya kembali tenang. Grafton kembali menatap wanita itu. Dan ekspresi wanita itu masih terlihat bahwa 'dialah sang pelaku kejahatan.' Tak berkata apapun, Grafton lalu menaiki kudanya. Dan menatap gadis itu, dan memerhatikan wajah gadis itu. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa hanya memandang padanya seakan-akan menuduhnya bahwa saat ini dia sedang berusaha melarikan diri. "Dengarkan Miss ...," "Green. Marlin Green," timpal wanita itu. "Miss Green, anggap saja hari ini hari sialku. Bertemu dengan wanita sepertimu untuk kedua kalinya." Grafton terhenti sebentar dan mengingat lagi pertemuan pertama mereka, "Aku lebih suka pertemuan pertama kita, karena setidaknya saat itu kau meminta maaf." "Aku meminta maaf karena aku lah yang menabrakmu saat itu," jawab gadis itu cepat. Grafton kembali mengernyit, dan benar-benar merasa kesal dengan wanita yang keras kepala tersebut. Dia menghela napasnya lagi, "Aku berharap, semoga tidak ada pertemuan ketiga di antara kita." "Aku juga," kata gadis terdengar kesal setelah mendengar kata-katanya. "Aku tak akan menolongmu lagi bila aku melihat ... atau lebih tepatnya merasa saat kau dalam kesulitan." Garfton langsung memaju Lightning dan sempat mendengar kata-kata balasan yang diteriakkan wanita tersebut. "Kau harus menolong seseorang saat mereka berteriak! Dan aku tidak! Dan tidak akan pernah bila bertemu denganmu lagi!" Grafton menggelengkan kepalanya pelan, "Dasar, Nona-tidak-tahu-berterimakasih. Sepertinya, hari ini adalah hari kesialanku." *** Malam harinya, Grafton duduk di perpustakaan, mengingat kejadian tadi siang. Saat dia bertemu dengan wanita itu di Hyde Park. Grafton tidak bisa menghapus kejadian tersebut, dan rasanya sesuatu dari wanita tersebut membuat Grafton merasakan sebuah perasaan aneh. Grafton kembali memerhatikan surat tentang keberadaan Lady Marlene Marshal lainnya yang diterimanya tadi, isi surat yang mengatakan bahwa ada seorang wanita lain yang mirip dengan lady tersebut. Nama Lady Marlene Marshal yang tertera di dalam surat, entah kenapa membuat Grafton terbayang Miss Marlin Green. Grafton mengingat kembali dengan mudah sosok gadis itu, Miss Marlin Green. Gadis itu sepertinya berumur 18-20 tahunan. Perempuan muda itu memiliki rambut ikal berwarna cokelat, hidung wanita tersebut kecil menggemaskan, dan bibirnya rasanya ingin Grafton rasakan sendiri. Tapi warna mata wanita itu sangat berbeda dari gadis yang dicarinya. Lady Marlene Marshal memiliki iris mata abu-abu pucat, sedangkan Miss Marlin Green memiliki warna hijau daun yang indah. "Marlene dan Marlin, nama yang tidak jauh berbeda," kata Grafton saat menatap nama yang baru ditulisnya tak sengaja tadi secara berdampingan. Grafton merasakan hal yang sangat aneh saat menatap kedua ukiran nama tersebut. Dan sesuatu mengusik dirinya saat dia mengingat kembali wajah Miss Marlin Green yang masih sangat segar diingatannya. Dia harus melakukan sesuatu. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD