SUDAH 3 tahun setelah kematian lelaki yang dicintainya, remaja berjilbab itu masih saja larut dalam kesedihan. Duduk disofa kayu sesekali memandangi foto kecil berisi rupa lelaki itu. Jari lentiknya mengusap lembut foto nya dengan perlahan hingga air matanya kembali berjatuhan, menimbulkan suara isakan yang saling bersahutan.
Bagaimana tidak? Kekasihnya mengalami kecelakaan dan jasatnya belum ditemukan berbulan-bulan, setelah ditemukan jasat kekasihnya itu sudah dalam keadaan yang sangat mengerikan, dan disetiap inchi wajahnya penuh luka dan darah. Bahkan itupun beberapa jam sebelum mereka melangsungkan pernikahan.
Tiba-tiba ia teringat akan suatu hal, di hari itu tatkala dirinya masuk ke kamar sang kekasih untuk mengambil beberapa barang guna sebuah keperluan, dia meilhat suatu benda. Itu adalah Buku. Buku tebal dengan sampul berwarna cokelat, layaknya buku kuno tahun lima belasan, kertasnya pun agak keras dan tebal berwarna putih tulang dengan semburat kecokelatan.
Remaja berjilbab itu ingat bahwa dirinya pernah membuka buku itu sekali, tepat di halaman pertama yang sudah bolong di bagian pinggirnya, sudah termakan oleh waktu dan hewan-hewan kecil lainnya. Dia membaca deretan huruf yang membentuk 2 kata.
BUKU DIARY
Ia hendak membaca halaman selanjutnya namun, kala itu teriakan wanita tua menggema ditelinganya, memberikan sebuah titah yang harus dilaksanakan, lantaran banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Akhirnya remaja berjilbab itu mengurungkan niatnya untuk membaca, menutup Diary usang itu, dan kembali melaksanakan pekerjaan nya yang sempat tertunda.
Sudah tersadar, buru-buru remaja berjilbab itu bangkit dari duduknya, meletakkan foto lelaki itu di atas meja tepat dihadapannya. Dia berlari menuju sebuah ruangan tanpa pintu namun tertutupi oleh sebuah slambu. Ia menuju ke arah meja yang sama dimana buku yang ia temukan tergeletak disana beberapa hari yang lalu, namun kini sudah tidak ada. Dia terus mencari, mulai dari rak, laci, lemari, hingga akhirnya dirinya kembali mendapatkan diary usang itu.
Ia membolak-balikkan buku itu, menggeleng-gelengkan kepalanya seraya memandanginya heran.
Dia tidak memiliki selera yang bagus Pikirnya secara spontan. Remaja berjilbab itu duduk bersimpuh di tepi ranjang, membaca deretan kata yang tercetak disetiap halaman buku. Sesekali tertawa ringan sembari mengingat kenangan-kenangan lucu bersama sang penulis buku yang isinya catatan harian lelaki itu sejak kecil, atau mungkin kisah cinta lelaki itu dengan dirinya?
Kemudian teringatlah ia akan masalalu nya bersama kekasihnya itu, Bertahun-tahun bersama, ingin melangsungkan pernikahan dan berharap hidup bahagia, ternyata Tuhan berkata lain.
Terkadang ia berpikir, tatkala sebuah musibah besar menghampirinya apakah ia dalam titik terbawah, ataukah hanya sebuah titik biasa sebagai latihan sebelum ia menuju titik yang paling bawah dalam kehidupannya? Entahlah, Ia masih menganggapnya sebuah misteri.
Remaja berjilbab itu, Ayana_ memeluk buku harian lelaki itu penuh kasih, berharap dia tetap ada meski dia tahu bahwa itu akan sia-sia. Kekasihnya itu sudah bertemu dengan Yang Kuasa.
Ia menangis Seraya berkata "Angkasa, aku rindu kamu"