KALAU ADA TYPO BENERIN YA! TQ ALL.
.
HUJAN DERAS mengguyur permukaan tanah, diselimuti awan hitam yang berjalan bersamaan dengan gelapnya malam. Disana, Angkasa memacu motornya dengan kecepatan 80km/jam, ikut terguyur oleh tetesan air yang menusuk seperti ribuan panah, untung saja sebuah helm mampu melindungi kepalanya bagai perisai.
Kanan kiri nya berupa pepohonan dengan sebuah lampu jalan yang berdiri dengan jarak satu sama lain sekitar 100 meteran. Namun hanya beberapa saja yang menyala, membuat jalan itu gelap gulita jikalau lampu motor tak ikut menyala.
Matanya memerah, menunjukkan kilatan amarah, hatinya mendidih,rahangnya mengeras, pemuda itu menyalurkan amarahnya dengan kebut-kebutan.
Pada mulanya baik-baik saja, namun entah dari mana tiba-tiba seorang wanita tua yang sudah bungkuk menghadang jalan, Angkasa yang terkejut bukannya mengerem mendadak malah membanting setir ke arah kanan, Alhasil motor merahnya itu memnabrak batang pohon yang besar, begitu pula Angkasa si pengemudi yang langsung oleng dengan kaki kanan yang terjepit motor.
Dengan perlahan Angkasa mengeluarkan kaki kanannya dari timpaan motor itu. Kemudian bersandar pada pohon yang di tabraknya, melepaskan helm lalu mendongak seraya memejamkan mata, membiarkan tetesan air hujan menyapa setiap inchi wajahnya, berharap kemarahan dan kesedihan nya terhapus dengan sendirinya.
Lamat-lamat ia tak merasakan lagi tetesan hujan itu padahal suara khas hujan deras masih terdengar jelas oleh kedua telinganya.
Perlahan ia membuka mata, mendapati seorang gadis cantik yang membawa payung ungu. Ia menatap wajah didepan nya yang juga menatap dirinya dengan sorot mata datar.
"Lo siap-?" Tanya Angkasa spontan.
" Angkara" gadis itu buru-buru memotong
Untuk sejenak mereka saling diam, menatap dengan dalam seolah berpegangan tangan, dan tak ingin saling melepaskan. sorot mata gadis itu mendadak berubah, menarik kesadaran Angkasa seolah masuk dalam mata indahnya itu
Mereka berdua terhanyut oleh perasaan, dunia dan isinya seolah mereka lupakan, pergi ke dimensi lain, hanya ada mereka, Angkara dan Angkasa. membuat Angkara mendekatkan wajahnya ke wajah lelaki di depannya tanpa kesadaran, begitu pula dengan Angkasa menyambut wajah Angkara dengan sebuah kecupan. Dan tiba tiba..
DUARRR
Suara petir menggelegar, mengagetkan kedua insan yang baru saja berciuman. Mereka menegang, kaku, dan canggung seolah baru saja tertangkap basah mencuri oleh polisi.
Berkat cahaya remang-remang dari motor rusak, Angkasa dapat melihat semburat merah yang menghiasi pipi Angkara, sebelum akhirnya gadis itu dan payungnya meninggalkan dirinya yang masih diam tak bergeming. []
Bersambung